-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/kolom/d-4972745/covid-19-resesi-ekonomi-dan-urgensi-kebersamaan?tag_from=wp_cb_kolom_list


COVID-19, Resesi Ekonomi dan Urgensi Kebersamaan

Bambang Soesatyo - detikNews
Jumat, 10 Apr 2020 18:55 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
Infografis profil Bamsoet
Foto: Infografis: Luthfy Syahban/detikcom
Jakarta -

Ketika bencana kemanusiaan akibat pandemi global virus Corona belum lagi 
berakhir, Indonesia dan komunitas global telah dihadang resesi ekonomi. Bencana 
beruntun yang tak terelakan ini akan bisa dilalui jika semua elemen masyarakat 
Indonesia lebih mengedepankan kehendak baik menjaga kondusifitas. Sebab, 
kondusifitas menjadi kata kunci yang memampukan bangsa ini mengelola rangkaian 
masalah akibat wabah Virus Corona dan resesi ekonomi.

Pandemi global Virus Corona membuat segala kerusakan, termasuk di sektor 
ekonomi, menjadi predictable, bahkan langsung dirasakan oleh semua orang. Si 
kaya maupun orang miskin, yang lemah maupun orang kuat, semua merasakan 
ketidaknyamanan karena kerusakan di sana-sini. Kini, warga planet ini pun tak 
bisa mengelak ketika perekonomian dirundung masalah teramat serius.

Jumat (27/3) pekan lalu, IMF kembali menegaskan bahwa perekonomian global sudah 
memasuki tahap resesi. Sebab, seperti halnya di Indonesia, hampir semua negara 
menghentikan sebagian aktivitas perekonomian. Mudah untuk disimpulkan bahwa 
sebagai akibatnya adalah terjadinya kerusakan pada sejumlah sektor dan 
sub-sektor ekonomi. Sebagai bagian tak terpisah dari perekonomian dunia, 
Indonesia pasti merasakan dan menerima dampak dari kerusakan itu.

Untuk kecenderungan di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani pun 
mengonfirmasi gambaran dari dari IMF itu. Dalam rapat kerja dengan Komisi XI 
DPR, Senin (6/4), Menkeu mengemukakan, akibat wabah corona, skenario terburuk 
perekonomian nasional hanya bisa tumbuh 2,3% dari prediksi awal tahun 2020 yang 
5%. Baik investasi maupun ekspor tumbuh negatif. Pada kuartal IV nanti, 
situasinya diharapkan membaik. Ketika investasi dan ekspor tumbuh negatif, 
motor penggerak pertumbuhan yang masih bisa diandalkan adalah konsumsi dalam 
negeri. Maka, dalam beberapa waktu ke depan, pemerintah diharapkan menerapkan 
kebijakan yang mendorong penguatan konsumsi, baik konsumsi masyarakat maupun 
konsumsi pemerintah sendiri.

Terkait resesi ekonomi, Indonesia memang tidak boleh hanya menunggu. Sambil 
tetap berfokus pada kerja merespons dampak wabah Virus Corona, kepedulian 
bersama dan respons bersama pada resesi ekonomi pun harus dimulai. Kalau selama 
ini hanya pemerintah lewat Menkeu Sri Mulyani yang menyuarakan kecemasan, kini 
semua dipanggil untuk peduli. Sebab, negara dan bangsa ini harus menemukan 
jalan keluar yang bisa meminimalisir ekses resesi ekonomi. Negara-negara dengan 
perekonomian yang maju dan kuat sudah coba merespons resesi. Amerika Serikat 
(AS) dan Tiongkok, misalnya, sudah berinisiatif dengan beberapa paket kebijakan 
stimulus ekonomi.

Indonesia pun sudah menempuh inisiatif yang sama. Pemerintah berencana 
menerbitkan obligasi khusus, yang hasilnya akan disalurkan untuk membantu 
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar tetap mampu bertahan dan 
menciptakan lapangan kerja. Selain itu, Presiden Joko Widodo berjanji 
menyelenggarakan program padat karya tunai untuk memberi penghasilan sementara 
bagi pekerja harian yang kehilangan pendapatan akibat pandemi COVID-19. Akan 
ada beragam program padat karya, termasuk memproduksi masker, disinfektan, dan 
berbagai keperluan untuk menangani wabah COVID-19.

Kalau pemerintah telah berani berinisiatif, sektor swasta pun diharapkan 
kreatif dan berani berinisiatif pula. Kadin dan semua asosiasi pengusaha 
diharapkan segera merumuskan proposal tentang strategi menghadapi resesi 
ekonomi di sektor bisnisnya masing-masing. Ketika pemerintah masih disibukkan 
oleh kerja merespons wabah Corona, Kadin dan semua asosiasi pebisnis setidaknya 
mau untuk pro aktif berkomunikasi dengan pemerintah. Misalnya, pemerintah tentu 
ingin tahu jalan keluar apa yang ada di benak para pemilik hotel dan pengelola 
obyek wisata untuk memulihkan sektor pariwisata.

Kalau perhatian awal lebih ditujukan pada UMKM, utamanya karena jumlahnya yang 
terbilang sangat besar. Jumlah UMKM mencapai 62,9 juta unit usaha, sementara 
jumlah usaha skala besar sekitar 5.400 unit usaha (data tahun 2017). UMKM 
umumnya berusaha di sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi 
dan penyediaan makan minum, Industri pengolahan, usaha pertanian, usaha 
peternakan, usaha perikanan, usaha hotel kecil, restoran dan jasa-jasa, dan 
beberapa di antaranya menjadi bagian atau pelengkap dari usaha kehutanan dan 
pertambangan. Ketika segala sesuatunya normal, usaha mikro bisa menyerap 
sekitar 107,2 juta pekerja (89,2%), usaha kecil menyerap 5,7 juta (4,74%) 
pekerja, dan usaha menengah menyerap 3,73 juta (3,11%) pekerja. Total, UMKM 
menyerap sekitar 97% dari total tenaga kerja nasional, sedangkan usaha besar 
menyerap sekitar 3,58 juta, sekitar 3%.

Menuntut Kebersamaan

Kini, saat wabah virus Corona menyergap, sebagian besar UMKM langsung menerima 
dampaknya. Para pedagang kaki lima misalnya; sebagian dari mereka harus 
berhenti berusaha untuk sementara karena penerapan pembatasan sosial. Unit-unit 
usaha yang bergerak di bidang transportasi pun bernasib sama, karena masyarakat 
memilih untuk berdiam di rumah. Karena itu, sangat beralasan jika UMKM 
mendapatkan prioritas perhatian.

Seperti sudah sering digambarkan oleh berbagai kalangan, daya rusak wabah 
Corona memang dahsyat. Tidak ada yang menghendaki Virus Corona mewabah hingga 
ke 32 provinsi di Indonesia. Virus ini menular karena mobilitas manusia yang 
sebelumnya tak bisa dibendung atau dibatasi. Bisa dikatakan bahwa virus ini 
mewabah di Indonesia sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan Indonesia yang 
membolehkan setiap WNI bergaul dengan WNA dari berbagai belahan dunia. Itu 
sebabnya, saat pertama kali terdeteksi, sejumlah pasien COVID-19 diketahui 
sebagai imported case, berdasarkan riwayat perjalanan atau aktivitas 
masing-masing pasien. Ada yang baru kembali dari luar negeri, sementara lainnya 
karena kontak dengan WNA yang beraktivitas di Indonesia. Seperti halnya 
aktivitas ribuan WNI di berbagai belahan dunia, begitu juga ada ribuan WNA 
beraktivitas di sejumlah daerah di Indonesia.

Dengan begitu, sekarang bukanlah waktu yang ideal untuk saling menyalahkan, 
membuat pernyataan spekulatif atau bahkan berperilaku provokatif. Sebaliknya, 
semua elemen masyarakat didorong untuk mewujudkan kondusifitas. Tidak sulit, 
karena kondusifitas pasti terwujud dan terjaga jika ruang publik tidak dijejali 
dengan pernyataan provokatif yang berpotensi menakut-nakuti orang banyak. Patut 
diingat bahwa Pandemi Corona barulah awal krisis, sebab setelahnya berlanjut 
dengan resesi ekonomi. Dua bencana ini tak terelakan sehingga harus dihadapi. 
Butuh kebersamaan seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menghadapi dua 
bencana ini.

Untuk menguatkan keyakinan masyarakat di tengah kejadian luar biasa akibat 
wabah Virus Corona dan resesi, pemerintah terus bekerja keras untuk mewujudkan 
dua tujuan besar yang sama strategisnya. Pertama, menangani dan memberi layanan 
medis kepada semua pasien COVID-19, serta gencar mengupayakan cegah-tangkal 
penyebaran Virus Corona di semua wilayah melalui koordinasi dengan semua 
pemerintah daerah. Juga mengubah sejumlah bangunan atau fasilitas umum untuk 
menampung dan merawat pasien COVID-19.

Agar hidup kebangsaan dan kenegaraan tidak lumpuh, negara ini tidak 
di-lockdown. Kendati rumit, pemerintah lebih memilih menerapkan kebijakan PSBB 
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) tingkat wilayah. Penerapan PSBB tingkat 
wilayah atau daerah bergantung pada kondisi daerah, sehingga inisiatif 
penerapan PSBB ada di tangan kepada daerah (gubernur, bupati, wali kota), 
tentunya setelah berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan.

Kedua, didukung TNI dan Polri, pemerintah juga memastikan terjaganya keamanan 
dan ketertiban umum, mencegah panik masyarakat, serta memastikan terjaganya 
rantai pasok kebutuhan pokok dan energi. Pemerintah juga harus mengalokasi 
anggaran untuk membiayai bantuan langsung tunai (BLT) dan listrik gratis selama 
tiga bulan, karena jutaan pekerja harian tidak bisa bekerja sehingga mereka 
kehilangan sumber penghasilan.

Patut disyukuri karena sebagian besar masyarakat patuh pada imbauan untuk 
bekerja dan belajar di rumah selama periode pandemi Corona. Kepatuhan 
masyarakat itu menjadi faktor signifikan bagi terwujudnya kondusifitas di 
tengah periode kejadian luar biasa sekarang ini. Karena itu, masyarakat pun 
berharap agar suasana kondusif sekarang ini tidak dirusak oleh 
pernyataan-pernyataan yang berpotensi mengeskalasi rasa takut, mendorong banyak 
orang panik atau mereduksi kepercayaan publik kepada pemerintah.

Sepanjang periode pandemi Corona dan resesi ekonomi sekarang, setiap orang 
hanya diharapkan lebih mengedepankan nurani kemanusiaan, karena memang dua 
bencana ini mengancam kesehatan dan jiwa miliaran warga planet ini, termasuk 
masyarakat Indonesia. Silahkan mengritik langkah atau kebijakan pemerintah 
dalam merespons dua bencana ini, tetapi kritik itu hendaknya proporsional. 
Terpenting, menahan diri untuk tidak membuat pernyataan tricky yang berpotensi 
mendorong banyak orang jadi panik.

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI
(akn/ega)
ketua mpr
mpr
covid-19
ekonomi







Kirim email ke