Korban jiwa sudah sebanyak 20 orang dengan jumlah pengungsi melonjak hingga 130 
ribu orang. 
Wiranto tegas menuding mereka menjadi beban bagi pemerintah, dan para korban 
bencana yang dianggap beban ini nasibnya semakin tenggelam tertutup kisah 
penusukan Wiranto.
-


Gempa susulan di Maluku capai 1.316 kali
 Kamis, 10 Oktober 2019 21:06 WIB
Pewarta: Daniel Leonard
 Sebagian gedung Musik Ambon dan Gedung Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPT) 
Metrologi Legal Ambon tampak rusak di Desa Passo, Kecamatan Baguala, Ambon, 
Maluku, Kamis (10/10/2019). ANTARAFOTO/izaac mulyawan/ama.Ambon (ANTARA) - 
Guncangan gempa bumi tektonik susulan yang terjadi di Pulau Ambon, Haruku, dan 
Pulau Seram Bagian Barat hingga hari ini sudah mencapai 1.316 kali.

"Setelah gempa bumi tektonik bermagnitudo 6,5 pada Kamis, (26/9) hingga Kamis 
(10/10) pukul 15:00 WIT sudah terjadi 1.316 kali gempa susulan dan yang 
dirasakan langsung masyarakat sebanyak 153 kali," kata Pengamat Pertama 
Geofisika (PPG) BMKG Pusat Gempa Regional IX Ambon, Teddy Dwi Riadi di Ambon, 
Kamis.

Intensitas gempa dengan magnitudo bervariasi, namun kedalamannya hanya 10 kilo 
meter hari ini cukup membuat khawatir masyarakat di Pulau Ambon dan sekitarnya.

Menurut dia, belum ada alat secanggih apa pun yang bisa mendeteksi kapan 
terjadi gempa bumi tektonik dengan besaran kekuatan serta lokasinya berada di 
mana.Gempa bumi tektonik susulan dengan magnitudo 3,4 awalnya terjadi pada 
Kamis, (10/10) pukul 04:47:50 WIB pada koordinat 3.68 Lintang Selatan dan 
128.16 Bujur Timur dengan kedalaman 10 kilo meter di bawah permukaan laut dan 
dirasakan III MMI di Kota Ambon dan jaraknya hanya 3 Km utara Ambon dan tidak 
berpotensi gelombang tsunami.

Kemudian terjadi gempa susulan dengan magnitudo 5,2 pada kedalaman 10 Km pukul 
11:39:44 WIB dan secara beruntun terjadi berulang kali dalam hitungan detik 
maupun menit.

Teddy Dwi Riadi juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan termakan isu 
adanya peringatan tsunami di Desa Passo, Kecamatan Baguala (Kota Ambon).

Imbauan tersebut berkaitan dengan beredarnya isu peringatan tsunami melalui 
sebuah media sosial dengan nama Didax Sismo.*

Editor: Erafzon Saptiyulda AS

COPYRIGHT © ANTARA 2019



Kirim email ke