Hehehehe gimana kalo yg ngigau ngomong begini:

Ente kan maunya memilih yg terbaik. Sedangkan terbaik itu gak ada apalagi dunia 
politik.

Ane jelas sekali kalau memilih itu supaya yg jahat jangan berkuasa.

 

Beda kan?

 

Jadi kalau Prabowo yg sekarang ngaku bela orang miskin, maen2 sama Islam 
radikal, maen mata sama kapitalisme, maen mata sama keluarga cendana yg mau 
come back dll menang. Lalu NKRI ribut2 krn kelompok cendana berantem dgn Islam 
radikal dan Prabowo sendiri tertendang krn memang bego politik. Gimana ente? 
Teriakan2 ente yg bagus2 mau bela rakyat akan dikemanakan? Wong NKRI nya sudah 
rusak.

 

Ya silahkan Golput tetapi gak usah dipolitisir lah.

Gus Dur saja bilang Golput krn ada kecurangan dalam pemilu tetapi dia gak 
nyuruh2 PBNU Golput loh.

 

Semangatnya kan beda. Disini ente berkoar2 dengan napas ideologinya yg jelas2 
tidak melihat aspek politiknya gimana kalau yg memimpin bisa bikin runyam NKRI!

 

Moso kaya’ gini gak boleh mikir dan gak bisa mikir?

 

Nesare

 

 

From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> 
Sent: Monday, November 5, 2018 9:16 AM
To: GELORA45 <gelora45@yahoogroups.com>
Subject: Re: lawan parasit Re: [GELORA45] Taufik ikuti jejak Setnov

 

  

Udah jelas golput, eh dibilang memilih yg berkuasa / Jokowi.

Lha situ yang impoten mosok nyalahin yang sana.

 

Ada-ada aja.

Tukang ngigo ngaku mikir.

 

 

--- nesare1@... wrote:

 

Gimana Golput bisa baik kalau yang dibiarkan menang adalah model Hitler?

 

Bagi ente kan kelihatan jalan pikirannya adalah memilih yg berkuasa, ane mah 
lain jalan pikirannya. Ane melihat kalau yg jelek yg berkuasa, itu yg akan 
bikin negara kerepotan.

 

Beda kan jalan pikirannya?

 

Nesare

 

 

From: ajeg

 

Nah, gampang kan memahami kenapa jumlah Golput 

terus bertambah di segala pemilu (pileg-pilkada-pilpres).

Jelas karena Golput itu baik, perlu, dan konstitusional 

untuk melawan masuknya penjahat ke lingkar kekuasaan. 

Penjahat-penjahat bisanya cuma jadi parasit! Membohongi, 

menindas, menghisap Rakyat.

 

--- SADAR@... wrote:

 

Entah untuk ke berapa kalinya Komisi Pemberantasan Korupsi alias KPK harus 
membekuk wakil rakyat yang "sangat terhormat" yang kini "giliran"  Wakil Ketua 
DPR Taufik Kurniawan yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN) bentukan 
tokoh reformis Amien Rais.

 

Lembaga antirasuah ini menyangkakan Taufik telah menerima uang atau janji dari 
pemerintah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak kurang dari Rp3,6 miliar yang 
dana berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kebumen yang nilainya kurang lebih 
Rp93 miliar., kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan.

 

Rupanya Taufik tidak mau kalah dari koleganya, Setya Novanto, yang pernah 
menjadi ketua DPR dan telah terbukti melakukan korupsi miliaran rupiah dari 
anggaran yang "luar biasa" besarnya kurang lebih Rp2,3 triliun dari pembuatan 
KTP Elektronik (KTP-E).

 

Novanto yang merupakan mantan ketua umum DPP Partai Golkar terkena hukuman 
penjara 15 tahun serta harus mengembalikan uang negara yang "dimakannya itu".

 

Ternyata sebelum Taufik terjerat kasus hukum, ada lagi mantan wakil rakyat yang 
sungguh terhormat" yang diseret KPK. Kali ini adalah mantan sekretaris jenderal 
DPP Golkar Idrus Marham yang saat penangkapan berstatus menteri sosial. Idrus 
Marham yang telah bertahun- tahun menjadi anggota DPR diseret KPK karena diduga 
terlibat proyek PLTU Riau I bersama anggota DPR lainnya Eni Saragih.

 

Setya Novanto, Idrus Marham serta Taufik Kurniawan bukanlah cuma tiga penghuni 
Senayan yang ditangkap penyidik KPK. Rakyat tentu pasti ingat nama-nama 
Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum serta Mohammad Nazaruddin yang semuanya juga 
terbukti "makan" uang rakyat yang jumlahnya milliaran rupiah.

 

Selain tokoh- tokoh itu ada lagi wakil rakyat yang didakwa "mengembat" alias 
mencuri uang negara dalam berbagai proyek seperti kasus penyediaan satelit bagi 
Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang tentu saja nilainya bukan Rp100 juta hingga 
Rp200 juta melainkan miliaran rupiah.

 

Jika penghuni Senayan saja "makan" uang rakyat" maka hal serupa juga terjadi di 
berbagai daerah baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten. Zumi Zola 
yang kini menjadi gubernur Jambi nonaktif harus menjadi tersangka karena 
dituduh "menikmati" uang warga Jambi bernilai miliaran rupiah bagi dirinya 
sendiri tapi juga banyak anggota DPRD Jambi.

 

Sementara itu, sedikitnya 42 dari 45 anggota DPR Kabupaten Malang, Jawa Timur 
diciduk para penyidik KPK karena disangkakan menerima upeti dari pemerintah 
setempat. Sementara itu, mantan gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho 
juga harus kehilangan "kursi emasnya" karena lagi- lagi terbukti dengan cara 
haram "makan "uang " rakyat.

 

Apabila masyarakat menyoroti ulah sangat memalukan wakil- wakilnya di tingkat 
nasional, provinsi dan kabupaten maka tanpa terasa terdapat tugas mulia yang 
harus dilakukan sedikitnya oleh 170 juta pemilih di Tanah Air yakni pada 17 
April 2019 wajib memilih anggota DPD, DPR.RI, hingga DPRD tingkat satu dan dua. 
Pada tanggal yang sama, jutaan pemilih itu juga harus memilih presiden dan 
wakil presiden masa bakti 2019-2024.

 

Bermutukah caleg

 

Kini saja jumlah anggota DPR di Senayan adalah 460 orang dan pada pemilihan 
anggota legislatif diperkirakan jumlah bertambah menjadi sekitar 500 orang..

 

Jika masyarakat Indonesia merenungkan kasus- kasus hukum yang justru dibuat 
oleh para anggota DPR, DPRD satu dan dua itu sendiri maka para pemilih berhak 
mempunyai pikiran apakah mereka wajib mendatangi tempat pemungutan suara alias 
TPS ataukah menjadi "golput" atau golongan putih atau sengaja tidak memilih.

 

Pertanyaan itu tidak berlebihan rasanya karena rakyat Indonesia berhak muak 
atau benci atau sedikitnya kecewa terhadap begitu banyak wakil rakyat yang 
menciderai atau menyalahgunakan kepercayaan rakyat.

 

Khusus terhadap "tuan" Taufik Kurniawan, dia tentu saja berhak membela diri 
karena telah menyatakan dirinya tak bersalah. Rakyat tentu harus mengakui atau 
menyadari azas dasar "praduga tak bersalah" yakni seseorang tidak boleh 
dianggap bersalah sampai adanya keputusan pengadilan yang sudah berkekuatan 
tetap.

 

Akan tetapi rakyat juga amat menyadari bahwa hampir 99,99 persen dakwaaan KPK 
selalu terbukti sehingga tak ada terdakwa yang bisa bebas dari "meja hijau" 
alias pengadilan.

 

Karena tuduhan atau dakwaan para penyidik KPK itu hampir 100 persen terbukti 
sedangkan pemilihan wakil rakyat tinggal beberapa bulan lagi, maka apa yang 
harus dilakukan para pemilih saat memikirkan calon- calon wakil mereka di 
DPR.RIU, DPRD satu dan dua?

 

Rakyat juga pasti tak bisa melupakan Irman Gusman yang saat menjadi Ketua Dewan 
Perwakilan Daerah DPD dibekuk KPK gara-gara menerima sogokan yang cuma Rp100 
juta dari seorang "pengusaha" yang ingin ditunjuk menjadi importir gula 
khususnya untuk Provinsi Sumatera Barat.

 

Karena Pileg tinggal enam bulan lagi, maka agar rakyat tak terus-menerus 
bertanya tentang mutu para calon wakil- wakil mereka maka tugas untuk menjawab 
pertanyaan itu menjadi kewajiban semua ketua partai politik beserta tokoh 
senior parpol.

 

Yakinkan jutaan pemilih bahwa semua calon wakil rakyat dari partai mana pun 
juga adalah orang- orang yang bisa disebut" suci" yang sanggup melawan upaya 
penyogokan dari aparat pemerintah maupun pengusaha.

 

Berbagai kasus korupsi biasanya berasal dari pejabat negara yang berambisi agar 
proyek- proyek mereka yang umumnya miliaran rupiah bisa disetujui DPR dan DPRD. 
Pejabat pemerintah tentu ingin "dipuji" atasannya bahwa mereka berhasil 
"merayu" wakil rakyat untuk menyetujui apa pun proyek pemerintah.

 

Sementara itu, wakil- wakil rakyat ingin berusaha "mencari untung" bagi dirinya 
sendiri, kelompok atau gengnya hingga partai politiknya.

 

Karena itu, semua pimpinan parpol pada tingkatan apa pun juga harus sanggup 
meyakinkan rakyat bahwa semua calon wakil rakyat itu adalah orang-orang yang 
taat kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT.

 

Kalau boleh mengambil istilah agama Islam, maka semua calon wakil rakyat itu 
harus bersikap tawadhu atau rendah hati sehingga siap mengabdi kepada bangsa 
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang amat tercinta ini.

 

Mudah-mudahan menjelang Pileg 17 april 2019, tak ada lagi wakil rakyat yang 
harus masuk kerangkeng KPK agar rakyat sadar ataupun tahu bahwa semua calon 
wakil rakyat adalah orang- orang yang baik dan sanggup mengabdi kepada rakyat 
tanpa pamrih apa pun juga.*

 

Baca juga:  
<https://www.antaranews.com/berita/764595/kronologi-kasus-yang-menjerat-taufik-kurniawan>
 Kronologi kasus yang menjerat Taufik Kurniawan

Baca juga:  
<https://www.antaranews.com/berita/764546/alasan-kpk-menahan-taufik-kurniawan> 
Alasan KPK menahan Taufik Kurniawan

 

Pewarta: Arnaz F. Firman

Editor: Eratzon Saptiyulda AS

 



Kirim email ke