Gerald Liew, Kasus Gagal Dokter Terawan 
https://kumparan.com/@kumparannews/gerald-liew-kasus-gagal-dokter-terawan 
Gerald Liew, Kasus Gagal Dokter Terawan 
 

 kumparanNEWS https://kumparan.com/@kumparannews
Sabtu 07 April 2018 - 19:33 
https://kumparan.com/@kumparannews/gerald-liew-kasus-gagal-dokter-terawan


 https://youtu.be/mCmnpaXtoo8 https://youtu.be/mCmnpaXtoo8
 

 Januari 2015 jadi momen paling sial dalam hidup Gerald Liew. Di akhir bulan 
itu, pengusaha asal Singapura itu harus menerima kenyataan pahit bakal cacat 
seumur hidup. Nahasnya, kenyataan tersebut bahkan menghampirinya tanpa ia 
sadari.

 
 
 

 Ya, Gerald yang semula manusia sehat, jadi invalid dan buta realitas lantaran 
otaknya hancur. Peristiwa celaka itu terjadi saat Gerald sedang mengikuti 
prosedur ‘cuci otak’ Dokter Terawan 
https://kumparan.com/topic/dokter-terawan/terkini?ref=body di RSPAD Gatot 
Soebroto, Jakarta Pusat.

 Usai cuci otak, Gerald mestinya bangun. Namun ternyata, ia tak bisa membuka 
mata. Ia pun tampak kesulitan untuk bangkit, sehingga keluarganya langsung 
merasa ada yang salah.

 “Mereka (tim dokter) mengatakan prosedur hanya akan berlangsung 20-30 menit, 
tapi nyatanya keseluruhan prosedur berlangsung selama 1,5 jam. Dan setelah kami 
sadar ada sesuatu yang salah, kami memanggil Dokter Terawan kembali ke ruangan. 
Ayah saya kemudian dibawa ke ruang operasi. Di sana, dia menghabiskan waktu 7 
jam,” kata John Liew, putra Gerald, via sambungan telepon dari Singapura kepada 
kumparan, Kamis (5/4).

 Sepupu John, Sarah Diana, pada hari yang sama membeberkan rincian kisah yang 
menimpa pamannya tiga tahun lalu itu. 

 
Sarah Diana, Keluarga Pasien Dokter Terawan (Foto: Aditya Noviansyah/kumparan)
 Gerald Liew, tutur Sarah, ialah warga negara Singapura yang sering bolak-balik 
Jakarta untuk keperluan bisnis. Ia pertama kali mendengar soal Dokter Terawan 
https://kumparan.com/@kumparannews/prahara-dokter-terawan?ref=body dari rekan 
bisnisnya pada awal 2015. Katanya, Terawan punya metode terapi hebat. Gerald 
pun diajak ikut menemui sang dokter untuk membuktikan kemanjuran ‘sihir’ itu.

 “Karena diajak oleh rekan bisnis, akhirnya ya dia (Gerald) ikut saja,” kata 
Sarah saat bertemu kumparan di Hotel Pullman, Thamrin, Jakarta Pusat.

 Dari hasil pemeriksaan awal, Gerald didiagnosis berpotensi terserang aneurisma 
(pembengkakan pembuluh darah) yang bisa memicu stroke hemoragik 
https://kumparan.com/@kumparannews/keluarga-gerald-liew-pilih-tak-tuntut-dr-terawan?ref=body
 (stroke akibat pembuluh darah pecah). Selanjutnya, ia disarankan untuk ‘cuci 
otak’ dan memasang koil untuk mencegah aneurisma tersebut.

 Gerald pun setuju untuk menempuh prosedur cuci otak alias brain flushing. 
Maka, sehari sebelum terapi, dia menghubungi keluarganya di Singapura untuk 
mengabarkan akan melakukan “operasi kecil”.

 Keluarga Gerald di Singapura, tutur Sarah, tentu saja kaget mendengar kabar 
tersebut. Sebab Gerald terbang ke Jakarta dalam keadaan sehat. Lagi pula, 
selama ini ia dikenal sangat memperhatikan kesehatan, termasuk dengan rutin 
berolahraga dan menjaga pola makan. Jadi buat apa “operasi kecil” itu, tanya 
mereka.

 Gerald menepis kekhawatiran itu. Ia mengatakan, ini hanya operasi kecil yang 
tak perlu dicemaskan. Pula, kata Gerald, ia ditangani oleh dokter hebat yang 
terkenal.

 Tetap saja, keluarga Gerald--istrinya, Becky Liew, dan anak sulungnya, John 
Liew--memutuskan untuk terbang ke Jakarta hari itu juga. 

 
Gerald saat prosedur cuci otak (Foto: John Liew)
 Seperti orang lain yang kerabatnya menjalani ‘cuci otak’ di RSPAD, Becky dan 
John menyaksikan langsung prosesnya dari luar ruangan yang disekat kaca.

 Sebelum prosedur dimulai, John sempat bertanya pada Terawan tentang apa cuci 
otak itu, dan bagaimana prosesnya akan berlangsung. 

 Terawan, ujar John, lantas menjelaskan kepadanya bahwa itu adalah operasi 
kecil yang akan makan waktu 20-30 menit, dan hanya memerlukan pembiusan lokal. 
Jadi, Gerald akan tetap sadar selama operasi berlangsung.

 Tapi kemudian, waktu operasi molor menjadi satu jam lebih, membuat keluarga 
Gerald gelisah. Lebih-lebih, setelah proses cuci otak usai, Gerald dibawa 
keluar ruangan oleh tim dokter dalam kondisi tak sadarkan diri.

 “Dia kan seharusnya sadar. Jelas ada sesuatu yang salah,” kata John, melihat 
Gerald tak kunjung membuka mata, pun menunjukkan gelagat janggal.

 Terawan mengecek keadaan Gerald dan langsung membawanya ke ruang operasi. 
“Tujuh jam di ruang operasi. Tujuh jam,” kata John, menekankan betapa lamanya 
mereka menunggu dengan rasa frustrasi, untuk menanti kejelasan.

 Akhirnya, setelah tujuh jam di ruang operasi, Gerald dipindah ke ruang unit 
perawatan intensif (ICU). Namun kondisinya tak terlihat membaik. 

 Ia (Terawan) menjelaskan, aneurisma ayah saya terletak pada posisi sulit di 
otaknya. Jadi dia ingin melakukan prosedur coiling yang tidak mudah. Tapi 
setelah tujuh jam, mereka (tim dokter) mengatakan tidak bisa melakukan apa pun. 
Ayah saya mengalami kerusakan otak. - John Liew, putra Gerald Liew, eks pasien 
dr. Terawan 

 

 
Pemasangan koil di otak Gerald Liew meleset. (Foto: John Liew)
 Menurut Sarah, kepada dia, John, dan Becky, Terawan menjelaskan telah terjadi 
kecelakaan saat pemasangan koil (kawat tipis untuk menyumbat pembuluh darah 
yang membengkak). Koil yang dipasang ternyata meleset dan melukai otak serta 
area sekitarnya.

 “Aku nanya ke Dokter Terawan (kenapa bisa begitu), dia bilang enggak tahu 
kenapa bisa kayak gitu. Karena koilnya udah berada di posisi yang benar, kalau 
kata dia. Intinya, aku merasa dia menyalahkan koilnya,” kata Sarah menceritakan 
ulang percakapannya dengan Terawan tiga tahun lalu.

 Terawan, tutur Sarah, kemudian mengatakan sudah tidak bisa melakukan apapun 
untuk memperbaiki kondisi kerusakan otak Gerald. 

 “Dia tidak mengakui kesalahannya. Dia bilang ini sebuah kecelakaan,” ujar 
John. 

 Dokter Terawan bilang, ‘Saya juga enggak tahu. Ini pertama kali kejadian.’ 
Jadi koilnya meleset, ngehancurin otak Uncle Gerald. Dia (Terawan) juga bilang, 
Uncle enggak akan bisa ngomong lagi karena otaknya udah hancur. Enggak akan 
bisa jalan juga, lumpuh total. - Sarah Diana, keponakan Gerald Liew, eks pasien 
dr. Terawan 

 Tim Terawan kemudian menawarkan agar Gerald ditangani lewat fisioterapi 
(pengobatan untuk penderita yang mengalami kelumpuhan) setelah kondisinya 
membaik. Mereka juga akan mengecek kembali kemungkinan untuk melakukan operasi 
perbaikan.

 “Tapi melihat kondisi ayah saat itu, saya merasa menyerahkannya ke fisioterapi 
bukan hal yang tepat, dan saya tak percaya padanya (Terawan) setelah semua yang 
terjadi,” kata John.

 Pada akhirnya, ketika itu keluarga Liew memutuskan untuk tidak melayangkan 
tuntutan, termasuk tidak lagi menuntut jawab tentang kenapa kesalahan fatal itu 
bisa terjadi pada Gerald yang sesungguhnya tidak sakit apa pun. 

 
Kuitansi pengobatan Gerald di RSPAD (Foto: Dok. John Liew)
 Alih-alih ribut di Jakarta, John memutuskan untuk membayar biaya ‘operasi 
kecil’ gagal itu sebesar Rp 122 juta lebih (setelah didiskon 30 persen karena 
‘kecelakaan’ yang terjadi), lalu menyewa pesawat medis (ambulans) guna membawa 
Gerald kembali ke Singapura, dan menyerahkan sang ayah ke tangan ahli saraf di 
RS Mount Elizabeth Singapura.

 Sewaktu keluarga menceritakan kronologi musibah yang menimpa Gerald di 
Indonesia, ujar Sarah, “Dokter di Singapura heran kenapa Dokter Terawan 
mengambil tindakan itu (coiling). Memang ada kemungkinan aneurisma, tapi bisa 
jadi itu 10 tahun lagi, 20 tahun lagi. Bisa saja Uncle sudah mati duluan karena 
sebab lain. Jadi (coiling) gak diperlukan karena malah berisiko.”

 Selanjutnya di RS Mount Elizabeth, kondisi Gerald perlahan membaik. Ia, 
misalnya, bisa menggerakkan tangan dan kembali berbicara, berkebalikan dengan 
keyakinan Terawan bahwa dia tak mungkin lagi bisa bicara.

 Namun, fisik Gerald pulih sebatas itu. Seperti yang diucapkan Terawan, Gerald 
benar-benar lumpuh hingga kini. Dia tak pernah lagi bisa berjalan. Pula otaknya 
tak bakal bisa pulih seumur hidup. 

 Otak Uncle (Gerald) hancur. Padahal tadinya sehat, enggak sakit apa-apa, hanya 
diterapi ikut kawan. Sekarang dia mengalami memory jumping. Memori baru tak 
ingat, memori-memori lama ingat. - Sarah Diana, kemenakan Gerald Liew, eks 
pasien dr. Terawan 

 Kehancuran pada otak Gerald adalah nyata. Sebagian ingatannya hilang. Ia, 
contohnya, tidak ingat pernah ikut terapi cuci otak Dokter Terawan. Yang tak 
kalah mengerikan, memori Gerald kerap berhenti di satu momen di masa lalu.

 “Uncle mengira ibunya masih hidup, padahal sudah meninggal belasan tahun 
lalu,” kata Sarah.

 Gerald juga tak ingat beberapa rekannya, pula tak pernah bisa menjawab saat 
ditanya kenapa memutuskan untuk melakukan ‘cuci otak’, dan apakah dia tahu 
sejak awal soal risiko pemasangan koil selama cuci otak berlangsung.

 “Kami, keluarganya, sampai sekarang enggak tahu dia (Terawan) ngomong apa sama 
Uncle Gerald,” ujar Sarah. 

 
Metode cuci otak Dokter Terawan. (Foto: Basith Subastian/kumparan)
 Dokter Fritz Sumantri Usman, Sp.S, FINS, interventional neurologist di Rumah 
Sakit Umum Pusat Fatmawati, mengatakan pemasangan koil biasanya hanya dilakukan 
saat aneurisma sudah pecah, bukan untuk tindakan pencegahan.

 “Berdasarkan beberapa penelitian yang sangat valid, koil hanya dipasang 
setelah aneurisma pecah,” kata Fritz di RSUP Fatmawati, Jakarta Pusat, Jumat 
(6/4).

 Jika memang aneurismanya besar, imbuh Fritz, “pasien boleh diberi pertimbangan 
agar aneurismanya dikoil, selama dia tahu risiko kematian dan kecacatan yang 
mungkin timbul. Karena pemasangan koil pada kasus aneurisma memiliki risiko 
relatif lebih besar dibanding dengan prosedur-prosedur intervensi lainnya.”

 Meski demikian, tegas Fritz, “Jurnal-jurnal medis mengatakan, kalau aneurisma 
belum pecah, sebaiknya jangan diapa-apakan.”

 Baca Juga :
 Prahara Dokter Terawan 
https://kumparan.com/@kumparannews/prahara-dokter-terawan?ref=body&type=bcjugal 
Membedah Metode ‘Cuci Otak’ Dokter Terawan 
https://kumparan.com/@kumparannews/membedah-metode-cuci-otak-dokter-terawan?ref=body&type=bcjugal
 ‘Pasukan’ Dokter Terawan Melawan 
https://kumparan.com/@kumparannews/pasukan-dokter-terawan-melawan?ref=body&type=bcjugal

 Saat ini Gerald melakukan rawat jalan di Singapura. Namun akibat kehancuran 
otaknya, bisnisnya pun ikut remuk.

 “Ini seperti efek domino. Kondisi keuangan keluarga memburuk karena pengobatan 
yang tidak murah, dan itu pun mempengaruhi hal-hal lain,” kata Sarah. 

 Sampai sekarang, Uncle masih lumpuh, di kursi roda. Enggak bisa ngapa-ngapain, 
tapi bisa komunikasi. Kalau disuruh terapi lagi akan marah, macam, ‘Gue udah 
sakit banget. You don’t know the pain.’ - Sarah Diana 

 


 
Sanggahan untuk Dokter Terawan (Foto: Putri Sarah A./kumparan)
 Dokter Terawan yang beberapa kali dihubungi kumparan, belum bisa memberikan 
keterangan terkait kasus Gerald Liew karena agendanya yang padat. Namun, usai 
pertemuan dengan Komisi I DPR di RSPAD, Rabu (4/4), ia sempat mengatakan bahwa 
semua prosedur tentu memiliki risiko. 

 Semua ada risikonya. Yang penting coba dikerjakan dengan cermat, dengan 
persiapan yang baik, dan didukung doa. - Dokter Terawan 

 
 Pada akhirnya, layaknya kehidupan, ada lembar hitam, putih, pula kelabu. 
Perkara ini mungkin tak sesederhana yang dikira. Selayaknya semua pihak terkait 
duduk satu meja untuk mencari penyelesaian bersama.

 https://youtu.be/mU0qRAgi6-U https://youtu.be/mU0qRAgi6-U
 

 

Kirim email ke