Pelajar Indonesia jadi salah satu pengguna teknologi tertinggi di dunia


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
Pelajar Indonesia jadi salah satu pengguna teknologi tertinggi di dunia

Siswa Indonesia menduduki peringkat tertinggi secara global sebagai pengguna 
teknologi informasi di sekolah. Mer...
 |

 |

 |



   
   - 11 Desember 2018
   
   - Kirim
Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionPelajar Indonesia adalah salah satu 
pengguna teknologi tertinggi di dunia dalam pendidikan.
Pelajar Indonesia getol dengan teknologi - tidak hanya untuk media sosial, 
namun juga dalam urusan pendidikan - bahkan, pelajar Indonesia adalah salah 
satu pengguna teknologi tertinggi di dunia dalam pendidikan.

Hasil studi terbaru membuktikan lebih banyak pelajar Indonesia yang menggunakan 
teknologi di dalam kelas, dibandingkan dengan pelajar di negara-negara lain, 
termasuk di negara-negara yang lebih maju.

Penelitian yang dilakukan oleh organisasi pendidikan terkemuka Cambridge 
International - bagian dari Universitas Cambridge di Inggris - menemukan 
pelajar Indonesia menggunakan teknologi di ruang kelas lebih dari banyak negara 
lain, sering mengalahkan negara yang lebih maju.

Pelajar Indonesia adalah yang tertinggi secara global dalam penggunaan ruang 
komputer (40%).

Mereka juga menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia dalam penggunaan 
komputer desktop (54%), setelah Amerika Serikat.
   
   - Sebagian besar warga Indonesia 'khawatir dengan hoaks di internet'
   - Ekonomi digital mulai moncer, ini dia daftar unicorn dari Indonesia
   - Menjamurnya situs berita: Bagaimana agar media digital dapat bertahan?

Di samping itu, lebih dari dua pertiga siswa Indonesia (67%) menggunakan ponsel 
pintar di kelas, dan bahkan lebih banyak menggunakannya untuk mengerjakan 
pekerjaan rumah (81%).

Penggunaan teknologi untuk kegiatan belajar, diamini oleh Nendya Zahirah, 
seorang pelajar di SMAN Depok, Jawa Barat.

Sejak setahun belakangan, siswa kelas 12 ini getol menggunakan gawai untuk 
mengerjakan pekerjaan rumah seperti untuk pelajaran matematika dan sejarah. 
Penggunaan gawai juga sering digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar di 
sekolah.

"Untuk ngerjain soal, jadi untuk ulangan harian pakai aplikasi," jelas Nendya.

Aplikasi yang digunakan pun bervariasi, mulai dari quipper, edmodo, dan Kahoot!
Image captionNendya Zahirah, seorang pelajar di SMAN Depok mengaku sering 
menggunakan aplikasi Kahoot! untuk membantu proses belajarnya.
Menilik salah satu aplikasi yang digunakan, Kahoot! adalah permainan berbasis 
platform pembelajaran gratis sebagai teknologi pendidikan. Diluncurkan pada 
2013 lalu di Norwegia, Kahoot! sekarang dimainkan lebih dari 50 juta orang di 
180 negara.

Kahoot! dirancang untuk pembelajaran sosial, dengan peserta didik berkumpul di 
depan layar di dalam ruang kelas yang menjadi papan tulis interaktif, atau 
monitor komputer.

Banyak Kahoot! juga dimainkan menggunakan berbagai aplikasi lain seperti Skype, 
Appear.in dan Google Hangouts.

Nendya mengaku lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan melalui penggunaan 
aplikasi ini.
   
   - Dalai Lama meluncurkan aplikasi iPhone untuk pengikutnya
   - Kenapa aplikasi Tik Tok diblokir pemerintah?
   - Mengapa kertas adalah aplikasi paling canggih?

"Karena lebih cepat dipahami daripada manual. Soalnya kan guru-guru pasti 
ngejelasin dengan cara yang lebih rumit," cetusnya.

Sementara itu, perusahaan edukasi berbasis teknologi, Quipper menyediakan empat 
fitur untuk sistem belajar online, Quipper video, Quipper video Masterclass, 
Quipper Campus dan Quipper School.

"Quipper School adalah platform learning management system untuk guru dan 
siswa, jadi guru bisa memberikan tugas dan juga ujian secara online kepada 
siswa, dan ini sudah diakses oleh 350.000 guru di seluruh Indonesia," jelas 
bagian humas Quipper, Ike Yuningsih.

Adapun saat ini lima juta siswa terdaftar menggunakan Quipper. Perusahaan ini 
juga telah bekerja sama lebih dari 50 dinas pendidikan di provonsi dan 
kebupaten, dan 48 perguruan tinggi di Indonesia.
Image captionPelajar Indonesia juga menduduki peringkat kedua tertinggi di 
dunia dalam penggunaan komputer desktop (54%), setelah Amerika Serikat.
Sementara itu, dari dalam negeri ada HarukaEdu, portal pendidikan di mana Anda 
dapat mengikuti berbagai macam pendidikan formal maupun informal secara online.

"Kita bekerja sama dengan berbagai universitas untuk menyelenggarakan kuliah 
jarak jauh, dalam hal ini metodenya berupa blended learning," jelas Janeti 
Sugiharti, kepala bagian komunikasi di HarukaEdu.

Metode blended learning, Janet melanjutkan, adalah 50% materi secara online dan 
50% pertemuan kelas.

"Kami membuatkan learning management system (LMS) untuk partner universitas 
kami sehingga mahasiswa bisa belajar secara online," imbuhnya.

Setiap mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa blended learning akan 
mendapatkan akun untuk masuk ke LMS dimana melalui akses tersebut dia dapat 
mengakses materi online yang diberikan oleh dosen.

"Jadi dia tidak harus datang ke kampus setiap hari, jadi ke kampusnya hanya 
untuk memenuhi 50% mata kuliah yang diajarkan di kampus," kata Janet.

Di beberapa universitas dan akademi kejuruan, internet memang telah menjadi 
bagian penting dari proses belajar-mengajar.
Image captionMasih banyak juga pelajar yang menggunakan modul manual dalam 
proses belajar, seperti sekolah-sekolah di daerah.
Contohnya, tugas dan ujian dikumpulkan lewat email, bukan lagi berbentuk 
kertas. Mencari referensi pun kerap dari jurnal online atau e-book, bukan 
buku-buku fisik.

Dalam proses administrasi seperti pengambilan mata kuliah, evaluasi dosen, 
hingga survei di kampus juga sudah terhubung ke sistem online.

Tak heran, dalam penelitian Cambridge International yang melibatkan 502 pelajar 
Indonesia bahwa lebih dari dua pertiganya (62%) menggunakan gawai di kelas dan 
bahkan lebih banyak lagi dari mereka (81%) menggunakannya untuk mengerjakan 
pekerjaan rumah.

Kegemaran menggunakan teknologi ini tak mengejutkan bagi Indonesia, yang 
memiliki jumlah pengguna internet mencapai 143,26 juta pada tahun lalu, 49,52% 
di antaranya adalah mereka yang berusia 19 hingga 34 tahun.
Image captionIndonesia memiliki 143,26 juta pengguna internet pada tahun lalu.
Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kementerian Kebudayaan dan 
Pendidikan, Gatot Pramono, mengatakan dengan bantuan teknologi, guru dan 
institusi dapat lebih efisien mengelola materi dan lebih fokus pada pembentukan 
karakter siswa, dan menginspirasi minat dan pemikiran kritis melalui ruang 
kelas interaktif.

Pemerintah juga beralih ke teknologi untuk memberikan lebih banyak orang akses 
ke pendidikan, melalui inisiatif seperti kursus online.

Sementara itu, Direktur Regional, Asia Tenggara & Pasifik Cambridge 
International, Ben Schmidt menerangkan penerapan teknologi dalam proses belajar 
mengisyaratkan peluang untuk inovasi dan kreativitas dalam praktik pembelajaran.

"Ketika mahasiswa Indonesia melanjutkan perjalanan mereka sebagai pemikir, 
inovator, dan pemimpin masa depan, integrasi teknologi yang lebih untuk 
mendukung pembelajaran mereka akan membantu mempersiapkan mereka untuk bersaing 
di pasar global yang berkembang" ujar Ben.

Kirim email ke