----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: ChanCT sa...@netvigator.com 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: GELORA_In 
<GELORA45@yahoogroups.com>Terkirim: Selasa, 30 April 2019 02.06.28 GMT+2Judul: 
Fwd: [GELORA45] Walhi: Proyek OBOR Cina Bisa Timbulkan Jebakan Utang Baru
     
 

"Jebakan Utang" proyek OBOR yang dijalankan Tiongkok hanyalah kentut busuk 
imperialisme AS yang sudah terdesak oleh kemajuan Tiongkok saja! Padahal sangat 
jelas selama ratusan tahun terakhir ini, justru AS dan negara-negara 
kapitalis-maju itulah yang gunakan utang mencekik leher negara lain dan 
mencocok hidung negara lain untuk "TAAT dan NURUT" kehdnak pemberi utang! Yang 
mengakibatkan negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia sampai 
sekarang TETAP terpuruk dalamm kemiskinan, BELUM juga berhasil tegak berdiri 
sendiri menjadi negara maju dan makmur, ...
 
 
Sekarang didunia muncul RRT yang berkemampuan mengajukan proyek OBOR untuk 
mengajak negara-negara didunia maju bersama, untung bersama dan menang bersama, 
... sudah 150 negara dengan derajat tertentu terlibat dan ikut serta dalam 
proyek OBOR ini. Usaha proyek OBOR ditentang keras oleh AS, menjadi 
ancaman-berat bagi posisi mengangkangi dunia! Berteriaklah dengan suara 
sumbang, segala fitnah untuk membusukkan bantuan yang digelontorkan Tiongkok 
membuat rakyat negara-negara di Afrika menjadi jajahan yg papa-miskin, Sri 
Lanka, Las, Kamboja jadi milik Tiongkok akibat "jebakan utang"!
 
Sadarlah bahwa UTANG itu netral, adalah satu KESEMPATAN baik bisa digunakan 
siapa saja! Masalahnya digunakan untuk apa dan bagaimana menggunakannya!
 
 
Setiap negara TETAP mempunyai KEBEBASAN menentukan menerima utang darimanapun 
termasuk yg bisa diberikan Tiongkok dan akan digunakan untuk apa, ... Tentu 
jangan mau kalau utang diberikan dengan syarat mengikat dan merugikan! 
Pandai-pandailah menerima dan menggunakan utang itu untuk KEPENTINGAN 
pembangunan ekonomi  nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat! Jangan 
biarkan segelintir pejabat menerima utang digunakan pembangunan proyek yg tidak 
bermanfaat dan dengan pertimbangan menggendutkan perut pejabat itu sendiri saja!
 
Jadi, yang SALAH bukan pemberi utang, tapi PENERIMA UTANG yang TIDAK 
menggunakan utang itu dengan baik!
 
 
 
 -------- 轉寄郵件 -------- 
| 主旨:  | [GELORA45] Walhi: Proyek OBOR Cina Bisa Timbulkan Jebakan Utang Baru |
| 日期:  | Mon, 29 Apr 2019 20:48:41 +0200 |
| 從:  | 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com> |
| 
  | 
  |
| 
  | 
  |

 
 
    
 
 

 
 
https://bisnis.tempo.co/read/1200282/walhi-proyek-obor-cina-bisa-timbulkan-jebakan-utang-
 
baru/full&view=ok
 
 
 Walhi: Proyek OBOR Cina Bisa Timbulkan 
 
 
Jebakan Utang Baru 
   Reporter: 
Francisca Christy Rosana
   Editor: 
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
  Senin, 29 April 2019 13:07 WIB      
TEMPO.CO, Jakarta - Skema perjanjian One Belt One Road atau Belt and Road 
Inisiative (BRI) dengan pemerintah Cina dinilai bakal menimbulkan tiga kerugian 
tak langsung bagi negara-negara terkait.
   
Baca: Menteri Luhut Yakin RI Terhindar dari Jebakan Utang Jalur Sutra Modern 
Cina
   
Hal itu disampaikan oleh organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau 
Walhi.  
 "Pertama, BRI akan menjebak negara-negara mitra dalam jebakan utang ke Cina," 
ujar Manajer Kampanye dan Iklim Walhi, Yuyun Harmono saat ditemui di kantornya, 
Mampang, Jakarta Selatan, Senin, 29 April 2019. 
   
Jebakan utang ini sebelumnya telah melilit negara yang menyepakati BRI dengan 
Cina, seperti Sri Lanka dan beberapa negara lainnya di Afrika. Dengan skema 
goverment to govenrment atau g to g yang ditawarkan, Cina menjadi pemodal Sri 
Lanka untuk membangun Pelabuhan Hambantota di pantai selatan. 
       
Cina pada 2017 menggelontorkan duit pinjaman senilai US$ 1,5 miliar. Namun 
perjanjian ini berujung mudarat bagi Sri Lanka lantaran negara itu harus 
menyerahkan pelabuhannya kepada pemerintah Cina lantaran tak bisa melunasi 
utang. 
   
Utang yang tidak terbayarkan itu berjumlah US$ 8 miliar. Nilai utang ini setara 
dengan lebih dari 90 persen pendapatan domestik bruto rakyat Sri Lanka.. Dengan 
demikian, pemerintah Sri Lanka mesti menyerahkan sekitar 50 persen saham 
pelabuhan kepada Cina dan harus melayani perusahaan milik Negeri Tirai Bambu 
itu selama 99 tahun. 
   
Meski Indonesia menandatangani perjanjian dalam skema business to business, 
Yuyun memprediksi bukan tak mungkin pemerintah akan memberikan jaminan terhadap 
swasta. Yuyun juga mengungkapkan bahwa skema b to b yang ditawarkan pemerintah 
belum jelas.  "Alasan b to b itu problematis karena selama ini kerja sama yang 
melibatkan utang luar negeri dijamin pemerintah," ujar Yuyun. 
   
Kemungkinan kerugian kedua yang disoroti Walhi dengan adanya perjanjian ini 
adalah pemerintah menjadi tidak peka terhadap lingkungan hidup dan iklim. 
Menurut catatan WALHI, dari 28 Proyek senilai Rp 1,296 triliun yang ditawarkan 
pemerintah Indonesia, masih ada  proyek-proyek listrik energi kotor batubara.
   
Di antaranya PLTU batubara berkapasitas 1.000 megawatt di Kawasan Industri dan 
Pelabuhan Internasional Tanah Kuning, Kalimantan  Utara. Selain itu, PLTU 
Celukan berkapasitas 2x350 megawatt dan PLTU Mulut Tambang di Kalimantan 
Selatan-Tengah 3 dan 4, masing-masing berkapasitas 2x100 megawatt. 
   
Dari proyek yang ditawarkan Indonesia, Walhi mencatat 42 persen di antaranya 
merupakan proyek kotor batubara yang tidak ramah lingkungan. Proyek itu, ujar 
dia, telah bertentangan dengan Kesepakatan Paris yang ditandatangani sejumlah 
negara tentang perubahan iklim  dan pelestarian lingkungan. 
   
Kerugian ketiga, proyek-proyek besar yang ditawarkan Indonesia untuk 
kesepakatan pendanaan BRI berpotensi korupsi. "Sudah ada contohnya di kasus 
PLTU 1 Riau yang melibatkan Direktur Utama PLN Sofyan Basir. Di sana ada 
kontraktor Cina juga," ucap Yuyun. Proyek dengan skala besar ini berpotensi 
membuka peluang rasuah oleh pemain-pemain elite, baik swasta maupun pelat 
merah. 
   
Kesepakatan BRI sebelumnya ditandai oleh pertemuan yang digelar di Beijing, 
Cina, pada 25-28 April 2019. Pertemuan yang sama sebelumnya telah digelar pada 
Mei 2017. Pertemuan ini dihadiri oleh lebih 37 negara termasuk Indonesia. 
Rombongan delegasi Indonesia dipimpin oleh wakil presiden Jusuf Kalla dan 
diikuti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri 
luar Negeri Retno Marsudi, serta Menteri Ristek dan Kepala  Badan Koordinasi 
Penanaman Modal Thomas Lembong. 
   
Dalam pertemuan ini, pemerintah memberikan syarat bagi masuknya investasi asing 
dari Cina. Di antaranya investor Cina harus menggunakan tenaga kerja asal 
Indonesia. Lalu, perusahaan yang berinvestasi harus memproduksi barang yang 
bernilai tambah. 
   
Baca: JK Tagih Janji Cina Naikkan Impor Sawit dari RI
   
Selanjutnya, perusahaan Cina wajib melakukan transfer teknologi kepada para 
pekerja lokal. Kemudian, pemerintah Indonesia memprioritaskan konsep investasi 
melalui skema b to b. Terakhir, jenis usaha yang dibangun harus ramah 
lingkungan. Poin terakhir ini, menurut Yuyun, justru dilanggar oleh Indonesia 
sebagai pembuat syarat karena pemerintah masih menawarkan proyek kotor 
batubara. 
   

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
   
 
|  | 不含病毒。www.avg.com  |

     

Kirim email ke