Jonathan: Demikian juga kelihatannya dalam kaitan dengan keluarga Cendana, ngapain maen mata lagi lha wong begundal.
Nesare: Jokowi begundal cendana? Wah fitnah lagi ya?! Ayo sana jual fitnah nya. Jual sama Prabowo tu, pasti ente dikasih kuda import nya yg mahal jadi ente bisa sekolah piano atau ke private school hehehehehe. Jonathan: Tidak perduli apapun yg diinginkan Islam Radikal ya kasih saja bahkan termasuk jadi negara Islam peduli amat yg penting didukung jadi presiden. Nesare: hebat hebat sekali opini tanpa fakta nya ente ini. Sekarang fitnah lagi bilang Jokowi kasih islam radikal bikin negara islam. Goblok enggak?! Gimana ya jalan pikiran ente ini yg katanya banyak wangsit dan logikanya hebat? Jonathan: salah contoh tidak dinaikkannya cukai rokok th 2019 Nesare: sudah menghubungkan antara bela rakyat dgn policy saja masih gak ngerti! Naikin cukai rokok, tahu gak siapa yg dibebankan? Rakyat yg merokok tahu?! Goblok amat sih yg kebanyakan merokok itu malahan rakyat kebanyakan. Terus lagi kalau pabrik rokoknya susah, siapa yg susah? Ane sudah pernah nulis ttg tembakau tempo hari walaupun konteksnya ttg pabrik rokok dan petani tembakau vs jahatnya rokok dan bisa bikin orang mati lebih cepet. Kang sobari membela industry rokok ini krn mikirin petani tembakau akan kehilangan penghasilan kalau pabrik rokok tutup. Tolol betul ente ini gak ngerti policy menaikkan cukai akan bikin susah pabrik rokok dan juga akhirnya akan membebankannya ke consumen?!! Geblek amat ente ini! Jangan teriak2 mau bela rakyat miskin akh kalau policy naikin cukai rokok aja ente gak ngerti!!!! Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Monday, November 5, 2018 2:32 PM To: Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: lawan parasit Re: [GELORA45] Taufik ikuti jejak Setnov Anda benar sekali dalam hal ini "Jelas2 jokowi itu kapitalis koq. Ngapain maen mata sama kapitalisme lagi?" Demikian juga kelihatannya dalam kaitan dengan keluarga Cendana, ngapain maen mata lagi lha wong begundal. Tentang mau meredam Islam Radikal kelihatannya benar juga, meredam agar Islam Radikal tidak menggoyang dirinya dan berbalik mendukung. Tidak perduli apapun yg diinginkan Islam Radikal ya kasih saja bahkan termasuk jadi negara Islam peduli amat yg penting didukung jadi presiden. Dus tidak perlu maen mata lagi lha wong sudah jadi bagian dari Islam Radikal. Tentang "Jokowi bela rakyat Indonesia termasuk orang miskin!" tergantung mana/siapa yg dikelompokkan itu, kelihatannya lebih tepat dirinya sendiri dan bolo kromo. Berbagai policy yg dijalankan menunjukkan dengan jelas sekali, salah contoh tidak dinaikkannya cukai rokok th 2019 padahal pendapatan negara dari kenaikan cukai itu dipakai untuk BPJS yang notabene jaminan kesehatan untuk sebagian besar kalau tidak mau dibilang keseluruhan rakyat Indonesia. ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Jelas Jokowi bela rakyat Indonesia termasuk orang miskin! Jelas Jokowi maen2 sama islam radikal tetapi mau diredam sama dia. Beda sama Prabowo maen2 Islam radikal utk berkuasa. Cilakanya kalo dia menang, gak tahu apakah dia bisa menguasai kekuatan islam radikal ini atau tidak. Saya sih yakin dia gak akan bisa nantinya. Akan lebih cilaka lagi nantinya kalo islam radikal tambah pamornya. Bukan Prabowo saja yg akan gagal, siapapun akan gagal. Ini yg ditakuti oleh Jeffrey winters. Dia bilang jangan main2 dgn api. Yg kecil2 itu bisa menang. Trump itu bisa menang walaupun tidak disangka. Ane sih gak terlalu pusingin sama islam radikal ini. Pendapat ane mah beda bahwa kekuatan nasionalis itu gede belum keluar aja. Coba kalo ada musuhnya, bakalan keluar deh kekuatan nasionalis ini seperti jaman dulu revolusi. Memang bener sebetulnya Jokowi gak perlu ambil ma’ruf amin sbg wapres. Walaupun kekuatan islam sudah keluar terutama krn kasus ahok, ttp ane mah ngerasa gak sampai gitu2 hebat amat. Masih mendingan Mahfud lah. Hanya pilihan Jokowi itu bukan krn takut sama islamnya, tetapi memang ada gontok2an ditubuh NU sendiri antara cak imin vs gusdurian. Jelas2 jokowi itu kapitalis koq. Ngapain maen mata sama kapitalisme lagi? Oh ya ane baru tahu ada isu Jokowi maen2 sama cendana? Gimana nih cerita dagelannya? Ente karena gak suka sama Jokowi, makane sedikit2 dipakai utk menyerang. Sedangkan substansinya ente itu cetek. Jangan ngomong deh ttg ilmunya. Dasar tukang bashing aja. Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com < <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Monday, November 5, 2018 12:34 PM To: Yahoogroups < <mailto:gelora45@yahoogroups.com> gelora45@yahoogroups.com> Subject: RE: lawan parasit Re: [GELORA45] Taufik ikuti jejak Setnov Apakah Jokowi bela orang miskin? Apakah Jokowi tidak maen2 sama Islam radikal? Apakah Jokowi tidak maen mata sama kapitalisme? Apakah Jokowi tidak maen mata sama keluarga cendana? Apakah beda antara keduanya? ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com, < <mailto:nesare1@...> nesare1@...> wrote : Hehehehe gimana kalo yg ngigau ngomong begini: Ente kan maunya memilih yg terbaik. Sedangkan terbaik itu gak ada apalagi dunia politik. Ane jelas sekali kalau memilih itu supaya yg jahat jangan berkuasa. Beda kan? Jadi kalau Prabowo yg sekarang ngaku bela orang miskin, maen2 sama Islam radikal, maen mata sama kapitalisme, maen mata sama keluarga cendana yg mau come back dll menang. Lalu NKRI ribut2 krn kelompok cendana berantem dgn Islam radikal dan Prabowo sendiri tertendang krn memang bego politik. Gimana ente? Teriakan2 ente yg bagus2 mau bela rakyat akan dikemanakan? Wong NKRI nya sudah rusak. Ya silahkan Golput tetapi gak usah dipolitisir lah. Gus Dur saja bilang Golput krn ada kecurangan dalam pemilu tetapi dia gak nyuruh2 PBNU Golput loh. Semangatnya kan beda. Disini ente berkoar2 dengan napas ideologinya yg jelas2 tidak melihat aspek politiknya gimana kalau yg memimpin bisa bikin runyam NKRI! Moso kaya’ gini gak boleh mikir dan gak bisa mikir? Nesare From: <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com < <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com> Sent: Monday, November 5, 2018 9:16 AM To: GELORA45 < <mailto:gelora45@yahoogroups.com> gelora45@yahoogroups.com> Subject: Re: lawan parasit Re: [GELORA45] Taufik ikuti jejak Setnov Udah jelas golput, eh dibilang memilih yg berkuasa / Jokowi. Lha situ yang impoten mosok nyalahin yang sana. Ada-ada aja. Tukang ngigo ngaku mikir. --- nesare1@... wrote: Gimana Golput bisa baik kalau yang dibiarkan menang adalah model Hitler? Bagi ente kan kelihatan jalan pikirannya adalah memilih yg berkuasa, ane mah lain jalan pikirannya. Ane melihat kalau yg jelek yg berkuasa, itu yg akan bikin negara kerepotan. Beda kan jalan pikirannya? Nesare From: ajeg Nah, gampang kan memahami kenapa jumlah Golput terus bertambah di segala pemilu (pileg-pilkada-pilpres). Jelas karena Golput itu baik, perlu, dan konstitusional untuk melawan masuknya penjahat ke lingkar kekuasaan. Penjahat-penjahat bisanya cuma jadi parasit! Membohongi, menindas, menghisap Rakyat. --- SADAR@... wrote: Entah untuk ke berapa kalinya Komisi Pemberantasan Korupsi alias KPK harus membekuk wakil rakyat yang "sangat terhormat" yang kini "giliran" Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN) bentukan tokoh reformis Amien Rais. Lembaga antirasuah ini menyangkakan Taufik telah menerima uang atau janji dari pemerintah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak kurang dari Rp3,6 miliar yang dana berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Kebumen yang nilainya kurang lebih Rp93 miliar., kata Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan. Rupanya Taufik tidak mau kalah dari koleganya, Setya Novanto, yang pernah menjadi ketua DPR dan telah terbukti melakukan korupsi miliaran rupiah dari anggaran yang "luar biasa" besarnya kurang lebih Rp2,3 triliun dari pembuatan KTP Elektronik (KTP-E). Novanto yang merupakan mantan ketua umum DPP Partai Golkar terkena hukuman penjara 15 tahun serta harus mengembalikan uang negara yang "dimakannya itu". Ternyata sebelum Taufik terjerat kasus hukum, ada lagi mantan wakil rakyat yang sungguh terhormat" yang diseret KPK. Kali ini adalah mantan sekretaris jenderal DPP Golkar Idrus Marham yang saat penangkapan berstatus menteri sosial. Idrus Marham yang telah bertahun- tahun menjadi anggota DPR diseret KPK karena diduga terlibat proyek PLTU Riau I bersama anggota DPR lainnya Eni Saragih. Setya Novanto, Idrus Marham serta Taufik Kurniawan bukanlah cuma tiga penghuni Senayan yang ditangkap penyidik KPK. Rakyat tentu pasti ingat nama-nama Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum serta Mohammad Nazaruddin yang semuanya juga terbukti "makan" uang rakyat yang jumlahnya milliaran rupiah. Selain tokoh- tokoh itu ada lagi wakil rakyat yang didakwa "mengembat" alias mencuri uang negara dalam berbagai proyek seperti kasus penyediaan satelit bagi Badan Keamanan Laut (Bakamla) yang tentu saja nilainya bukan Rp100 juta hingga Rp200 juta melainkan miliaran rupiah. Jika penghuni Senayan saja "makan" uang rakyat" maka hal serupa juga terjadi di berbagai daerah baik di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten. Zumi Zola yang kini menjadi gubernur Jambi nonaktif harus menjadi tersangka karena dituduh "menikmati" uang warga Jambi bernilai miliaran rupiah bagi dirinya sendiri tapi juga banyak anggota DPRD Jambi. Sementara itu, sedikitnya 42 dari 45 anggota DPR Kabupaten Malang, Jawa Timur diciduk para penyidik KPK karena disangkakan menerima upeti dari pemerintah setempat. Sementara itu, mantan gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho juga harus kehilangan "kursi emasnya" karena lagi- lagi terbukti dengan cara haram "makan "uang " rakyat. Apabila masyarakat menyoroti ulah sangat memalukan wakil- wakilnya di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten maka tanpa terasa terdapat tugas mulia yang harus dilakukan sedikitnya oleh 170 juta pemilih di Tanah Air yakni pada 17 April 2019 wajib memilih anggota DPD, DPR.RI, hingga DPRD tingkat satu dan dua. Pada tanggal yang sama, jutaan pemilih itu juga harus memilih presiden dan wakil presiden masa bakti 2019-2024. Bermutukah caleg Kini saja jumlah anggota DPR di Senayan adalah 460 orang dan pada pemilihan anggota legislatif diperkirakan jumlah bertambah menjadi sekitar 500 orang.. Jika masyarakat Indonesia merenungkan kasus- kasus hukum yang justru dibuat oleh para anggota DPR, DPRD satu dan dua itu sendiri maka para pemilih berhak mempunyai pikiran apakah mereka wajib mendatangi tempat pemungutan suara alias TPS ataukah menjadi "golput" atau golongan putih atau sengaja tidak memilih. Pertanyaan itu tidak berlebihan rasanya karena rakyat Indonesia berhak muak atau benci atau sedikitnya kecewa terhadap begitu banyak wakil rakyat yang menciderai atau menyalahgunakan kepercayaan rakyat. Khusus terhadap "tuan" Taufik Kurniawan, dia tentu saja berhak membela diri karena telah menyatakan dirinya tak bersalah. Rakyat tentu harus mengakui atau menyadari azas dasar "praduga tak bersalah" yakni seseorang tidak boleh dianggap bersalah sampai adanya keputusan pengadilan yang sudah berkekuatan tetap. Akan tetapi rakyat juga amat menyadari bahwa hampir 99,99 persen dakwaaan KPK selalu terbukti sehingga tak ada terdakwa yang bisa bebas dari "meja hijau" alias pengadilan. Karena tuduhan atau dakwaan para penyidik KPK itu hampir 100 persen terbukti sedangkan pemilihan wakil rakyat tinggal beberapa bulan lagi, maka apa yang harus dilakukan para pemilih saat memikirkan calon- calon wakil mereka di DPR.RIU, DPRD satu dan dua? Rakyat juga pasti tak bisa melupakan Irman Gusman yang saat menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah DPD dibekuk KPK gara-gara menerima sogokan yang cuma Rp100 juta dari seorang "pengusaha" yang ingin ditunjuk menjadi importir gula khususnya untuk Provinsi Sumatera Barat. Karena Pileg tinggal enam bulan lagi, maka agar rakyat tak terus-menerus bertanya tentang mutu para calon wakil- wakil mereka maka tugas untuk menjawab pertanyaan itu menjadi kewajiban semua ketua partai politik beserta tokoh senior parpol. Yakinkan jutaan pemilih bahwa semua calon wakil rakyat dari partai mana pun juga adalah orang- orang yang bisa disebut" suci" yang sanggup melawan upaya penyogokan dari aparat pemerintah maupun pengusaha. Berbagai kasus korupsi biasanya berasal dari pejabat negara yang berambisi agar proyek- proyek mereka yang umumnya miliaran rupiah bisa disetujui DPR dan DPRD. Pejabat pemerintah tentu ingin "dipuji" atasannya bahwa mereka berhasil "merayu" wakil rakyat untuk menyetujui apa pun proyek pemerintah. Sementara itu, wakil- wakil rakyat ingin berusaha "mencari untung" bagi dirinya sendiri, kelompok atau gengnya hingga partai politiknya. Karena itu, semua pimpinan parpol pada tingkatan apa pun juga harus sanggup meyakinkan rakyat bahwa semua calon wakil rakyat itu adalah orang-orang yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT. Kalau boleh mengambil istilah agama Islam, maka semua calon wakil rakyat itu harus bersikap tawadhu atau rendah hati sehingga siap mengabdi kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang amat tercinta ini. Mudah-mudahan menjelang Pileg 17 april 2019, tak ada lagi wakil rakyat yang harus masuk kerangkeng KPK agar rakyat sadar ataupun tahu bahwa semua calon wakil rakyat adalah orang- orang yang baik dan sanggup mengabdi kepada rakyat tanpa pamrih apa pun juga.* Baca juga: <https://www.antaranews.com/berita/764595/kronologi-kasus-yang-menjerat-taufik-kurniawan> Kronologi kasus yang menjerat Taufik Kurniawan Baca juga: <https://www.antaranews.com/berita/764546/alasan-kpk-menahan-taufik-kurniawan> Alasan KPK menahan Taufik Kurniawan Pewarta: Arnaz F. Firman Editor: Eratzon Saptiyulda AS