Betul sekali. Ayam bahkan tak bisa terbang, 
selain melompat dengan sayap. 

"barang siapa ingin mutiara harus berani terjundi lautan yang dalam"- BK
--- noroyono1963@... wrote:

    Yth Sdr Ajeg, Terima kasih atas reaksi simpatik Anda atas tulisan saya.  
Berbicara soal sosok Bung Karno, bagaimanapun juga harussaya akui scara jujur, 
bahwa sumbangsih BKkepada Indonesia dalam hal --- memperkuat persatuan bangsa 
(dari berbagai etnis, penganut agama danaliran politik), menegakkan harga diri 
bangsa, dan memupuk rasacinta tanah air --- adalah kekal abadi tak 
terbinasakan. Kepada penguasa kolonial Belanda dengan lantang BK berteriak: 
"Cacingpun kalau diinjak akan menggeliat"! Dan ketika dihina imperialisme AS, 
diapun meraung: "Go to hell with youraid"! Sementara di sisi lain,  kepada 
bangsanya BK mencanangkan tentang mutlaknya "De samenbundeling van alle 
revolutionnaire krachten in de natie”..("Penggabungan segenap kekuatan 
revolusioner bangsa”.)  Dalam pada itu, menurut hemat saya, betapapun BK adalah 
seorangmanusia. Sebagaimana galibnya seorang manusia dia pun tidak luput 
darikekurangan.  Ah ya, “Rajawali kadang-kadang terbang setinggi 
terbangnyaayam. Tapi ayam tidak akan pernah terbangsetinggi terbangnya 
rajawali”. Salam,Noroyono 

    Op zaterdag 9 juni 14:55 2018 schreef ajeg het volgende:
 
 Terlepas Bung Karno pernah menelaah riwayat Kertanegara 
dan Singasari atau tidak (tinjauan sederhana yang bagus: 
"lebih baik matiberkalang tanah ketimbang hidup becermin 
bangkai"!) terkadang jalan hidup orang bisa mirip. 
Bung Karno terpaksa mencurahkan perhatian menghadapi 
musuh-musuh dari luar karena sudah kecolongan di dalam 
ketika KMB ditandatangani tidak seperti rencana semula untuk 
'pemindahan kekuasaan' kepada Bangsa Indonesia. Bukan 
untuk menerima pengakuan Belanda atas RIS (!) dengan 
berbagai syarat.

--- noroyono1963@... wrote:
    Akhir PerjalananKertanegara dan Kerajaan Singasari(Sebuah 
tinjauansederhana)Kertanegara (.... – 1292)adalah raja ke 5 Kerajaan 
Singasari,memerintah dari tahun 1268 hinggatahun 1292. Kertanegara merupakan 
generasi ketiga dari hasil perkawinan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung – Akuwu 
(kepala wilayah) Tumapel, sebuah wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Daha. 
Jalannya kejadian kemudian mengungkapkan TunggulAmetumg telah dibunuh secara 
licik oleh pengawalnya sendiri bernama Ken Arok. Pembunuh majikannya sendiriini 
kemudian mengangkat diri sebagai Akuwu Tumapel seraya mengawini Ken 
Dedes,isteri majikan yang dibunuhnya. Tidak hanya sampai di sini, pada tahun 
1222, Ken Arok melancarkanpemberontakan terhadap kekuasaan Kerajaan Daha. Dalam 
pertempuran di dekatGanter, tentara Ken Arok telah berhasil membasmi secara 
total tentaraKertajaya, raja terakhir Kerajaan Daha. Seiring dengan kemenangan 
gilang-gemilangitu, Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. Dan sejak kekalahan 
tahun 1222itu, Daha menjadi taklukan KerajaanSingasari.    Berbeda dengan para 
pendahulunya, Kertanegara berambisi memperluas Kerajaan Singasari ke luarPulau 
Jawa. Dalam rangka mewujudkan ambisinya itu, pada tahun 1275 Kertanegara telah 
mengirim pasukankhusus dalam jumlah besar ke KerajaanMelayu di Dharmasraya, 
Jambi. Pasukan khusus ini dibawah komando Kebo Anabrang -- seorang komandan 
yangsangat piawai dalam strategi dan  taktikmiliter. Walaupun tujuan akhir 
pengiriman pasukan khusus ini adalah untukmenundukkan Kerajaan Melayu, namun 
tujuan tersebut pertama-tama akandiikhtiarkan dicapai lewat diplomasi.Jika cara 
itu ternyata gagal, barulah digunakan kekuatan militer. Sayang,jalannya 
kejadian di lapangan megungkapkan bahwa penggunaan kekuatan militerlahpada 
akhirnya yang dipakai dalam menundukkan Kerajaan Melayu. Ekspedisi ketanah 
Melayu dikenal dalam sejarah dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. (“Pamalayu” 
bermakna "perang melawanMalayu").  Pada tahun 1289,  datang utusan Kaisar 
Monggol Kubilai Khan bernama Meng Khi ke Singasari dengan membawapesan yang 
intinya mengharuskan Singasari menyerahkan upeti secara tetap tiap tahunkepada 
sang Kaisar. Pesan ini dijawab oleh Kertanegara dengan menoreh muka 
(danmemotong telinga, kata sebuah sumber) Meng Khi. Kertanegara kemudian 
menyuruhsi utusan pulang sambil membawa serta, secara tak terhindarkan, torehan 
di mukanyasebagai “pesan-jawaban” atas pesan yang dikirim oleh sang Kaisar 
Monggol. [Tentu saja “pesan-jawaban” tersebut telah membuat murka sang 
Kaisar... Kelakdi kemudian hari, Kubilai Khan telah mengirim pasukan secara 
besar-besaran keJawa guna menghukum Kertanegara. Namun apa daya, ketika pasukan 
penghukum dari KekaisaranMonggol itu mendarat di Jawa pada tahun 
1293,Kertanegara sudah tiada. Yang ada adalah Jayakatwang. Raja Daha ini 
dengantegas menolak semua tuntutan tentara Kubilai Khan. Bagi dia “lebih baik 
matiberkalang tanah ketimbang hidup becermin bangkai”. Terjadilah perang 
anataratentara Kerajaan Daha dan tentara Kubilai Khan. Jayakatwang gugur dalam 
perangtersebut.]     Kembali ke perseteruan Singasari vs Daha. Pada periode 
Kertanegara sebagairaja Singasari, Jayakatwang –generasi ketiga di garis 
keturunan Kertajaya -- menjabat Bupati Gelanggelang(dekat Madiun, kata sebuah 
sumber). Pertanyaannya di sini ialah: Denganikhlas-kah Jayakatwang menerima 
status quo ini? Sejarah membuktikan bahwaJayakatwang di satu sisi dengan 
terpaksa menerima status quo tersebut; namun disiisi lain Bupati Gelanggelang 
itu secara diam-diam menyusun kekuatan sambilmenunggu saat yang tepat untuk 
melakukan revans terhadap Singasari. Sementar itu, bebarapa sumber 
mengungkapkan bahwa politik Kertanegara tidakselamanya didukung semua pejabat 
teras Kerajaan Singasari. Banyak Wide, seorang yang mempunyai jabatan sebagai 
“PenasihatRaja”, adalah satu di antara pejabat teras yang tidak selalu 
mendukung politikKertanegara. Disebabkan sikap poltiknya itu, Banyak Wide telah 
”diangkat” olehKertanegara sebagai Adipati Sumenep di Madura Timur dengan gelar 
Aria Wiraraja ("Pemimpin yangberani"). Banyak Wide“diangkat” tapi sesungguhnya 
disingkirkan oleh Kertanegara.    Beberapa waktu berselang pasca penyingkiran 
dirinya oleh Kertanegara keMadura Timur, Aria Wiraraja menulis sepucuk surat 
rahasia kepada Jayakatwang. Dengan bahasa sandi AriaWiraraja menulis dalam 
suratnya: ”PadukaRaja, perkenankan hamba memberi tahu, jika Paduka bermaksud 
berburu pada suatuwaktu di perburuan yang lama, sebaiknya dilaksanakan sekarang 
saja. Disaat  yang baik ini, tak ada seekorpun belalang,tak ada seekorpun buaya 
di perburuan. Macan menyepi, banteng menghilang dariperburuan. Tak ada duri 
ataupun ular di perburuan. Memang ada singa, tapi hanyaseekor, dan itupun sudah 
ompong, tidak mampu lagi menggigit orang. Hanya itulahpesan hamba.” Info 
militer Wiraraja kepada Jayakatwang ini intinya adalah  bahwa pasukan andalan 
Singasari yangmenakutkan sedang tidak berada di lokasi. Pertahanan Kerajaan 
Singasari sedang dalamkondisi yang sangat lemah. Saat seperti itu adalah saat 
yang paling ideal untukmenyerang Singasari. [Yang dimaksud dengan “singa 
ompong” adalah seorang patihtua bernama Raganata] Bertumpu pada info militer 
AriaWiraraja tersebut, pada tahun 1292 Jayakatwangmelancarkan pemberontakan 
terhadap kekuasaan Kerajaan Singasari denganmelancarkan serangan berskala besar 
di dua front: front utara dan frontselatan. Serangan di front utara yang 
dilakukan pasukan penunjang dipimpin JaranGuyang sebenarnya hanyalah sebuah 
serangantaktis. Serangan ini dimaksudkan semata-mata untuk memancing Singasari 
agarmengerahkan sebanyak mungkin pasukan ke front utara. Adapun serangan 
yangdilakukan pasukan induk dipimpin Patih Kebo Mundarang di front selatan 
adalahserangan strategis. Artinya,kesudahan pertempuran di front selatan inilah 
yang akan menentukan sukses ataugagalnya pemberontakan yang dilancarkan 
Jayakatwang terhadap kekuasaan KerajaanSingasari. Di front utara, pasukan 
Singasari dipanglimai kedua menantu Kertanegara – Raden Wijaya dan Ardharaja – 
berhasil mengalahkan pasukan penunjang Jayakatwang dalam suatu pertempuran di 
kawasanNgantang.. Apa mau dikata, kemenangandi front utara ini tidak punya 
pengaruh menentukan terhadapi jalannya perangsecara keseluruhan. 
Ketidakberuntungan ini ternyata masih disusul lagi dengankemalangan yang lain. 
Usai pertempuran, Raden Wijaya baru mengetahui bahwaArdharaja telah menghilang 
dari medan pertempuran. Ardharaja pada akhirnya toh lebihmemilih bergabung 
dengan pasukan Jayakatwang, sang ayah tercinta. Di front selatan, pasukan 
indukJayakatwang (yang lebih baik secara kualitas dan lebih besar secara 
kuantitas ketimbangpasukan penunjang) tidak menemuiperlawanan yang berarti dari 
Kerajaan Singasari. Hal ini disebabkan oleh selainfaktor serangan pasukan 
Jayakatwang yang mendadak sifatnya, juga oleh faktorminimnya jumlah personil 
pasukan siap tempur di lingkungan Kerajaan Singasariketika itu. Pasukan 
Jayakatwang dengan cepat merangsek menuju ibu kota KerajaanSingasari, membobol 
pertahanan keraton, dan sebagai klimaksnya: MembunuhKertanegara! Ketika pasukan 
penyerbu memasuki keraton, Kertanagara tengah berpestaminuman keras -- sebagai 
salah satu bentuk ritual agama (gabungan Hindu Siwadengan Buddha Tantrayana) 
yang dianutnya -- bersama sejumlah pejabat terasKerajaan Singasari. Kertanegara 
beserta semua yang hadir pada upacara agama itutewas ditangan pasukan penyerbu. 
Maka tamatlah sudah riwayat Kertanegaradan Kerajaan Singasari pada tahun 1292. 
Sejak itu, Singasari kembali menjadi taklukan Kerajaan Daha. Bersamaan dengan 
itu lahir-lah kembali Kerajaan Daha sebagai sebuah kerajaanmerdeka dengan 
Jayakatwang sebagai raja, dan Kedirisebagai ibukotanya. Saya tidak tahu persis, 
apakah BungKarno pernah menelaah dengan agak mendalam perjalanan sejarah 
Kertanegara.Namun saya melihat ada satu aspek yang sama dalam perjalanan 
sejarah keduannya.Kedua sosok sejarah ini banyak mencurahkan perhatian kepada 
musuh-musuhnya di luarnegeri, tapi tidak cukup serius merespons ancaman 
musuh-musuhnya di dalamnegeri.  Noroyono08/06/2018


   

Kirim email ke