Ceritanya menarik sekali bung Chan, di puncak gunung apa lihat kepalanya 
Pan-guatau ketemu bu-kek-sian-su?Foto2nya juga bagus sekali. Tapi pintar juga 
ya cari duitnya, naik bayar turun juga bayar. Sudah jadi kapitalis sejati
Komentar sedikit kembali kepolitik, kalau harus nunggu 5 tahun baru dapat KTP 
dan anak2nya baru bisa sekolah, apakah artinya selama 5 tahun itu anaknya nggak 
dimasukkan sekolah? Atau mesti ditinggal didesa supaya bisa sekolah?

---In GELORA45@yahoogroups.com, <SADAR@...> wrote :






Naik Gunung Thai

ChanCT

Sejak tahun 1979, 1 Juli menjadi hari besar atau hari libur di Hong Kong, 
tepatnya Hong Kong secara resmi kembali kepangkuan Ibu Pertiwi Tiongkok! Tidak 
lagi koloni Inggris, ... Dan kebetulan tahun ini 1 Juli jatuh di hari Minggu, 
jadi sebagai gantinya ketambahan hari Senin libur. Dengan demikian anak-anak 
yang bekerja cukup gunakan 2 hari libur tahunan, bisa dapatkan 5 hari libur. 
Diajaklah kami berdua untuk naik Gunung Thai di propinsi Shan Tong.

Dan untuk mengambil mengambil perjalanan tour yang agak murah hampir 3 ribu 
Dollar/orang, jadi harus berangkat yang tgl. 28 Juni, sehari sebelum tgl. 29 
yang memasuki waktu sibuk, anak-anak sekolah mulai libur musim panas.

Rupanya perjalanan tour agak murah akal-akalan biro-turis saja, karena ternyata 
pengaturan perjalanan banyak habis waktu dijalan, dan beberapa acara harus 
bayar sendiri. Dihitung-hitung jadi tidak murah juga, karena jatuhnya sekitar 4 
ribu Dollar/orang. Kami di tgl. 28 jam 13 lebih sudah mendarat di Qing Dao 
(Tsing Tao), lalu diatur naik bus untuk bermalam di Thai An, kota kabupaten 
dilereng Gunung Thai.

Masih beruntung, udara cerah disepanjang jalan tol, tidak kena macet sekalipun 
nampak jalan tol sedang dalam pembangunan perluasan, jadi kami bisa asyik 
melihat kemakmuran kehidupan rakyat Tiongkok yang nampak terus meningkat, ... 
dipertengahan jalan bus  singgah untuk mampir ke WC. Mirip dengan jalan tol di 
Eropah, dengan perlengkapan pompa-bensin dan supermarket sederhana             
barang makanan, buah2an, camilan dan berbagai jenis minuman cukup lengkap, 
tinggal pilih mau yang panas atau dingin.

WC sekalipun tidak bersih-bersih amat, karena digunakan begitu banyak orang, 
tapi dibuat cukup luas, puluhan orang sekaligus masuk juga tidak jadi soal, 
juga tidak nampak WC wanita harus antri disitu, ... Satu kemajuan masalah 
pelayanan WC di Tiongkok yg sebelumnya terkenal jorog dan tak layak dipakai. 
Selama perjalanan di Shan Tong, hanya saat meninjau kerajinan tangan, pembuatan 
layangan, kebetulan tidak ada listrik jadi WC juga tidak ada air, agak bau dan 
kotor.

Sedikit kisah sejarah Gunung Thai yang disampaikan Aqiang, begitu kami 
memanggil guide di Shan Tong itu. Rupanya gunung Thai, sekalipun tidak tinggi 
amat, hanya 1545 meter, tapi di Tiongkok tetap termasuk dalam 5 Gunung INDAH 
pemandangan alamnya yang diangkat objek tamasya. Pantas untuk dikunjungi, .... 
Dan, ternyata masih ada arti lebih PENTING, dalam sejarahnya, Gunung Thai 
dianggap GUNUNG KRAMAT, Gunung No.1 Didunia. Menjadi sebuah GUNUNG penting yang 
harus dikunjungi dalam hidup RAKYAT Tiongkok! Mengapa?

Kisah dimulai dari Qin Shi Huang, lebih 2 ribu tahunan yl. Entah apa yg 
menyebabkan Qin Shi Hung dalam hidupnya sampai 5 kali memerlukan naik Gunung 
Thai, padahal dijaman itu, dari keratonnya di Shan Shi dengan kereta kuda nya 
harus menempuh perjalanan setahun lebih baru sampai gunung Thai. Tapi jadi 
berdampak luar biasa, nyaris semua raja-raja sepanjang sejarah Tiongkok 
memerlukan naik Gunung Thai ini! Oleh karenanya, Gunung Thai dikenal sangat 
keramat, untuk melanggengkan tachta Kerajaan!

Boleh percaya boleh tidak, ... kata Aqiang, pemimpin-pemimpin Tiongkok, dari 
Sun Yat Sen, Mao Tsetung sampai Xi Jinping sekarang ini, tidak seorangpun yang 
berani dan pernah naik gunung Thai, kecuali Jiang Zhimin. Dan Jiang ternyata 
adalah pimpinan yang setelah selesai 2 kali masa jabatan dan harus turun 
tachta, tapi masih saja berusaha menangkangi terus kekuasaannya. Lebih dari 
setahun Jiang tetap mempertahankan jabatan ketua Komisi Militer, tidak juga 
menyerahkan pada Hu Jintao penerusnya itu.

Lalu, bagaimana caranya naik Gunung Thai itu? Ada 2 cara naik Gunung Thai 
sampai puncaknya. Pertama, ditahun 50-am, dibuatkan jalur jalan manusia dari 
batu dan anak tangga untuk memudahkan rakyat menikmati keindahan alam Gunung 
Thai, dari Thai An katanya dibutuhkan sekitar 4 jam perjalanan.

Kedua, jalan ini yang digunakan rombongan tour kami dari HK. Setelah tahun 
90-an, dibuatkan jalan raya sampai ketinggian tertentu, hanya saja demi 
keamanan sepenggal jalan raya ini tidak dibuka untuk kendaraan umum. Setiap     
        orang harus lebih dahulu membeli tiket bus, 30 Yen/orang untuk gunakan 
bus kecil dengan kapasitas sekitar 20 orang.

Setelah sampai diterminal, kami harus turun bus, jalan naik tangga sekitar 
300-an anak tangga, untuk nyambung dengan kereta-gantung. Dan harus bayar lagi, 
untuk satu jalan naik 100 Yen/orang, dan turun bayar lagi 100 Yen/orang! Ooouh, 
jadi untuk naik dan turun Gunung Thai, kalau gunakan fasilitas bus dan 
kereta-gantung, setiap orang harus bayar 260 Yen.

Eeeiiih, ternyata sekalipun sudah bayar begitu mahal, belum juga sampai 
puncaknya, masih harus jalan naik tangga lebih 750-an anak tangga.

Bagaimana, terus jalan atau mogok dan tunggu saja dilereng gunung sambil 
menghirup udara segar pagi yang begitu nikmat bertiup angin sejuk? Hahahaa, 
.... Aqiang kemarin sudah bilang, makan pagi hari agak banyak sedikit biar kuat 
naik Gunung Thai! Namun tetap saja merupakan satu tantangan bagi saya dan istri 
yang sudah lewat angka 7 ini. Saya bilang sama istri, kan sudah nampak tuuuh 
puncak yang mau dituju! Ayoo, majuuu teruuus!

Nah, Gambar dibawah ini sepenggal anak tangga yg harus didaki. Cukup ramai, 
banyak orang, ... Tidak terlalu terjal, hanya dibagian tertentu saja ada yg 
agak terjal cukup memberatkan bagi dengkul yg sudah mulai bermasalah, ...



 



Sampai di puncak terasa lebih nyaman, sekalipun cahaya matahari mencorong, 
tidak terasa panas menyengat! Padahal, temperatur dibawah, saat masih dikota 
Thai An dipagi hari itu sudah 310C! Tapi, dipuncak gunung Thai bisa dikatakan 
terasa sejuk dengan ditiup angin sejuk yang nyaman itu, ... kami melewati satu 
kuil. Nampak beberapa pengunjung sembahyang dengan hio, sebagian besar hanya 
melihat saja. Dan yang aneh, ada beberapa kios jualan sovenir, banyak dijual 
kunci-gembok dan sebelahnya beberapa pemuda mengukir dengan bor listrik, .... 
mengukirkan harapan dan nama pembelinya. Lalu, untuk apa?

Rupanya sudah menjadi kepercayaan dikalangan rakyat, harapan-harapan baik yg 
terukir digembok itu digembokkan disamping kuil itu dan, ... tentunya HARAPAN 
yang terukir di gembok itu akan menjadi kenyataan! Begitulah kira-kira tahayul 
orang yang sudah berlangsung ribuan tahun menghilang dimasa Mao dan sekarang 
muncul kembali 20 tahun terakhir ini. Coba lihat, sampai sebegitu banyaknya 
gembok itu saling terkunci erat di rantai-rantai besi yg disediakan. Hehehee, 
...



Saat naik bus khusus, kebetulan sebelah saya seorang pemuda tegap besar, .... 
dari Liao Ning, saya tanya seorang diri? Tidak. Bersama 2 orang tua dan 2 
kerabatnya. Istri dan anak tidak ikut? Tanya saya lagi. Tidak. Anak perempuan 
masih sekolah, siap ujian naik sekolah menengah.

Lalu, apa biaya perjalanan naik gunung Thai tidak terasa mahal? Dia bilang, 
tidak mahal amat. Kami mengambil jalan bermalam dipuncak dan besok subuh bangun 
jam 05 melihat matahari terbit di puncak gunung Thai. Besok siang kami coba 
turun dengan jalan kaki, ... Begitu cara pemuda Liao Ning itu membawa kedua 
orang-tuanya bersama 2 kerabatnya mendaki Gunung Thai.

Sedang kami tak lama setelah berfoto-foto di puncak Gunung Thai, segera harus 
turun kembali kekota Thai An untuk makan siang, kemudian meneruskan perjalanan 
ke Ji Nan, ibukota Propinsi Shan Tong. Ji Nan termasuk salah satu dari 4 
kota-tanur, yang terpanas di Tiongkok daratan, anehnya, di tengah kota Ji Nan 
jusgtru ada beberapa sumber mata-air yang diletakkan ditengah-tengah taman 
indah. Dan, ... karena dibawah kota Ji Nan merupakan sumber mata-air, jadi 
tidak bisa dibangun MTR, kereta dibawah tanah.

Jadi, seperti Kota Luo Yang yang saya ketahui sebelumnya, kota kuno di propinsi 
He Nan ini juga tidak bisa dibangun MTR, karena dibawah tanah kota Luo Yang, 
begitu banyak harta karun kuburan raja-raja yang belum tergali, ... sudah ada 
beberapa museum besar-kecil dari harta karun yg tergali saat membangun gedung.

Di kota Ji Nan, saya berkesempatan ngobrol sedikit dengan seorang tua penjaja 
kacang-gongseng berkulit, kacangberkulit yang digoreng dengan pasir, di taman 
Huang He, Sungai Kuning, saat diajak melihat kuning nya air sungai Huang di 
hilir. Kacangnya agak istimewa, kebanyakan berjumlah 3-4 biji setiap kacang.

Hasil tanam sendiri, kok bisa umumnya 3-4 biji kacangnya? Dia bilang, iya. 
Bibit dari Shan Tong memang begitu.

Senang, ya, ... sekarang bisa berusaha sendiri mendapatkan penghasilan 
tambahan? Saya lontarkan sekadar memancing percakapan dengan orang tua ini.

Eeeii, orang tua ini jadi bersemangat cerita, bagaimana kehidupannya 20tahun 
terakhir ini jauh membaik. Kalau dahulu sama sekali tidak boleh usaha sendiri, 
apalagi menjual hasil produksi kerja sendiri dipasar bebas, ... dituduh 
kapitalis. Sekarang saya bisa mengerjakan tanah sendiri dan berusaha sendiri. 
Hanya anak laki pertama saja yang meneruskan kerja diladang, anak kedua juga 
lelaki sudah lulus univ. sudah bekerja di kota Ji Nan, sedang ketiga yang 
perempuan masih sekolah di Univ. Ji Nan. Saya sering-sering menjual kacang di 
taman ini, mendapatkan penghasilan tambahan yang juga lumayan. Satu bungkus 
kacang dijual 10 Yen, saya beli 2 bungkus.

Lalu dari anak muda guide tour Aqiang, saya juga bisa mengetahui bagaimana 
kehidupannya rakyat Tiongkok sekarang ini. Ternyata Aqiang asal desa Fu Shan di 
Guang Dong dan sampai sekarang tetap mempertahankan KTP didesanya, sekalipun 
sudah kawin dengan gadis Tsing Tao dan belasan tahun berdomisili di Tsing Tao. 
Mengapa begitu?

Aqiang bilang, saya ini tuan-tanah yang punya sebidang tanah didesa dan nilai 
tanah itu digabungkan dalam koperasi-desa, setiap tahun sekalipun tidak ikut 
mengerjakan tanah itu, tetap bisa dapatkan bonus dari hasil keuntungan produksi 
seluruh desa. Kalau hasil panen dan penjualan hasil panen dengan harga bagus, 
bonus bisa mencapai 8 ribu Yen. Tambahan yang lumayan, ...! Apalagi nanti kalau 
kebetulan tanah nya akan digunakan untuk pembangunan penting, misalnya. Kita 
bisa dapatkan sewa tanah ribuan Yen setiap bulan! Tapi, kalau dia lepaskan KTP 
desa, hak atas tanah itu hilang. Buat apa saya mengambil KTP Tsing Tao, anaknya 
yang baru sebulan lebih itu juga bisa ikut ibunya, jadi penduduk Tsing Tao.

Sedang Aqiang, bekerja di Tsing Tao, jadi punya keunggulan bisa bahasa Kongfu, 
cukup banyak touris dari HK, jadi dia yg mendapatkan prioritas membawa turis 
dari HK di Shan Dong, ... hanya sekali-kali saja membawa touris lokal yg 
gunakan bahasa Tionghoa.

Makanya, orang-orang yang sampai sekarang masih saja berani berkicau kehidupan 
rakyat Tiongkok didesa sangat menderita kemiskinan, adalah oprang-orang yang 
membutakan diri! Padahal ditahun 2008, pemerintah Tiongkok sudah berani 
keluarkan ketentuan warga desa yang bekerja dikota besar, lebih dari 5 tahun 
bisa menjadi penduduk kota tsb. Dan dengan demikian pendatang dari DESA bisa 
diperlakukan sepenuhnya sebagai warga kota tsb. menikmati tunjangan sosial yang 
ada,  termasuk dalam hal menyekolahkan anak-anaknya.

Kalau lebih 30-40 tahun yl. anak-anak didesa-desa banyak yang kehilangan 
perawatan kedua orang-tuanya yang harus bekerja di kota, sekarang sudah bisa 
menarik anak-anaknya hidup bersama dikota dengan menikmati haknya masuk sekolah 
dikota. Pemerintah berani keluarkan kebijakan begini, karena kehidupan didesa 
umumnya sudah tidak beda jauh dengan kota-kota besar! Tidak lagi kuatir 
kota-kota dibanjiri warga desa mencari kerja dikota, ... seperti lebih 40 tahun 
yl!

Hari terakhir kami kembali dan bermalam di kota Tsing Tao. Satu kota yang masih 
nampak peninggalan koloni Eropah, khususnya Jerman, terlihat dari gedung-gedung 
kuno yg dibangun awal tahun 1900-an, termasuk gedung Gubernur Jerman di Tsing 
Tao yang tetap dipertahankan dengan baik sampai sekarang. Dan tentunya tidak 
ketinggalan, meninjau pabrik bir Tsing Tao yg juga             dibangun oleh 
Jerman, bahkan masih bisa diperlihatkan mesin-pertama yang digunakan dari 
Jerman itu.

Karena cuaca udara Tsing Tao termasuk nyaman di Tiongkok daratan, musim panas 
tidak terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin, dan agak kering, 
tidak lembab itu, ... sekalipun temperatur sudah mencapai 320C, tidak terasa 
sangat panas dan lengket berkeringat. Itulah sebab, Tsing Tao digunakan         
    sebagai tempat peristirahatan yang nyaman, termasuk dibangun sanatorium 
bagi perwira pensiunan dan vila-vila peristirahatan bagi kader-kader tinggi. 
Ketua Mao, Lin Piao juga pernah beristirahat di Tsing Tao ini, ...

Begitulah kami mengakhiri tamasya kali ini, dengan peninjauan pabrik bir Tsing 
Tao, melihat bagaimana cara produksi kuno dengan mesin lama dan cara produksi 
dengan mesin baru yang begitu cepat, dan, ... dengan bayar 60 Yen/orang, kita 
bisa dapatkan 1 gelas bir Tsing Tao yang terasa lebih segar dan nikmat 
ketimbang beli botolan di supermarket, karena tergolong bir mentah yang hanya 
bisa tahan tidak lebih dari 7 hari saja. Lalu, siang hari sudah ke airport siap 
terbang pulang ke HK.
          

|  | 不含病毒。www.avg.com |


Kirim email ke