https://tirto.id/seberapa-kuat-ketahanan-pangan-indonesia-dhNr
Periksa Data
Seberapa Kuat Ketahanan Pangan
Indonesia?
Header Periksa Data Bagaimana Sebenarnya Ketahanan Pangan Indonesia.
tirto.id/Sabit
<https://tirto.id/seberapa-kuat-ketahanan-pangan-indonesia-dhNr>
Header Periksa Data Bagaimana Sebenarnya Ketahanan Pangan
Indonesia. tirto.id/Sabit
Oleh: Scholastica Gerintya - 26 Februari 2019
Dibaca Normal 3 menit
/Ketahanan pangan tak cuma soal impor atau narasi swasembada, tapi
bagaimana negara seperti Singapura justru dianggap punya indeks
ketahanan pangan yang mumpuni./
tirto.id <https://tirto.id/> - “Jika pembangunan pangan kami dapat
dikatakan mencapai keberhasilan, maka hal itu merupakan kerja raksasa
dari suatu bangsa secara keseluruhan,” kata Soeharto seperti dikutip
dari buku /Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto/(2006) karya Dewi
Ambar Sari dan Lazuardi Adi Sage (hlm. 92).
Persoalan pangan memang jadi isu yang selalu menggelinding setiap
pemerintahan yang berkuasa. Persoalan impor, swasembada, hingga narasi
ketahanan pangan seolah saling berkelindan. Pada Pilpres 2019, isu
ketahanan pangan juga menjadi barang dagangan masing-masing capres dan
cawapres.
Kubu Jokowi dan Prabowo mengangkat isu ketahanan pangan, mulai persoalan
impor beras dan jagung, harga bahan pangan, hingga infrastruktur
pendukung swasembada pangan.
Baca juga:
* Generasi Milenial Doyan Membuang Makanan
<https://tirto.id/generasi-milenial-doyan-membuang-makanan-cjtj>
* Makanan di Indonesia: Banyak yang Membutuhkan, Banyak yang Membuang
<https://tirto.id/makanan-di-indonesia-banyak-yang-membutuhkan-banyak-yang-membuang-cNob>
Ketahanan Pangan, berdasarkan definisi Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Kementerian Pertanian, adalah suatu kondisi terpenuhinya pasokan pangan
bagi negara sampai dengan perseorangan untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan.
Hal ini tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Definisi
mirip-mirip juga jadi pijakan Badan Pangan Dunia (FAO
<http://www.fao.org/fileadmin/templates/faoitaly/documents/pdf/pdf_Food_Security_Cocept_Note.pdf>),
bahwa ketahanan pangan terjadi saat semua orang, sepanjang waktu punya
akses fisik dan ekonomi terjaga kebutuhan dan nutrisi pangan untuk
kehidupan yang sehat dan aktif.
Ketahanan pangan menjadi salah satu fokus negara-negara di dunia tak
hanya Indonesia. Ini karena produktivitas suatu negara berkaitan dengan
kebutuhan pangan warganya yang tercukupi.
Indeks ketahanan pangan global Global Food Security Index/GFSI
<https://foodsecurityindex.eiu.com/Country/Details#Indonesia>, hasil
kerja sama /The Economist /dan perusahaan sains bidang pangan Corteva,
menunjukkan ketahanan pangan Indonesia memang ada perbaikan setidaknya
sejak 2012. Skor Indonesia di semua aspek pada 2012 sebesar 46,8 naik
menjadi 54,8 pada 2018 (skor tertinggi 100). Tahun lalu, Indonesia
menempati posisi 65 di dunia dan kelima di ASEAN dari 113 negara
(Oktober 2018).
Posisi teratas masih didominasi negara-negara maju, Singapura justru
berada di posisi teratas. Artinya ketahanan pangan tak cuma bicara soal
sumber daya produksi pangan, tapi ada aspek-aspek lain.
Baca juga:
* Swasembada Beras ala Soeharto: Rapuh dan Cuma Fatamorgana
<https://tirto.id/swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-c2eV>
Infografik Periksa Data Ketahanan Pangan Indonesia
Pada laporan GFSI, ada empat aspek dalam penilaian indeks ketahanan
pangan, yaitu keterjangkauan, ketersediaan, kualitas dan keamanan, juga
sumber daya. Bila ditelisik, skor aspek keterjangkauan pangan Indonesia
adalah sebesar 55,2 (peringkat 63 dari 113 negara). Skor aspek
ketersediaan adalah 58,2; menempati posisi ke-58. Sementara skor aspek
kualitas dan keamanan sebesar 44,5 (peringkat 84) dan skor faktor sumber
daya alam adalah 43,9 (peringkat 111).
Secara garis beras, indeks ketahanan pangan di Indonesia memang membaik.
Bagaimana bila melihatnya secara detail untuk masing-masing daerah?
Pemerintah melalui BKP, Kementerian Pertanian, sudah menyusun Indeks
Ketahanan Pangan (IKP
<http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/Pusat%20Ketersediaan/Bidang%20Ketersediaan/Indeks%20Ketahanan%20Pangan%202018.pdf>).
Ada sembilan Indikator yang merupakan turunan dari tiga aspek ketahanan
pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.
Selanjutnya, IKP dikelompokkan dalam enam kelompok, angka enam paling
punya ketahanan pangan dan angka satu sebagai wilayah yang paling rentan
pangan.
Berdasarkan skor IKP, mayoritas kabupaten dan kota di Indonesia memiliki
tingkat ketahanan pangan yang baik. Namun, ada 81 kabupaten (19,47
persen) dan 7 kota (7,14 persen) di Indonesia yang perlu mendapat
prioritas penanganan kerentanan pangan yang komprehensif.
Di tingkat kabupaten, sebanyak 81 wilayah atau 19,47 persen dari 416
kabupaten memiliki skor IKP yang rendah. Artinya, 81 daerah tersebut
masuk dalam kelompok IKP 1 sampai 3. Sebaran wilayah kelompok rentan ini
adalah 26 kabupaten (6,25 persen) masuk kelompok 1, 21 kabupaten (5,05
persen) masuk kelompok 2, dan 34 kabupaten (8,17 persen) masuk kelompok 3.
Infografik Periksa Data Ketahanan Pangan Indonesia
Dari 26 kabupaten kelompok 1, sebanyak 17 kabupaten berada di Provinsi
Papua, 6 kabupaten di Provinsi Papua Barat, 2 kabupaten di Provinsi
Maluku dan 1 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada wilayah
kota, mayoritas wilayah memiliki ketahanan pangan yang baik. Sebanyak 32
kota (32,65 persen) masuk dalam kelompok 5 dan 50 kota (51,02 persen)
ada di kelompok 6. Namun, ada 7 kota (7,14 persen) memiliki tingkat
ketahanan pangan yang rentan.
Infografik Periksa Data Ketahanan Pangan Indonesia
Ada dua kota (2,04 persen) masuk kelompok 1, yaitu Kota Subulussalam di
Aceh dan Kota Tual di Maluku, 2 kota (2,04 persen) masuk kelompok 2,
yaitu Kota Gunung Sitoli di Sumatera Utara dan Kota Pagar Alam di
Sumatera Selatan, dan 3 kota (3,06 persen) yang masuk kelompok 3, yaitu
Kota Tanjung Balai di Sumatera Utara, Kota Lubuk Linggau di Sumatera
Selatan, dan Kota Tidore Kepulauan di Maluku Utara.
Beberapa indikasi rentannya 81 kabupaten dan 7 kota adalah kabupaten dan
kota tersebut sangat tergantung pada pasokan pangan dari wilayah lain
untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dan akses yang terbatas
terhadap infrastruktur dasar air bersih.
Pengeluaran pangan di wilayah tersebut pun lebih dari 65 persen terhadap
total pengeluaran. Selain itu, tingkat penduduk miskin dan angka balita
/stunting/ atau kerdil tergolong tinggi. Di wilayah Papua masih memiliki
masalah kekurangan pangan yang serius.
Baca juga:
* Kementan Akui Masalah Ketahanan Pangan di Pedalaman Belum Tuntas
<https://tirto.id/kementan-akui-masalah-ketahanan-pangan-di-pedalaman-belum-tuntas-dacZ>
Pemetaan ketahanan pangan di wilayah-wilayah Indonesia penting. Dengan
mengetahui keadaan pangan di wilayah tersebut, baik pemerintah atau
lembaga lainnya dapat membuat kebijakan yang tepat sasaran.
Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA
<https://tirto.id/q/periksa-data-gqo?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Scholastica Gerintya
<https://tirto.id/author/scholasticagerintya?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor>
(tirto.id - Teknologi)
Penulis: Scholastica Gerintya
Editor: Suhendra
Kubu Jokowi dan Prabowo mengangkat isu ketahanan pangan saat gelaran
Pilpres.