Pembangun infrastruktur ( tanggapan kepada RR ).
“kata Rizal Ramli, Pak Jokowi betul, bangun infrastruktur all out ya, saking 
all outnya kunjungin proyek sampe 8 kali kayak mandor. Tapi hal itu 
meninggalkan trauma 3 biji, trauma 3 O, yaitu Over Supply, Over Price dan Over 
Borrow," 
“Ok apa aja yang dimaksud dengan 3 O itu?
“Over supply adalah pengeluaran yang dianggap berlebihan terhadap suatu hal. 
Seperti halnya rencana meningkatkan pasokan listrik hingga 35 ribu mega watt, 
padahal jika terealisasi hanya akan merugikan PLN. Listrik katanya dulu 
rencananya 35 ribu mega watt, RR bilang nggak mungkin. Padahal 16 ribu (mega 
watt) aja sudah bagus, karena kalau sampai 35 ribu mega watt PLN akan rugi, 
ruginya karena harus bayar subsidi US$ 10,5 juta kepada swasta setiap tahun”
“Dengar ya. Pada era Jokowi programnya adalah pemenuhan listrik untuk rumah 
tangga. Akupansi listrik nasional kini sudah mencapai diatas 90%. Itu amanah UU 
APBN yang harus dilaksanakan. Memang karena itu besar sekali subsidi, yang 
mencapai Rp 50 triliun lebih setahun. 87% konsumen listrik adalah Rumah tangga 
yang memakai listrik 450 VA dan 900 VA. Sisanya 13 % murni komersial. Itu dikit 
sekali. Sementara kebutuhan listrik untuk industri masih sangat kurang. Mau 
bukti? Banyak industri downstream CPO, smelter, KEK tidak terbangun karena 
kurang listrik. Itu fakta. Nah kalau tidak ditingkatkan kapasitas listrik, itu 
artinya PLN hanya jadi penyaluran subsidi negara. Itu tidak sehat. Seharusnya 
kapasitas ditingkatkan agar komposisi konsumen komersial diatas konsumen 
subsidi sehingga terjadi subsidi silang. Jadi alasan RR bilang over supply. itu 
salah! karena dia engga baca data.“
“RR juga bilang over price, karena yang ngerjakan BUMN. Terutama untuk jalan 
tol ya, BUMN ini biasa mark up atau memahalkan biaya, paling nggak 30 sampai 
50%,”
“Proyek Toll itu proyek murni bisnis. Bukan dari APBN. Ngapain BUMN itu harus 
mark up proyek ? dan lagi pembiayaannya dari utang bank dan penerbitan 
obligasi. Perbankan akan sangat ketat menganalisa rencana bisnis. Kalau ada 
mark up pasti bank tolak.“
“ RR juga bilang terjadi over borrow, karena BUMN memang nggak punya uang, 
sebagian disubsidi dari APBN dan BUMN sendiri harus meminjam. Kalau dilihat 
balance sheetnya BUMN, utangnya naiknya tinggi sekali, dan kemampuan untuk 
dapat revenuenya sedikit sekali. Jadi return on equity dan return on assetnya 
relatif rendah, dan bisa-bisa bermasalah kalau tidak dibenahi," 
“BUMN tidak mendapatkan subsidi untuk pembiayaan toll itu. Yang ada dan 
disetujui DPR adalah skema KPBU dimana pemerintah menyediakan VGF atas dasar 
B2B. Nah kalau liat data BUMN, rasio Return on equity (RoE) dan return on asset 
( ROA) cukup wajar bahkan diatas rasio industri di asia. Kalau ROE dan ROA BUMN 
rendah mana mungkin mereka dapat pinjaman bank dan dapat menerbitkan Obligasi. 
BI punya aturan ketat soal rasio kesehatan pinjaman. OJK juga punya standar 
ketat kepatuhan kelayakan penerbitan bond. Entah dapat data darimana RR, 
sehingga kesimpulan nya ngawur.
“RR mengusulkan, dimasa mendatang membangun proyek infrastruktur tapi nggak 
kena 3 O? Prinsipnya APBN hanya untuk membangun jalan negara yang gratis, 
seperti jalan Provinsi dan jalan Kabupaten," 
“Sampai sekarang tidak pernah APBN dipakai untuk bangun jalan toll. Mana berani 
Jokowi melanggar APBN. Engga salah aja dia fitnah salah, apalagi salah benaran. 
bisa jatuh dia ditengah jalan.
“RR bilang, kasih swasta saja untuk pembangunan jalan tol, pemerintah kasih 
internal right of return 11%, pemerintah bantu bebaskan tanah.”
“Setiap tender pembangunan jalan toll, selalu terbuka untuk umum. Terbukti 
tidak ada swasta yang bisa tunjukan kelayakan financial nya untuk membangun 
tol. Hanya BUMN yang layak. Di era SBY, swasta hanya mau proyek, setelah itu 
dijual konsesi itu ke pemodal untuk dapatkan rente. Seperti yang dilakukan 
Sandi di toll Cipali. Itu calo namanya. Dampaknya banyak proyek toll jadi 
mangkrak. Keliatanya RR sudah jadi corong broker sapi…

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone

Kirim email ke