http://sp.beritasatu.com/home/ketua-jad-jatim-abu-umar-mulai-keras-di-sekolah-tinggi/124179
*Ketua JAD Jatim Abu Umar Mulai Keras di Sekolah Tinggi* Jumat, 18 Mei 2018 | 10:51 [BLITAR] Sikap dan tingkah laku Syamsul Arifin alias Abu Umar alias Apin (35) sering dikeluhkan Nyonya Patokah (65), ibu kandungnya yang sudah lama mengaku galau dan sedih mengetahui sikap anak lelakinya tak seperti saudaranya yang lain. Tak bosan-bosan dia diingatkan, agar tidak usah ikut-ikutan (radikalisme) namun tetap ngeyel (membangkang). “Sedih saya merasakan anak saya ini. Dia anak kedua dari empat bersaudara. Lha ya itu, kok nggak nurut seperti saudara-saudaranya yang lain,” ujar Ny. Patokah ketika ditemui di kediamannya bersama suaminya, Purwanto (68) di RT-03/RW-02 Kelurahan Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Kamis malam. Berbeda dengan sang ibu, ayah Abu Umar yang bernama Purwanto mengaku heran Densus menyebut anaknya sebagai Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) se-Jatim. Purwanto yang cukup terpandang di mata warga desanya itu masih belum percaya tudingan terhadap putranya yang berdagang buku-buku keliling. Abu Umar menurut ibunya berubah menjadi lebih keras dalam berkeyakinan, sejak dia kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Muslihuun di Jalan Raya Gaprang 3, Desa Tlogo, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Perguruan tinggi swasta yang berdiri sejak 1976 di bawah naungan Pondok Pesantren Al Muslihuun di Desa Tlogo tersebut dalam akta pendiriannya berstatus terdaftar Depag RI melalui SK Menag No. Kep/DV /III/76 tertanggal 26 April 1976. “Dia (Abu Umar) sering mengajak debat tentang dosen-dosen di kampusnya yang disebut-sebut kurang atau tidak tegas. Dosen-dosen di kampusnya disebutkan terlalu lemah dalam menyikapi kehidupan beragama,” ujar Ny. Patokah sambil menunjukkan brosur tempat kuliah anaknya dulu di STIT Al Muslihuun Tlogo Blitar yang baru tahun 2006 terakreditasi di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, dengan Nomor: 019/BAN.PT/Ak.X/ S.1/XII /2006, dengan predikat B. Hal itu juga dibenarkan menantu perempuan yang juga isteri pertama Abu Umar bernama Insiyah (34) yang sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki namun masih belum dewasa. Abu Umar di kalangan sesama tetangga di Jatinom yang mayoritas anggota Muhammadiyah itu dikenal sebagai penjual buku. Setiap hari, Abu Umar jika keluar rumah selalu memakai celana cingkrang dan baju gamis panjang. Mereka lebih sering berbaur ketika ada pengajian di kampung atau jemaah salat Jumat. Namun ketika Densus 88 Antiteror menyita barang bukti tujuh unit telepon seluler Abu Umar, Kamis (17/5) kemarin, Purwanto hanya terdiam. Demikian pula ketika diketahui putranya yang baru diketahuinya menikah siri dengan perempuan lain bernama Wahyu Mega Wijayanti (40) janda anak satu asal Jalan IR Rais, Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang itu. Wijayanti yang belakangan mengenakan cadar itu, keluar dari rumah orang tuanya dua tahun silam, berpamitan kepada Ketua RT-06/RW-07 di Bareng, Sukirno, pergi mondok ke sebuah pesantren di Tegalgondo, belakang kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Menurut Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung, terduga teroris Abu Umar bersama isteri sirinya (Wahyu Mega Wijayanti), baru saja pindah kontrak rumah di Perum Banjararum Blok BB, Singosari, Kabupaten Malang kurang dari tiga bulan. Mereka belum menyerahkan selembar surat pindah ke Ketua RT setempat. Mereka juga keluarga tertutup dan tidak pernah keluar dari rumah kontrakan. Pasangan suami isteri itu digerebek Densus 88 Antiteror, Selasa (15/5) karena diduga terlibat aksi teror bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo. Sesudah keduanya menjalani pemeriksaan Densus di Mako Brimob Ampeldento, Malang, untuk Abu Umar kemudian digelandang ke Polda Jatim. Sementara isteri sirinya Wahyu Mega Wijayanti dan anak perempuannya yang berusia 14 tahun dipulangkan. Abu Umar satu komplotan dengan terduga teroris Hari Sudarwanto (45) di JAD yang ditembak mati petugas Densus 88 dalam penggerebekan yang dilakukan di Sidoarjo, Kamis (17/5) kemarin. Hari sendiri setiap harinya tinggal bersama isteri dan keempat anaknya di Perumahan Bukit Singosari yang sudah berubah nama menjadi Green Village Singhasari, masuk wilayah kawasan Candi Renggo, Singosari, Kabupaten Malang. [ARS]