Home Nasional Berita Politik
ANALISIS

Menerka Cerita Cap Satria Piningit Prabowo dan Raja Jokowi
CNN Indonesia | Jumat, 16/11/2018 06:42 WIBBagikan :    Dua pasang capres dan 
cawapres saat mendeklarasikan kampanye damai di Jakarta. (CNN Indonesia/Hesti 
Rika)Jakarta, CNN Indonesia -- Kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Joko 
Widodo Ma'ruf Amin saling tuding ihwal keberadaan poster Raja Jokowi berlogo 
PDIP di Jawa Tengah dan beredarnya uang berstempel Prabowo.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyebut ada pihak yang ingin bermain 
kotor untuk menurunkan elektabilitas Jokowi dan PDIP dengan menyebarkan poster 
Jokowi yang mengenakan pakaian raja jawa itu.

Sebaliknya, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi menuding kubu 
Jokowi-Ma'ruf di balik penyebaran uang berstempel Prabowo sebagai bentuk 
serangan atau kampanye hitam kepada pihaknya.


Masing-masing memposisikan diri sebagai korban dan menuding kubu lain sebagai 
pelaku praktik kotor. Tudingan ini sudah sama-sama dibantah. Sejauh ini, belum 
juga ada upaya untuk menyelidiki untuk mengetahui pelaku pemasangan poster Raja 
Jokowi dan soal keberadaan uang berstempel Prabowo.


| 
Lihat juga:
 PDIP Duga Ada 'Orang Besar' di Balik Poster Raja Jokowi |

Publik masih menduga-duga, apa benar hal tersebut adalah bentuk kampanye hitam 
atau malah ada unsur kesengajaan untuk memposisikan diri sebagai korban dalam 
perkara ini.

Pengamat Sosiologi Politik Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun menilai 
sah-sah saja jika ada anggapan dua kubu yang akan bertarung di Pilpres 2019 
bermain sebagai korban (playing victim) di dua isu ini.

Menurutnya, bisa saja dugaan kedua kubu adalah pelaku pemasangan poster Raja 
Jokowi dan uang berstempel Prabowo. Dengan kata lain kubu Jokowi lah yang 
memasang poster raja Jokowi dan kubu Prabowo menyebarkan uang berstempel 
Prabowo.


| Poster Raja Jokowi. (CNN Indonesia/Damar Sinuko) |

Kemudian, keduanya saling berlagak sebagai korban dengan menuding satu sama 
lain untuk melindungi diri dan mendapatkan simpati.

Asumsinya, papar Ubed, tidak mungkin kubu Prabowo-Sandiaga memasang poster raja 
Jokowi di Jawa Tengah untuk menjatuhkan kubu Jokowi-Ma'ruf. Pun sebaliknya, 
tidak mungkin 
kubu Jokowi-Ma'ruf menyebarkan uang berstempel Prabowo untuk menjatuhkan kubu 
Prabowo-Sandiaga. 

"Saya menduga playing victim, karena lawan politik enggak mungkin melakukan 
langkah konyol karena berisiko," kata Ubed kepada CNNIndonesia.com, Kamis 
(15/11).

"Sangat berisiko apabila satu kubu melakukan langkah-langkah pembunuhan 
karakter terhadap lawan politiknya dengan cara seperti itu," ujar Ubed 
menambahkan.

Meski begitu, Ubed menegaskan ini baru sebatas asumsinya. Untuk membuktikannya 
dibutuhkan penyelidikan khusus. 

Lebih lanjut, menurut Ubed kedua pihak dalam kasus stempel uang dan poster 
raja, pelaku sekaligus bisa menjadi sebagai korban. Hal itu karena kedua-duanya 
sama-sama diuntungkan sekaligus dirugikan dalam kasus ini.

| 
Lihat juga:
 'Banteng' Jateng Sapu Poster Jokowi Raja |


"Karena ini dua-duanya muncul mereka seimbanglah dua-duanya mendapatkan 
keuntungan dan kerugian politik," ujar dia.

Lebih lanjut Ubed mengatakan penyebaran poster dan uang tersebut di media 
sosial bisa jadi bukan dilakukan atas kehendak elite politik kedua kubu. 
Kemungkinan kelompok-kelompok cyber army kedua kubu lah yang melakukan hal itu.

Ubed mengaku menyesalkan kelakuan kedua kubu. Menurut dia tingkah laku 
menyebarkan poster dan uang diikuti aksi saling tuding, adalah perilaku politik 
yang konyol dan tidak beradab.


| 
Lihat juga:
 Jurkam Jokowi Respons Tudingan Sebar Duit Berstempel Prabowo |

Senada, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 
Adi Prayitno menyatakan bisa jadi ada dua 'tim siluman' yang bekerja untuk 
kedua kubu dan menyebarkan isu-isu itu untuk menciptakan kegaduhan di 
masyarakat.

"Namanya black campaign bekerja di ruang gelap kemungkinan itu bisa terjadi. 
Memang tim siluman yang sengaja dibuat yang tidak tampak dipermukaan ya 
kerjaannya mengusili, fitnah, dan black campaign," kata Adi dihubungi 
CNNIndonesia.com terpisah.

Ia mengatakan apa yang terjadi saat ini seperti mengulang pola lama saat 
digelar Pillada dan Pilpres langsung.

Menanti Taji Gakkumdu 

Adi mengatakan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) Pemilu yang terdiri 
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kejaksaan Agung dan Kepolisian harus proaktif 
saat menemui kasus serupa. Hal itu bertujuan agar kasus-kasus semacam ini tidak 
terulang lagi.

Adi mendesak Gakumdu untuk turun tangan dalam menyelesaikan kasus penyebaran 
poster dan uang berstempel ini. Pasalnya, lembaga yang terdiri dari stakeholder 
Pemilu itu punya kewenangan dan kewajiban untuk mengungkap dalang sebenarnya 
dari kasus ini.


| Uang berstempel Prabowo. (Dok. Desy Mahara) |

Adi menambahkan kedua kubu sebaiknya melaporkan fitnah yang menimpanya kepada 
sentra Gakumdu untuk membuktikan kalau mereka tidak terlibat dalam hal ini.

"Sentra Gakumdu enggak pernah bekerja itu mengungkap yang sifatnya dahsyat. 
Coba sekali-kali telusuri gitu, ungkap secara pasti apakah ini pelakunya orang 
iseng, by design, tim siluman dari kandidat tertentu," ujar dia.


| 
Lihat juga:
 Uang Stempel Prabowo Beredar, BPN Sebut Bentuk Kampanye Hitam |

"Kalau hanya mengandalkan komitmen elite politik mengandalkan saling serang 
enggak akan selesai. Satu-satunya yang bisa menyelesaikan persoalan ini adalah 
Sentra Gakumdu bekerja. Jangan sampai bikin lembaga Sentra Gakumdu ini enggak 
jelas," tambahnya. 

Sementara itu, Menurut Ubed tim pemenangan nasional kedua kubu harus melakukan 
evaluasi mendasar dari manajemen kampanyenya agar hal semacam ini tak terulang. 
Pasalnya, munculnya isu soal poster dan uang berstempel ini adalah cerminan 
dari manajemen pemenangan kedua kubu capres-cawapres kacau.

"Stakeholder pemilu juga harus responsif. Mereka harus lebih dulu mendeteksi 
secara dini kemungkinan politik-politik subjektif semacam, " ujarnya 
(sah/sur)Bagikan :    pemilu 2019 pilpres 2019 prabowo-sandiaga jokowi-ma'ruf 
amin analisisARTIKEL TERKAIT
Sandiaga Akan Datangi Keluarga Pendiri NU untuk Minta Maaf
Nasional5 jam yang lalu 
KPU Tambah Waktu Penetapan DPT Perbaikan Pemilu 2019
Nasional7 jam yang lalu
Tagih Janji Prabowo, Demokrat Klaim Turut Perjuangkan PAN-PKS
Nasional5 jam yang lalu 
PDIP Tuding Poster Raja Jokowi Upaya Gembosi Suara di Jateng
Nasional5 jam yang lalu
PAN Sebut Rugi Kalau Caleg Tak Ikut Kampanyekan Prabowo-Sandi
Nasional6 jam yang lalu 
Terbebani Jumlah Laporan, Bawaslu Minta Pemilahan Kasus
Nasional6 jam yang laluBACA JUGA
Cara Erick Thohir Bagi Waktu di Dunia Olahraga dan TKN Jokowi
Olahraga • 16 November 2018 01:29 
DP 8 Jutaan Bisa Punya Rumah di CitraGran Cibubur
Promoted
Keuangan Stabil Jadi Amunisi Tahun Politik dan Gejolak Global
Ekonomi • 16 November 2018 01:49 
Beda Nasib Merpati dan Garuda Akibat 'Pilih Kasih' Pemerintah
Ekonomi • 15 November 2018 13:36
Beban Berat Merpati Saat Ingin Kepakkan Sayap Lagi
Ekonomi • 14 November 2018 14:26BERITA TERBARU
Eggi Sudjana Duga SBY Masih Kecewa AHY Tak Jadi Cawapres
Nasional • 16 menit yang lalu
Siapkan Mentalmu Jadi Jutawan Baru. Rubah Gaya Main Ponselmu
Promoted
Kasus Meikarta, KPK Periksa Direktur Lippo Cikarang
Nasional • 24 menit yang lalu
Kritik Mega dan SBY Dinilai Jadi Tamparan Keras Buat Prabowo
Nasional • 36 menit yang lalu
Copot Waring, Anies Sebut Ingin Atasi Polusi Kali Item
Nasional • 46 menit yang lalu
Siapkan Mentalmu Jadi Jutawan Baru. Rubah Gaya Main Ponselmu
Promoted
Jakarta Siagakan 7 Ribu Personel Hadapi Banjir di Musim Hujan
Nasional • 1 jam yang laluINDEKS BERITA
Kritik Mega dan SBY Dinilai Jadi Tamparan Keras Buat Prabowo
36 menit yang lalu
Caleg Tertutup Diduga Khawatir Catatan Negatif Terbongkar
3 jam yang lalu
Ma'ruf Kunjungi Pesantren, Sandiaga ke Pasar Prambanan
3 jam yang laluTERPOPULER
Pembunuh Satu Keluarga Disebut Dendam Sering Dimarahi Korban
Nasional • 1 jam yang laluANALISIS
Menerka Cerita Cap Satria Piningit Prabowo dan Raja Jokowi
Nasional4 jam yang lalu
Dijaga Brimob, Warga di Papua Takut Merebut Kembali Tanahnya
Nasional1 jam yang lalu
Hotman Paris Siap Bantu Baiq Nuril
Nasional4 jam yang lalu

Kirim email ke