Inilah jawaban organisasi massa kaum tani, nelayan dan komunitas adat alias 
AGRA. Solusi tidak datang dari elit para penguasa. Solusi datang dari rakyat 
yang terorganisasi dan sadar.Sikap AGRA tegas menolak dan menentangseluruh 
skema dan rencana jahat IMF-WB serta implementasi yang dilakukannyakarena jelas 
merugikan kaum tani, klas buruh dan klas tertindas di Indonesiadan dunia. 
Rakyat harus bersatu melawan dominasi imperialis dan kaki tangannyadalam negeri 
yang terus mengikuti dekte dan kebijakan IMF dan Bank Dunia.

Solusi terbaik bagi rakyat adalahbersatu dan berjuang bersama agar Indonesia 
lepas dari penjajahan IMF, Bank Duniamelalui skema hutang dan investasi, yang 
menjadikan rakyat dan bangsa Indonesiatertindas dan terhisap serta kehilangan 
kedaulatanya, dan terus terbelakangkebudayaannya. Jalan keluar terbaik bagi 
Indonesia melepaskan dirinya darikrisis adalah terlaksananya Land reform sejati 
dan terbangunnyaindustri nasional yang mandiri atau bebas dari dominasi 
imperialis.Dengan jalan keluar tersebut maka Indonesia dapat lepas dari sistem 
sosialterbelakang secara ekonomi, politik, dan kebudayaan.

 

    On Friday, June 8, 2018 2:15 PM, "ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]" 
<GELORA45@yahoogroups.com> wrote:
 

     Itu bukan kesimpulan. Itu fakta.
Makanya, sekarang ini tidak banyak yang bisa dilakukan selain 
tetap menjaga persatuan, kesatuan, dan keutuhan republik 
yang ketentramannya bolak-balik diusik kegaduhan di kalangan 
penguasa sendiri; menteri kontra menteri, menteri kontra gubernur, 
bahkan antar-pejabat pemerintah dari partai yang sama. 
Ketentraman juga diperlukan menjelang diumumkannya cawapres 
Jokowi yang sangat ditunggu partai-partai pendukung. 

Menurut Anda sendiri apa yang bisa dilakukan dalam 
situasi seperti itu?

--- sadar@... wrote:
   
 Lalu, ... setelah berkesimpulan Jokowi tidak berdaya melaksanakan kata-katanya 
sendiri, BUKAN seorang pemimpin harapan RAKYAT, apa kiranya yang bisa diperbuat 
dan dijalankan sekarang ini? Kemana arah perjuangan rakyat untuk bisa 
memperbaiki kemiskinan? Apa yang bisa dicapai sesuai kemampuan/kekuatan rakyat 
sekarang ini? 
  
 ajeg 於 8/6/2018 0:26 寫道:
    Meminta Jokowi bertindak tegas itu sama seperti menegakkan 
mie kuah, sebab dia sendiri tak kuat menindaklanjuti kata-katanya.Soal 
ketahanan pangan sudah menjadi harapan Rakyat sejak 
jaman Soekarno. Dan, Jokowi berjanji dalam kampanye pilpresnya 
akan mencapai swasembada pangan dalam 3 tahun. Faktanya, 
jenis bahan pangan yang diimpor pada masa kekuasaannya justru 
semakin beraneka ragam. Bahkan sampai ke singkong dan garam. 
Rakyat dan petani tidak diam. Terus bekerja sambil mengingatkan 
Jokowi untuk memenuhi janji-janjiya. 

Pada akhir 2016, Jokowi berjanji lagi: RI tak akan impor beras. 
Tetapi antara Januari-Februari 2017 saja beras yang diimpor menjadi 
7 kali lipat lebih banyak dari impor pada periode yang sama tahun 2016.Akhir 
2017, pemerintah mengumumkan akan mengimpor lagi. Kali ini 
jumlahnya 250 kali dari periode Januari-Februari 2016 yaitu menjadi 
500.000 ton. Atas impor gila-gilaan yang mengkhianati janjinya sendiri ini, 
Jokowi njeplak: agar tidak terjadi gejolak harga. 

Kelihatan jelas betapa tak berdayanya Jokowi melaksanakan kata-katanya 
sendiri. Pasar (harga) seperti menjadi kiblat kerjanya. Walau buktinya 
pada tahun 2018 ini panen raya berlimpah, impor berhasil, toh harga beras 
tetap naik juga.
Jadi, munculnya berbagai masalah yang bikin kehidupan di Indonesia 
sekarang ini begitu ruwet tidak lepas dari kelemahan Jokowi dalam 
mengkoordinir anggota kabinetnya, dalam mengendalikan organisasi 
pemerintahnya. Ditambah ketidakmengertian Jokowi atas kata-katanya 
sendiri (banyak kontradiksi) membuat bangsa Indonesia terkotak-kotak. 
Sekurangnya, antara yang menagih janji dan yang mementingkan kekuasaan. 
Ya, Jokowi adalah bagian dari masalah. Setiap masalah. Bahkan 
bagi partainya sendiri. 

--- SADAR@... wrote:
Kalau betul begitu, Jokowi harus menindak TEGAS menteri yg jelas merugikan dan 
memiskinkan RAKYAT! Disatu pihak Jokowi sendiri terus sibuk mendorong usaha 
petani/nelayan bisa maju lebih baik dengan kucurkan dana dengan bunga murah utk 
meningkatkan produksi, dipihak lain ada menteri yang terus jalankan import 
beras dimasa panen, membuat harga gabah jatuh, ...! Atau ada kerjasama antar 
menteri yang perlu dibenahi, kurang kordinasi? Atau memang ada menteri yg 
menggunakan kesempatan meraih keuntungan BESAR utk diri sendiri???
ajeg 於 7/6/2018 4:00 寫道:
Jadi, pemerintah punya 2 cara. Pertama, cara menteri pertanian: penggunaan 
mesin (bagaimana bantuan pembeliannya?) dan kedua, 
  cara menteri perdagangan: impor. 
  
  "Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, 
  menuturkan kondisi lapangan saat ini produksi gabah sedang melimpah, 
  sehingga kesejahteraan petani memang terbukti. Akan tetapi kondisi tersebut 
  bertentangan dengan kebijakan impor jilid II, sehingga petani dirugikan."
  
  Lagi-lagi anggota kabinet bikin program yang saling tabrak. 
  
  Siapa yang miskin sebenarnya? 
  
     --- j.gedearka@... wrote:
   
 
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4056944/lewat-cara-ini-pemerintah-bantu-petani-
 
keluar-dari-kemiskinan?_ga=2.122031691.1382695226..1528305883-299307861.1528305883
       Rabu, 06 Jun 2018 21:55 WIB 
Lewat Cara Ini, Pemerintah Bantu Petani 
 
 
Keluar dari Kemiskinan
 Akfa Nasrulhaq - detikFinance    
       
  Foto: Dok. Kementan           Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) 
selalu berkomitmen untuk menjalankan program pertanian yang secara signifikan 
meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan  secara langsung. Salah satunya, 
lewat Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera.
 
 "Di tahun 2018 ini, Kementan sedang menjalankan Program Bedah Kemiskinan 
Rakyat Sejahtera. Sasarannya tiada lain untuk menurunkan tingkat kemiskinan 
masyarakat petani yang tinggal di desa," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem 
Informasi Kementan, Ketut Kariyasa, dalam keterangan tertulis, Rabu (6/6/2018).
 
 Selain itu, adapula program Kementan dengan sasarannya untuk menurunkan 
kemiskinan, yaitu optimasi penggunaan alat mesin pertanian. Program ini 
merupakan  salah satu upaya pemberdayaan petani dilakukan dengan membangun jiwa 
kewirausahaan petani dan penguatan kelembagaan petani.
 
   
|  Baca juga: Ekspor Minyak Sawit RI Turun 4%, Ini Respons Mendag  |

 
 "Dengan mekanisasi, para petani dapat berproduksi lebih efisien, lebih cepat, 
dan lebih produktif, serta menghasilkan produk berkualitas. Penggunaan 
teknologi  dan mekanisasi ini mampu menarik minat generasi muda terjun ke 
pertanian," ucapnya.
 
 Hal itu terbukti pada capaiannya dalam kurun waktu Mei 2018, daya beli petani 
secara nasional menunjukkan tren positif dibanding bulan sebelumnya. Dengan 
begitu,  tingkat kesejahteraan petani semakin meningkat. 
 
 Data yang dirilis BPS menunjukkan, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) secara 
nasional pada Mei 2018 meningkat 0,37% menjadi 101,99 jika dibandingkan April 
yang hanya  101,61. Begitu pun indeks Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian 
(NTUP) Mei 2018 mencapai 111,38 atau naik 0,32% dari bulan sebelumnya yang 
nilainya hanya 111,03. Membaiknya harga komoditas pangan menjadi pemicu 
kenaikan NTP dan NTUP.
 
 Dari capaian tersebut, Ketut mengungkapkan tren positif kenaikan NTP 
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan daya beli. Semakin tinggi NTP, akan 
semakin  kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani.
 
 "Daya beli petani pada Mei 2018 ini tidak hanya lebih tinggi dibanding bulan 
sebelumnya, akan tetap jika dibandingkan Mei 2017, daya beli petani pada Mei 
2018 ini  pun lebih tinggi. NTP pada Mei 2017 lalu hanya 100,15. NTP di bulan 
Mei 2018 ini lebih yaitu 101,99," ujar Ketut.
 
|  Baca juga: Kementan Diminta Bantu Pengembangan Pertanian Warga Sinabung  |

 
 Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir, 
menuturkan kondisi lapangan saat ini produksi gabah sedang melimpah, sehingga  
kesejahteraan petani memang terbukti. Akan tetapi kondisi tersebut bertentangan 
dengan kebijakan impor jilid II, sehingga petani dirugikan. 
 
  "Karena itu, tidak seharusnya Kementerian Perdagangan melalukan impor yang 
kedua. Petani yang kondisinya saat ini sejahtera, ke depan bisa dirugikan," 
tuturnya. (idr/hns) 
 

    #yiv4336228637 #yiv4336228637 -- #yiv4336228637ygrp-mkp {border:1px solid 
#d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-mkp #yiv4336228637hd 
{color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px 
0;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mkp #yiv4336228637ads 
{margin-bottom:10px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mkp .yiv4336228637ad 
{padding:0 0;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mkp .yiv4336228637ad p 
{margin:0;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mkp .yiv4336228637ad a 
{color:#0000ff;text-decoration:none;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-sponsor 
#yiv4336228637ygrp-lc {font-family:Arial;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-sponsor #yiv4336228637ygrp-lc #yiv4336228637hd {margin:10px 
0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-sponsor #yiv4336228637ygrp-lc .yiv4336228637ad 
{margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv4336228637 #yiv4336228637actions 
{font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637activity 
{background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv4336228637
 #yiv4336228637activity span {font-weight:700;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637activity span:first-child 
{text-transform:uppercase;}#yiv4336228637 #yiv4336228637activity span a 
{color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv4336228637 #yiv4336228637activity span 
span {color:#ff7900;}#yiv4336228637 #yiv4336228637activity span 
.yiv4336228637underline {text-decoration:underline;}#yiv4336228637 
.yiv4336228637attach 
{clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px 
0;width:400px;}#yiv4336228637 .yiv4336228637attach div a 
{text-decoration:none;}#yiv4336228637 .yiv4336228637attach img 
{border:none;padding-right:5px;}#yiv4336228637 .yiv4336228637attach label 
{display:block;margin-bottom:5px;}#yiv4336228637 .yiv4336228637attach label a 
{text-decoration:none;}#yiv4336228637 blockquote {margin:0 0 0 
4px;}#yiv4336228637 .yiv4336228637bold 
{font-family:Arial;font-size:13px;font-weight:700;}#yiv4336228637 
.yiv4336228637bold a {text-decoration:none;}#yiv4336228637 dd.yiv4336228637last 
p a {font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv4336228637 dd.yiv4336228637last p 
span {margin-right:10px;font-family:Verdana;font-weight:700;}#yiv4336228637 
dd.yiv4336228637last p span.yiv4336228637yshortcuts 
{margin-right:0;}#yiv4336228637 div.yiv4336228637attach-table div div a 
{text-decoration:none;}#yiv4336228637 div.yiv4336228637attach-table 
{width:400px;}#yiv4336228637 div.yiv4336228637file-title a, #yiv4336228637 
div.yiv4336228637file-title a:active, #yiv4336228637 
div.yiv4336228637file-title a:hover, #yiv4336228637 div.yiv4336228637file-title 
a:visited {text-decoration:none;}#yiv4336228637 div.yiv4336228637photo-title a, 
#yiv4336228637 div.yiv4336228637photo-title a:active, #yiv4336228637 
div.yiv4336228637photo-title a:hover, #yiv4336228637 
div.yiv4336228637photo-title a:visited {text-decoration:none;}#yiv4336228637 
div#yiv4336228637ygrp-mlmsg #yiv4336228637ygrp-msg p a 
span.yiv4336228637yshortcuts 
{font-family:Verdana;font-size:10px;font-weight:normal;}#yiv4336228637 
.yiv4336228637green {color:#628c2a;}#yiv4336228637 .yiv4336228637MsoNormal 
{margin:0 0 0 0;}#yiv4336228637 o {font-size:0;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637photos div {float:left;width:72px;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637photos div div {border:1px solid 
#666666;min-height:62px;overflow:hidden;width:62px;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637photos div label 
{color:#666666;font-size:10px;overflow:hidden;text-align:center;white-space:nowrap;width:64px;}#yiv4336228637
 #yiv4336228637reco-category {font-size:77%;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637reco-desc {font-size:77%;}#yiv4336228637 .yiv4336228637replbq 
{margin:4px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-actbar div a:first-child 
{margin-right:2px;padding-right:5px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mlmsg 
{font-size:13px;font-family:Arial, helvetica, clean, sans-serif;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-mlmsg table {font-size:inherit;font:100%;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-mlmsg select, #yiv4336228637 input, #yiv4336228637 textarea 
{font:99% Arial, Helvetica, clean, sans-serif;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-mlmsg pre, #yiv4336228637 code {font:115% 
monospace;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mlmsg * 
{line-height:1.22em;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-mlmsg #yiv4336228637logo 
{padding-bottom:10px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-msg p a 
{font-family:Verdana;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-msg 
p#yiv4336228637attach-count span {color:#1E66AE;font-weight:700;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-reco #yiv4336228637reco-head 
{color:#ff7900;font-weight:700;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-reco 
{margin-bottom:20px;padding:0px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-sponsor 
#yiv4336228637ov li a {font-size:130%;text-decoration:none;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-sponsor #yiv4336228637ov li 
{font-size:77%;list-style-type:square;padding:6px 0;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-sponsor #yiv4336228637ov ul {margin:0;padding:0 0 0 
8px;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-text 
{font-family:Georgia;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-text p {margin:0 0 1em 
0;}#yiv4336228637 #yiv4336228637ygrp-text tt {font-size:120%;}#yiv4336228637 
#yiv4336228637ygrp-vital ul li:last-child {border-right:none 
!important;}#yiv4336228637 

   

Kirim email ke