-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://news.detik.com/kolom/d-4981070/covid-19-vitamin-c-dan-kekebalan-tubuh?tag_from=wp_cb_kolom_list



Kolom

Covid-19, Vitamin C, dan Kekebalan Tubuh

Ali Khomsan - detikNews
Jumat, 17 Apr 2020 17:23 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
ilustrasi vitamin C
Foto ilustrasi: thinkstock
Jakarta -

Akibat Covid-19 yang mewabah di berbagai negara, maka ribuan orang telah 
kehilangan nyawa, pertumbuhan ekonomi terancam, mata uang melemah, dan beberapa 
kota dinyatakan lockdown. Covid-19 gejalanya mirip flu batuk, pilek, dan 
disertai panas tinggi, kemudian sesak napas dan bisa berakhir fatal (kematian). 
Penderita positif Covid-19 dan jumlah orang meninggal hingga kini terus 
merangkak naik di negara kita.

Agar tubuh kita mampu menangkal penyerbu-penyerbu asing (virus, kuman, dan 
bakteri), maka limfosit (sel darah putih) harus tersedia dalam jumlah yang 
cukup. Mengonsumsi vitamin C dosis tinggi diketahui dapat meningkatkan produksi 
limfosit. Vitamin C bekerja seperti antibiotika di dalam tubuh untuk 
menghancurkan virus penyebab penyakit.

Vitamin C juga akan meningkatkan kadar glutation di dalam tubuh. Glutation 
adalah antioksidan di dalam tubuh yang dapat menjaga sistem kekebalan tubuh. 
Konsumsi vitamin C 500 mg sehari dapat meningkatkan kadar glutation tubuh 
sampai 50%.

Vitamin C juga punya kemampuan untuk memperbaiki sistem kerja paru-paru. Mereka 
yang rajin mengonsumsi vitamin C peluangnya untuk menderita bronchitis kronis 
lebih rendah.

Kesehatan manusia tidak selamanya berada dalam kondisi optimal karena fluktuasi 
lingkungan. Saat ini, ketika negara dalam kondisi darurat akibat Covid-19 upaya 
menjaga kekebalan tubuh menjadi sangat penting.

Untuk menangkal infeksi virus atau bakteri seseorang harus mempunyai sistem 
kekebalan tubuh yang baik. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh asupan vitamin 
C yang memadai. Demikian pula dalam kondisi stres yang umumnya akan menurunkan 
imunitas. Dalam suatu penelitian, sejumlah 27% kelompok orang yang mengalami 
stres ringan segera terjangkit flu ketika diekspos dengan virus flu. Sementara 
itu, jumlah yang terserang flu menjadi 47% apabila mereka sedang stres berat.

Sampai saat ini angka kecukupan gizi yang dianjurkan tentang vitamin C adalah 
40-90 mg sehari (tergantung usia). Anjuran vitamin C yang relatif rendah ini 
menunjukkan pandangan sempit tentang vitamin C yang seolah-olah hanya sebagai 
penangkal skorbut (sariawan).

Di saat Covid-19 merebak menjadi pandemi di banyak negara, termasuk Indonesia, 
anjuran meningkatkan makan sayur dan buah sebagai sumber vitamin C untuk 
kekebalan tubuh adalah sangat penting. WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah 
setiap hari 400 g terdiri dari 250 g buah dan 150 g sayuran. Sayang sekali, 
konsumsi rata-rata penduduk Indonesia hanya mencapai sekitar 100 g.

Linus Pauling, ilmuwan vitamin C, menganjurkan asupan vitamin C sekitar 
1000-3000 mg. Robert Catchart menyarankan kita menggunakan teknik toleransi 
perut yakni dosis vitamin C yang mampu mengatasi masalah kesehatan tanpa 
menimbulkan diare. Jadi, dalam hal ini diare menjadi cut off point atau 
pembatas dosis tertinggi yang bisa diterima oleh individu. Artinya, kalau kita 
menelan vitamin C 1000 mg menimbulkan diare, maka kita perlu menurunkan menjadi 
750 atau 500 mg.

Ester-C dikenal sebagai vitamin C generasi III. Keunggulan Ester-C adalah bahwa 
di samping larut air, senyawa ini juga larut dalam lemak. Itu sebabnya Ester-C 
diperkirakan mempunyai kemampuan meningkatkan regenerasi vitamin E (larut 
lemak) yang terikat membran sel.

Perbaikan sistem kekebalan tubuh juga dapat dihasilkan oleh kehadiran vitamin 
E. Sel limfosit dan mononuclear di dalam tubuh manusia mengandung konsentrasi 
vitamin E yang paling tinggi. Hal ini mengungkapkan betapa pentingnya vitamin E 
di dalam fungsi kekebalan tubuh. Oleh karena itu konsumsi vitamin E yang cukup 
akan bermanfaat untuk pembentukan antibodi, dan sekaligus mengurangi morbiditas 
(kesakitan) dan mortalitas (kematian).

Vitamin E dapat ditemukan pada makanan yang berlemak seperti minyak sawit, 
minyak kedelei, minyak jagung, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Meningkatkan kekebalan tubuh tidak tergantung semata pada asupan vitamin C atau 
vitamin E. Pola makan gizi seimbang yang dianjurkan Kementerian Kesehatan dapat 
menjadi acuan untuk meraih hidup sehat dengan kekebalan tubuh yang tinggi. 
Konsumsi pangan hewani yang banyak mengandung seng juga bermanfaat untuk 
kekebalan tubuh.

Prinsip gizi seimbang adalah makan beraneka ragam pangan yang mengandung 
karbohidrat (pangan pokok), protein (lauk-pauk), vitamin/mineral (sayur dan 
buah), dan jangan abaikan olahraga untuk menjaga kebugaran.

Ali Khomsan Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB

(mmu/mmu)






Kirim email ke