Faisal Basri: RI Utang Banyak Bukan untukĀ 




Infrastruktur

Far

kumparanBISNIS
Selasa 03 April 2018 - 08:47 Faisal Basri di diskusi Menakar (Foto: Ema 
Fitriyani/kumparan)Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengkritik penggunaan utang 
luar negeri pemerintah yang selama ini dinarasikan untuk menggenjot pembangunan 
infrastruktur. Padahal, menurut data yang ia kumpulkan, utang luar negeri 
paling banyak digunakan untuk belanja pegawai.Menurut datanya, proyeksi belanja 
pegawai pada 2018 adalah sebesar Rp 366 triliun, atau naik 28% sejak 2014. 
Sementara di posisi kedua adalah belanja barang sebesar Rp 340 triliun atau 
naik 58% sejak 2014. Sementara infrastruktur, yang masuk dalam kategori 
capital, berada di urutan ketiga yakni sebesar Rp 204 triliun atau naik 36% 
sejak 2014."Infrastruktur itu paling banyak dibiayai dari utang BUMN, yang 
tidak masuk dalam kategori utang yang direncanakan," katanya di Kampus 
Universitas Indonesia Salemba, Jakarta, Selasa (3/4).Proyek-proyek besar, 
menurutnya, kebanyakan dilakukan dengan penugasan kepada BUMN. Sebagian kecil 
dimodali dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan selebihnya BUMN disuruh 
mencari dana sendiri."Beberapa BUMN pontang-panting membiayai proyek-proyek 
pemerintah pusat dengan dana sendiri sehingga kesulitan cash flow, mengeluarkan 
obligasi, dan pinjaman komersial dari bank. Selanjutnya, BUMN menekan pihak 
lain dengan berbagai cara," katanya.Sementara pengeluaran modal untuk sosial 
malah menurun sebesar 44% sejak tahun 2014. Proyeksi expenditure untuk sektor 
ini adalah sebesar Rp 81 triliun pada 2018."Kita termasuk negara dengan social 
safetiness terburuk se-Asia Pasifik," katanya.Data Bank Indonesia hingga akhir 
Januari 2018 menunjukkan utang luar negeri Indonesia meningkat 10,3% (year on 
year/yoy) menjadi USD 357,5 miliar atau sekitar Rp 4.915 triliun (kurs: Rp 
13.750). Rinciannya, Rp 2.521 triliun utang pemerintah dan Rp 2.394 triliun 
utang swasta.

Kirim email ke