Kenyataannya memang begitu.
Pada hari terakhir baru Jokowi beritahu partai2 pendukungnya,
siapa yang dia pilih jadi wakilnya. Dia kira begitu beres saja,
karena pilihan siapa jadi calon wakil presiden diserahkan pada
calon presiden.
Ternyata mereka tidak menolak, tetapi mengatakan lewat PPP
kalau Mahfud yang jadi wakil presiden, mereka tidak akan aktif.
Jadi Jokowi akhirnya ambil pilihan kedua.
Rupanya memang harus ada kesepakatan hitam di atas putih,
yang harus ditandatangani ketua2 dan sekjen2 partai pendukung
sehingga ada kepastian.
Suatu pelajaran.

On Thu, 8 Nov 2018 at 10:36, ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
> Lha petahana kok kepepet waktu...
>
> Lagipula sudah terlanjur beredar Jokowi pilih Mahfud
> yang bahkan sudah siap di restoran sebelah menunggu
> panggilan untuk diumumkan sebagai cawapres.
>
> --- djiekh@... wrote:
>
> Ya, kepepet, waktunya tinggal beberapa jam.
> Kan, sudah ada beritanya, beberapa partai islam sudah
> sepakat tidak aktif dukung Jokowi kalau Mahfud yang
> jadi calon wakil presiden.. Tentunya anda sudah baca.
> Kalau anda punya dugaan lain, silahkan kemukakan.
>
> On Thu, 8 Nov 2018 at 10:10, ajeg wrote:
>
> Kenapa Jokowi sampai kepepet, menurut Anda?
> Siapa yang mepet dia?
>
> --- djiekh@... wrote:
>
> NU iu isinya macam-macam. Di NU banyak yang anti Gus Dur.
> Pemuda NU Yogya pernah beri ceramah di Universitas Leiden
> mungkin ada 15 tahun yang lalu. Dia menceritakan kalau pemuda
> NU Yogya ingin mendekati korban 65 . Dia mendekati beberapa kiyai
> yang dekat dengan merek. Sang kiyai bilang coba omong dengan kiyai-
> kiyai ini, tetapi jangan dengan kiyai2 yang lain, pasti kamu akan
> dimaki maki. Nah dia dekati korban di Jatim, banyak melakukan
> pembicaraan, lalu mereka main wayang bersama. Wah, mereka dipanggil
> Kodim, dicurigai.
> Setelah mereka menjelaskan, dan memberitahu sudah disetujui kyai2 tertentu,
> akhirnya boleh pulang.
> Saya pernah tanya Romo Sunu, yang waktu itu sedang ambil PhD di bidang
> Biologi di Amsterdam. Dia bilang, ya, dia sering berdiskusi dengan mereka..
> Memang mereka sudah berpikir jauh tentang nation building. Romo Sunu,
>  yang dulunya docent Biologi di Universitas Katolik Yogya, tahu tahu tahu
> belakangan diangkat jadi kepala Syarikat Jesuit Indonesia.
> Mahfud ini rupanya golongannya Gus Dur, tidak begitu disukai Kyai-kyai ??
> Apalagi partai2 islam lain beri dukungan pada Ma'ruf Amin pada saat
> terakhir.
> Rupanya Jokowi kepepet tidak ada waktu cari pilihan lain  ? Atau karena
> pilihan
> pertama, Mahfud, ditolak oleh yang lain-lain, jadi terpaksa ambil pilihan
> kedua ?
>
>
> On Thu, 8 Nov 2018 at 07:27, ajeg wrote:
>
> Rata-rata muslim di PDIP itu abangan. Kedekatan PDIP
> dengan santri & ulama cuma di jaman Gus Dur. Saat itu
> justru Kiemas gamang mainkan kartu nasionalis-relijius,
> walau belakangan mulai merapat. Jadi, dari faksi PDIP
> sebelah mana yang mendorong Jokowi buang Mahfud lalu
> ambil Ma'ruf?
>
> Sekalipun penunjukkan cawapres adalah hak capres,
> petugas tidak boleh seenaknya nyerong dari garis partai
> main pragmatis untuk kepentingan sendiri. Atau, lepas saja
> atribut partainya. Sehingga kalau terpilih, bekerjanya
> untuk Indonesia.
>
> --- jonathangoeij@... wrote:
>
> Orang-orang yang bilang Jokowi PKI sekarang ada dikubu Jokowi sendiri.
>
> --- ajegilelu@... wrote :
>
> Sebetulnya siapa di PDIP yang punya kedekatan dg Ma'ruf
> sampai petugas ini begitu pede menjadikannya sbg cawapres?
> Sebab, jangankan partai-partai koalisi yg berebut menyodorkan
> ketuanya, Mahfud yg konon sdh direstui Mega saja bingung
> dg pilihan Jokowi yg berobah mendadak ini.
>
> Terlalu berlebihan memakai Ma'ruf untuk sekedar mnunjukkan
> keislamannya, untuk sekedar bilang "saya bukan PKI"
>
> --- jonathangoeij@... wrote:
>
> Th 2014 sewaktu teman dan kerabat tanya pendapat saya sama sekali tidak
> ragu2 bilang Jokowi, tetapi saat ini terus terang saya lebih baik bilang
> jangan pilih alias golput. Memilih seorang pemimpin mempunyai konsekwensi
> besar.
>
> Saya tidak tahu platform keduanya apa dan apakah memang benar2 akan
> dijalankan nantinya atau hanya sekedar kelihatan wah supaya orang terpikat,
> tahunya ya apa saja yang dijanjikan/diucapkan pada masa kampanye ini. Saya
> rasa anda sudah tahu sendiri, dibawah beberapa seingatnya saja yg
> dikemukakan Jokowi-Ma'ruf:
>
> - debat bahasa Arab dan lomba ayat2 suci.
> - Jokowi titisan Allah
> - ekonomi keumatan
> - bank wakaf
> - negara islam bisa juga berbentuk republik
> - dsb-dsb, pada intinya sedemikian terkait dengan Islam
>
> On Tuesday, November 6, 2018, 7:44:14 AM PST, bhjo@... wrote:
>
> Walaupun kedua kubu, misal atau kenyataan,  mempunyai antek2 Suharto,
> tetapi platform mereka tidak bisa identical. Pasti ada yg bisa lebih
> merugikan atau lebih menguntungkan utk setiap voter. Selain itu dalam hal
> pemilihan di Indonesia, kita harus melihat track record dari Jokowi versus
> Prabowo, mana yg lebih membahayakan golongan kita berdasarkan agama, etnis,
> profesi dll. Kalau kita abstain, kemungkinan kita akan memilih calon yg
> lebih merugikan kita secara statistik akan lebih besar, bukan?
>
> Tentu kita bisa salah memilihnya karena politisi sering tidak jujur dan
> merubah platform nya kalau sudah terpilih. Ini adalah kelemahan sistim
> demokrasi Barat. Sistim dulu di Singapore atau di Tiongkok dgn one party
> rule, lebih baik? Yg jelas atau faktanya adalah kedua negara ini dgn one
> party rule telah berhasil menyelesaikan program2 nya dgn lebih cepat dan
> baik.
>
> 
>

Kirim email ke