Bung Nesare, Terimakasih untuk penjelasannya. KH Op vr 8 mei 2020 om 14:48 schreef 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45] < GELORA45@yahoogroups.com>:
> > > Pembukuan/pencatatan hutang investasi berbeda antara perusahaan dan > negara. Di perusahaan memang debit dan kredit harus balance. Ada post nya > jelas disebut: hutang (jangka pendek dan jangka panjang). Sumber hutangnya > dari mana juga jelas disebut yg ada 2: shareholder/pemilik dalam bentuk > equity atau hutang dari luar mis: bank. > > > > Post hutang ini tambah equity = asset. > > Biasanya ditulis begini: assets = liabilities + equity. > > Assets adalah debit (istilah Indonesia: aktiva) dan liabilities + equty > adalah kredit nya (pasiva). > > Ini selalu harus balance. > > > > Di level negara beda. Devisa itu macem2. Yg diributin orang2 biasanya > adalah hutang dan perdagangan eksim. Devisa bisa dalam bentuk current > account (eksport import); SDR (special drawing rights), cadangan emas yg > dimiliki oleh bank sentral, cadangan yg ditaruh di IMF dan tagihan2 lainnya. > > > > Negara mencatat semua devisa ini termasuk swasta dan negara. Jadi bukan > hanya milik negara saja. Eksport import dan jasa itu bisa swasta. Jadi gak > ada pencatatan pembukuan post devisa di keuangan negara. Tetapi post eksim > bisa dilihat di neraca perdagangan/current account sbg bagian dr balance of > payment. > > > > Tepatnya semua data2 devisa ini dicatat oleh BI utk memonitor hutang, > investasi, eksim, emas dll. > > > > Kesimpulannya di perusahaan langsung bisa dilihat debit kredit antara > asset vs hutang + equity dalam balance sheet. Sebaliknya dinegara hutang, > investasi, ekport import, emas dll sumbernya macem2 dan catatan > pembukuannya sendiri2 dan dikelola oleh BI. Instansi lain spt BKPM jelas > tahu investasi dari luar negeri ttp belum tentu secara tepat mencatat arus > eksport import. Data ekport import yg paling tahu ya department terkait > mis: dept perindustrian, dept. perdangangan dll. Semua data2 ini > dikoordinir oleh BI. > > > > Nesare > > > > > > *From:* GELORA45@yahoogroups.com <GELORA45@yahoogroups.com> > *Sent:* Friday, May 8, 2020 4:56 AM > *To:* Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com>; Sunny ambon < > ilmeseng...@gmail.com> > *Subject:* Re: [GELORA45] PemerintahRilis Utang Rp 69 T, Cadangan Devisa > Naik Jadi US$ 127,9 M > > > > > > Sistim pembukuan harus balans, ada bagian debet, ada bagian krediet yang > seimbang. > > Kalau pembukuan perusahaan, pinjaman yang masuk, saya kira dibukukan di > bagian debet, di kas. Utangnya di bagian krediet. > > Kalau negara, pinjaman devisa yang masuk, dibukukannya di cadangan devisa, > di bagian debet? dan utangnya di utang, di bagian krediet ? > > Kalau salah, harap dikoreksi. > > > > Op vr 8 mei 2020 om 10:27 schreef Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com > [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>: > > > > *Cadangan devisa naik karena pinjaman yang diterima dibukukan dalam pos > cadangan devisa, jadi dengan sendirinya cadangan devisa bertambah, > sekalipun uang itu adalah utang misalnya dari penjualan obligasi > negara. Begitulaah cara penyulapannya dengan ilmu Simsalabim Abakadabra**.. > **Patut diingat bahwa obligasi negara, akan kemudian harus ditebus atau > dibeli kembali oleh negara bila sudah jatuh tempo waktunya.* > > > > > *https://katadata.co.id/berita/2020/05/08/pemerintah-rilis-utang-rp-69-t-cadangan-devisa-naik-jadi-us-1279-m?utm_source=Social&utm_medium=Pushnotif&utm_campaign=Makro_Lia* > <https://katadata.co.id/berita/2020/05/08/pemerintah-rilis-utang-rp-69-t-cadangan-devisa-naik-jadi-us-1279-m?utm_source=Social&utm_medium=Pushnotif&utm_campaign=Makro_Lia> > > > > > > Pemerintah Rilis Utang Rp 69 T, Cadangan Devisa Naik Jadi US$ 127,9 M > > > > Penulis: Agatha Olivia Victoria Editor: Desy Setyowati 8/5/2020, 12.01 WIB > > > > Pemerintah terbitkan surat utang global senilai Rp 69 triliun di tengah > pandemi corona. Cadangan devisa pun naik menjadi US$ 127,9 miliar per akhir > April. > > > > Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 127,9 > miliar per akhir April. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan posisi > akhir Maret US$ 121 miliar. "Peningkatan cadangan devisa terutama > dipengaruhi oleh penerbitan surat utang global alias global bond > pemerintah," tulis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny > Widjanarko dalam keterangan resminya, Jumat (8/5). > > Onny mengatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan > 7,8 bulan impor. Selain itu, setara dengan 7,5 bulan impor dan pembayaran > utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa saat ini juga berada > di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. (Baca: > Hasil Obligasi Global Rp 69 T Bisa Kerek Cadangan Devisa Pekan Depan) BI > menilai, posisi cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor > eksternal, serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke > depan, cadangan devisa dinilai tetap memadai, terutama didukung oleh > stabilitas dan prospek ekonomi yang baik. > > Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan langkah pemerintah > menerbitkan tiga seri Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi dolar > Amerika Serikat (AS). Total nilai surat utang ini US$ 4,3 miliar atau Rp 69 > triliun. (Baca: RI Negara Pertama Asia yang Jual Obligasi Global Rp 69 T > saat Pandemi) > > > > > >