Membaca berita masalahnya "timbal balik" dus jadi timbul pertanyaan apa timbal 
balik yang diterima/dijanjikan Jokowi-Ma'ruf cs? Apakah kementrian kehakiman 
seperti banyak ditebak teman2 dimilis atau jabatan strategis lain?
Yusril adalah proponent negara Islam, hal yang juga terlihat eks HTI kemudian 
gabung dan jadi caleg PBB. Kalau tidak salah ingat sewaktu Yusril jadi 
Menkumdang dan Amien Rais jadi ketua MPR amandemen UUD 45 dilakukan dengan 
menambahkan nilai2 agama yang sedemikian mewarnai konstitusi terutama sekali 
dalam pendidikan dan research. Jadinya ya kita tahulah pengajian madrasah dlsb 
menyebar ke-mana2, ilmu pengetahuan dibandingkan dengan ayat suci dan yang 
menang ya ayat suci. Agama sedemikian merasuk kedalam kehidupan masyarakat.
Ma'ruf Amin setelah masuk kelingkaran Istana apalagi setelah jadi cawapres 
mengatakan Khilafah tertolak oleh kesepakatan tetapi sama sekali tidak 
mengatakan menolak negara Islam, bahkan lebih lanjut Ma'ruf mengatakan negara 
Islam tidak harus khilafah tetapi bisa saja berbentuk Republik.
Pas, tumbu ketemu tutup dengan Yusril.

---In GELORA45@yahoogroups.com, <djiekh@...> wrote :

Yusril kapok dengan Prabowo-Sandi ?Rupanya Thohir tahu keluh kesahnya ?

On Tue, 6 Nov 2018 at 10:54, Noroyono 1963 noroyono1963@... [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com> wrote:



Yusril blak-blakan alasan tinggalkan Prabowo-Sandi Selasa, 6 November 2018 
14:51Reporter : Sania Mashabi  
Yusril Ihza Mahendra. ©2018 Merdeka.com/Dwi Narwoko Merdeka.com - Advokat 
kondang sekaligus Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra 
membenarkan adanya ajakan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno 
untuk bergabung dalam tim pemenangan Pilpres 2019. Ajakan itu, kata dia, 
terjadi sekitar tiga bulan lalu langsung dari Sandiaga dan Waketum Partai 
Gerindra Ferry Juliantono. "Ya kira-kira sudah tiga bulan yang lalu. Tidak lama 
pencalonan presiden kan bulan Agustus ya, ya kira-kira di bulan 
Agustus-September," kata Yusril saat dihubungi merdeka.com, Selasa (6/11). 
Yusril akhirnya menolak bergabung dengan Prabowo-Sandi karena kecewa. Salah 
satunya alasannya, dia menilai ada kesan Prabowo-Sandi hanya ingin 
menguntungkan timnya sendiri, dan bukannya menganut sistem 'take and gift' atau 
timbal balik dalam koalisi. Yusril selama ini dikenal dekat dengan kubu 
Prabowo. Bahkan dia sebagai pengacara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kerap 
berseberangan dengan pemerintahan Jokowi. Tapi di Pilpres 2019, dia 
meninggalkan koalisi Prabowo.. "Saya katakan, kami kan PBB dulu sudah pernah 
bantu Pak Prabowo ya, kita sudah bantu Pak Sandi maju gubernur DKI. Wagub DKI. 
Kami punya kepentingan juga nih kita berhasil lolos empat persen ke dalam DPR," 
ungkapnya. "Jadi kalau kami membantu Pak Prabowo-Pak Sandi apa yang sebaliknya 
bisa dibantu oleh Pak Prabowo dan Pak Sandi kepada kami. Tapi tidak ada 
jawaban," sambungnya. Selama ini, lanjutnya, tim Prabowo-Sandi tidak pernah 
merespon keinginanya. Bahkan setelah adanya draf aliansi yang dikeluarkan saat 
petinggi PBB bertemu Habib Rizieq di Arab Saudi. "Pak Kaban dan Pak Afriyansah 
Noor untuk bertemu Habib Rizieq ya dan membahas hal yang sama dan setelah itu 
mereka menyusun draf aliansi partai-partai dan itu diajukan ke Pak Prabowo, 
tapi sampai hari ini juga enggak ada respon," ungkapnya. Menurut Yusril, 
seharusnya dalam koalisi ada timbal balik yang sesuai. Pasalnya ia akan 
meluangkan banyak waktu untuk memenangkan Prabowo-Sandi. "Kalau saya diminta 
menjadi tim suksesnya Pak Prabowo-Pak Sandi saya kan akan all out kampanye 
siang malam mengkampanyekan pak Prabowo-Pak Sandi, tapi harus diingat saya juga 
jadi caleg di Jakut. Kan bakal habis waktu saya untuk kampanye Pak Prabowo-Pak 
Sandi," ujarnya. Dia menilai, Prabowo sebagai pimpinan koalisi seharusnya 
berbicara pada semua partai koalisinya untuk bisa sama-sama memenangkan Pileg 
dan Pilpres bersamaan. Hal itu, kata dia, baru disebut sebagai timbal balik.. 
"Tapi apakah partai koalisinya juga ya semuanya bisa masuk ke parlemen itu baru 
namanya kita saling berkerja sama, tapi kalau cuman kami diminta bantu bapak, 
bapak enggak mau bantu kami gimana jadinya. Tentu tidak pernah ada jawaban 
waktu itu jawaban Pak Sandi dan Pak Ferry ya nanti kami akan bicarakan sama Pak 
Prabowo tapi sampai hari ini tidak pernah ada jawaban," ucapnya. Diketahui, 
Pengacara kondang Yusril Ihza Mahendra resmi menjadi kuasa hukum Capres dan 
Cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019. Padahal, Yusril selama 
ini diketahui kerap berseberangan dengan Jokowi dan lebih dekat dengan oposisi. 
Waketum Gerindra, Ferry Juliantono mengungkap, pihaknya sempat mengajak Ketum 
PBB itu untuk bergabung. Bahkan yang mengajaknya langsung Cawapres nomor urut 
02, Sandiaga Uno. "Saya sendiri bersama Pak Sandiaga Unopernah menemui Pak 
Yusril dalam rangka mengajak berjuang bersama," kata Ferry saat dihubungi 
merdeka.com, Selasa (6/11). [rnd]


Kirim email ke