*Kalau tidak muncul di forum international seperti di Sidang umum PBB mungkin sekali tidak memiliki pesan penting untuk disampaikan kepada dunia, selain itu mungkin juga kesulitan bahasa dan untuk mampu berinteraksi dan bertukar fikiran dengan pemimpin-pemimpin negara lain, hal ini tentunya bisa diatasi jika memiliki pengetahuan luas dalam berbagai masalah dan pakai penterjemah. Kita lihat saja waktu pertemuan dengan Obama dan Trump di White House, untuk menyampaikan pesan pendek harus bawa catatan yang kemudian dibaca*
https://www.youtube.com/watch?v=-_t34FQYfv0 dan https://www.youtube.com/watch?v=rr-_t34FQYfv0 <https://www.youtube.com/watch?v=-_t34FQYfv0> . *Mungkin beliau satu-satunnya pemimpin negara didunia yang untuk menyampaikan pesan pendek harus ada catatan untuk dibaca.* *Masalah lain ialah yang disebut “body language-nya” kaku. Saya kira selama ini hanya satu orang yaitu alm presiden Soekarno yang lincah berhadapan dengan tamu-tamu asing datang maupun ketika beliua berkunjung ke berbagai negeri. * https://www.eramuslim.com/berita/nasional/istana-bantah-jokowi-jarang-datang-di-forum-dunia-seperti-pbb.htm *Istana Bantah Jokowi Jarang Datang di Forum Dunia Seperti PBB* Redaksi – Sabtu, 22 Rajab 1440 H / 30 Maret 2019 08:00 WIB Eramuslim.com – Istana melalui Kantor Staf Presiden (KSP) menolak anggapan jika kepala negara sering absen di forum internasional seperti di forum-forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Menurut Deputi V KSP, Jaleswari Pramodawardhani, soal tidak hadirnya Presiden Jokowi di sejumlah forum internasional kemudian disimpulkan secara negatif. Jokowi dan wakilnya, Jusuf Kalla disebut telah berbagi tugas dalam hal itu. Ia pun mengetahui pembagian tugas tersebut karena posisinya membantu Presiden mengkaji isu-isu di sektor politik, hukum, pertahanan, keamanan dan hak asasi manusia. “Saya rasa ketidakhadiran presiden jangan diartikan sesederhana itu.. Artinya presiden dan wapres sejak awal sudah berbagi tugas,” kata Jaleswari melalui pesan tertulis, Jumat 29 Maret 2019. Perempuan yang dulunya dikenal sebagai pegiat HAM itu mengatakan, diplomasi Indonesia baik bilateral maupun multi lateral tetap berjalan. Pertemuan antardua kepala negara, kata dia, tak perlu dinilai seberapa intens forum internasional yang akan dihadiri. Jawaban itu sekaligus menanggapi kritik yang disampaikan kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang mengatakan mantan Gubernur Jakarta itu jarang memenuhi undangan lembaga-lembaga dunia yang menghadirkan pemimpin negara. “Misalkan di G20 tak bertemu dengan Presiden Trump. Tapi kan beliau bertemu dalam forum yang berbeda, yang akan membicarakan kurang lebih topik yang sama. Jadi jangan didikotomikan atau disederhanakan seperti itu,” kata Jaleswari. Ia juga tak sepakat, dengan tuduhan segala undangan itu banyak dibebankan kepada wakil presiden. Sejumlah forum yang dihadiri pun Jokowi juga mengajak pertemuan dengan para kepala negara secara bilateral tapi tidak disebut secara formal. Artinya dalam pertemuan itu, Jaleswari menegaskan, presiden mengefektifkan waktu agar tujuan yang dicapai segera dituntaskan. “Intinya dalam pertemuan itu apa sih yang sudah dicapai, itu kan. Artinya jangan dilihat ketidakhadirannya karena presiden diwakilkan oleh wapres.” [vva <https://www.viva.co.id/berita/politik/1134817-istana-bantah-jokowi-jarang-muncul-di-forum-internasional> ]