http://www.beritasatu.com/nasional/480799-din-syamsuddin-bahaya-besar-itu-bernama-hoax.html
Din Syamsuddin: Bahaya Besar Itu Bernama *Hoax*

[image: Din Syamsuddin: Bahaya Besar Itu Bernama Hoax] Din Syamsuddin (
Foto: Antara/Puspa Perwitasari )



Bernadus Wijayaka / BW Selasa, 27 Februari 2018 | 23:25 WIB

*Jakarta –* Masyarakat Indonesia diminta untuk selalu berhati-hati dalam
menyikapi berita berita bohong atau *hoax.* Hal itu karena berita bohong,
baik itu dunia nyata maupun dunia maya bisa merusak kehidupan berbangsa dan
bernegara, bahkan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Untuk mengantisipasi itu, masyarakat diimbau untuk aktif melakukan
ronda di media sosial (medsos) agar bisa melakukan deteksi dini terhadap
ancaman perpecahan dan kekerasan yang ditimbulkan *hoax.*

“Masyarakat harus peduli dan aktif melakukan pengamatan sebagai antisipasi.
Jangan *cuek* dan terkesan tidak peduli. Saya berharap seiring berjalannya
waktu masyarakat sudah bisa mengenal mana yang *hoax* dan mana yang
provokasi, serta mana berita yang menyejukkan,” kata Utusan Khusus Presiden
untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin di
Jakarta, Selasa (27/2).

Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI),
berita bohong ini adalah bahaya besar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pasalnya, berita bohong bisa menjadi kendaraan pihak tertentu
untuk melakukan adu domba dan fitnah.

“Jelas sangat bahaya kalau sampai terjadi persebaran *hoax* yang dalam
bahasa agama dikatakan fitnah. Kalau pun berita itu benar namun dipakai
untuk menyudutkan pihak lain tentunya hal tersebut tidak dibenarkan juga
oleh agama apa pun,” imbuh Din Syamsuddin.

Ketua Umum PP Muhamadiyah periode 2005-2015 ini meminta kepada umat
beragama, terutama umat Islam untuk selalu harus berhati-hati terhadap
berita yang belum tentu kebenarannya. Apalagi dalam Alquran sudah
disebutkan untuk melakukan *tabayyun* yakni mencari meneliti dan menyeleksi
kejelasan suatu berita hingga jelas dan benar keadaannya.

“Namun, kalau berita itu benar adanya apalagi kalau sudah menjadi opini
publik maka jangan juga dikesampingkan. Karena sekarang ini isu *hoax*
menjadi gencar sekali. Kadang mereka bilang ‘Wah itu *hoax*’. padahal
isunya banar. Ini yang harus bisa disikapi masyarakat untuk selalu mencari
asal-usul informasi itu secara jelas,” terang Din.

Dia menilai penyebaran berita bohong banyak bermunculan seiring dengan
adanya pesta demokrasi atau pilkada. Dan hal tersebut dilakukan oleh
kelompok-kelompok atau tim yang masuk dalam jaringan kontestan pilkada demi
kepentingan politik tertentu dalam upaya mencapai kemenangan. Hal tersebut
tentunya sangat tidak baik jika dibiarkan terus menerus

“Generasi muda saya lihat kalau dari pribadi mereka banyak yang *cuek.*
Mereka beranggapan, ‘Emang gue pikirin.’ Namun berita *hoax* ini justru
dihembuskan dan disebarkan oleh kelompok-kelompok pendukung fanatik bagi
sebuah kepentingan politik tertentu. Apalagi menjelang Pilkada ini, itu
yang banyak terjadi. Lalu kemudian ditanggapi oleh fanatikus-fanatikus. Ini
tidak boleh dibiarkan begitu saja,” terangnya.

Agar berita bohong tidak muncul terus menerus di masyarakat, Din meminta
aparat bertindak tegas dengan melakukan pendekatan hukum secara adil tanpa
pandang bulu.

Kirim email ke