----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>; Al Faqir 
Ilmi <alfaqiri...@yahoo.com>Terkirim: Senin, 27 Mei 2019 15.18.43 GMT+2Judul: 
Re: [GELORA45] MORAL vs MODAL
     

Begitu banyak modal, kok jadinya Modar.....Masing-masing iri keluarkan modal 
??Habis kalau kalah, apa suruh jatuh miskin.....
Pada tanggal Sen, 27 Mei 2019 pukul 14.25 Al Faqir Ilmi alfaqiri...@yahoo.com 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:

     

MORAL vs MODAL
Seorang birokrat yang juga teknokrat dan punya hubungan dekat dengan keluarga 
Cendana pernah bilang, bila uang keluarga itu kompak bersatu (anak-anak 
Suharto), maka mereka bisa membeli Indonesia. Itu setahun memasuki pilpres 
2014, dan juga disampaikan kepada mbak Titiek sebagai petinggi Golkar kala itu. 
Namun keluarga Cendana belum kompak, mbak Titiek pun mengakui dan akhirnya sang 
ex suami, Prabowo pun gagal Presiden 2014.
Menjelang 2019, Prabowo berhasil menyatukan keluarga Cendana. Merebak kabar 
mbak Titiek juga siap jadi ibu negara kalau Prabowo naik istana. Artinya, uang 
Cendana siap mendanai kampanye Prabowo. Ditambah uang keluarga Prabowo, cucu 
pendiri Bank BNI serta anak begawan ekonomi Sumitro yang jadi menteri berulang 
kali jaman orba. Hashim, adik Prabowo pun dikenal sebagai konglomerat elite 
yang ikut menjadi petinggi Gerindra.
Tidak cukup sampai di situ, Prabowo menggandeng Sandiaga Uno konglomerat elite 
generasi lebih muda sebagai cawapres. Lalu memberi hak kepada mitra partai 
koalisi untuk mengatur kampanye, asalkan membawa dana segar. PKS dan PAN 
menjawabnya dengan mantap lantaran juga punya backing modal raksasa. Sumber 
modal lain yang tak kalah raksasa, adalah para pengusaha dan kelompok usaha 
Multinasional, korban kebijakan Jokowi, dari Petral hingga Freeport yang 
bermain mata dengan Prabowo. Tak ketinggalan rente ekonomi korup ikut ambil 
bagian.
Maka terbayang akumulasi modal yang terkumpul. Sepertinya bisa membeli suara 3x 
orang Indonesia. Dengan kondisi luar biasa ini, mereka memasuki kancah pilpres 
2019. Moral mereka ada di modal. Satu persatu mereka beli. Konsultan post true 
ala Brexit dan Trump dipanggil. Konsultan elite lokal macam RG, dan RR dicomot. 
Disertai membangun selain cyber army aktif, juga jejaring kerja dengan informal 
leader yang memiliki massa yang masif.
Sampai di sini, rasanya mustahil mereka bisa kalah. Apalagi, ini menjadi 
semacam pertaruhan terakhir Prabowo, dan keluarga Cendana serta nama besar 
Suharto. Kembali berkuasa atau hilang ditelan sejarah.. Sehingga apapun akan 
mereka bayar dengan modal se raksasa itu. Mereka siap memasuki pertarungan 
bahkan kehadiran kubu SBY seakan tidak digubris lagi, dianggap cuma bermodal 
kecil mungkin. Semua dianggap sudah pada relnya, jargon merekapun sangat 
percaya diri, Indonesia menang.
Tak ada yang salah, mereka pun sudah berhitung, hanya saja, tak ada yang bisa 
melawan kehendak Tuhan. Celakanya, lawan Prabowo adalah Jokowi, orang pilihan 
yang modalnya di moral. Semua yang ia perbuat selalu punya landasan moral, 
bukan modal. Seberapapun modal tercurah, tak kan bisa mengalahkan moral. Ini 
sudah hukum semesta, diwahyukan oleh Sang Khalik.
Jokowi hanya orang biasa tapi ia dimuliakan dengan kekuatan cinta dan moral.. 
Tukang kayu yang dirinya sendiri adalah kayu cendana, kayu harum yang maha kuat 
tak lekang dan retak hanya digempur oleh keluarga Cendana. Malaikat ada di bahu 
kanan Jokowi dan rakyat ada di bahu kirinya. Siap bahu membahu melawan 
kedurjanaan. Di pilpres 2019 ini, jadi ajang pembuktian, terberkatinya seorang 
Jokowi.
Orang baik modalnya di moral. Dan yang sebaliknya, adalah mereka yang moralnya 
di modal.
Richard Mandang

Dikirim dari Yahoo Mail untuk iPhone


| 
| 
|  | 
Yahoo Mail

Take a trip into an upgraded, more organized inbox with Yahoo Mail. Login and 
start exploring all the free, orga...
 |

 |

 |





   
    

Kirim email ke