-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2014-kebangkitan-nasional-mengenyahkan-korona



Kamis 21 Mei 2020, 05:00 WIB

Kebangkitan Nasional Mengenyahkan Korona

Administrator | Editorial
 

PEPATAH Prancis mengatakan 'histoire se repete atau sejarah mengulang dirinya 
sendiri. Sejarah lebih dari 100 tahun lalu pun seperti terepetisi ketika dulu 
kita hidup di bawah penjajahan Belanda dan kini berada dalam cengkeraman 
kolonialisme virus korona atau covid-19.

Dua fakta sejarah itu memang tidak sama persis, tetapi sama-sama menghadirkan 
kesulitan luar biasa bagi bangsa. Dulu Belanda melakukan penindasan secara 
kasatmata, kini pandemi virus korona menebarkan penderitaan secara diam-diam.

Namun, sejarah juga menunjukkan penjajahan selalu bisa dikalahkan. Sama seperti 
ketika mengalahkan Belanda dulu, kita juga pasti bisa memecundangi korona. 
Itulah semangat dan keyakinan yang harus kita kedepankan, sama seperti semangat 
dan keyakinan anak-anak bangsa tatkala membentuk Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 
silam.

Boedi Oetomo digagas Wahidin Soedirohoesodo serta didirikan Soetomo, Goenawan 
Mangoenkoesoemo, dan Soeraji. Tujuan mereka amat mulia, yakni ingin mendobrak 
ketidakadilan yang dipelihara penjajah Belanda sekaligus menumbuhkan rasa 
kesadaran nasional sebagai orang Indonesia.

Itulah cikal bakal kebangkitan bangsa untuk semakin gigih melepaskan diri dari 
penjajahan. Kita pun kemudian mengenangnya sebagai Hari Kebangkitan Nasional 
yang selalu kita peringati saban 20 Mei.

Semangat Boedi Oetomo tak pernah lekang oleh zaman, bahkan dalam situasi 
sekarang amatlah relevan. Boedi Oetomo mengajarkan bahwa berbagai bentuk 
keterjajahan hanya bisa diatasi hingga datang kemerdekaan bila sebuah bangsa 
merajut persatuan dan kesatuan serta menanggalkan keterpecahbelahan. Penjajahan 
pasti bisa dienyahkan jika sebuah bangsa mengedepankan semangat nasionalisme 
secara kolektif.

Semangat-semangat itulah yang kita perlukan saat ini. Harus diakui, persatuan 
dan kesatuan masih menjadi persoalan tatkala kita menghadapi perang besar 
melawan covid-19. Sulit dibantah, kesadaran kolektif untuk bersama-sama 
menghadapi musuh berbahaya itu belum paripurna.

Ketika korona terus menyerang dari segala penjuru tanpa mengenal waktu, belum 
semua anak bangsa punya kepedulian untuk melawannya. Inkonsistensi dan 
ketidaktegasan terkadang masih dipertontonkan pemerintah sebagai pemimpin 
perang sehingga memantik kebingungan dan ketidakpercayaan rakyat. Sikap 
pengabaian pun terus diperlihatkan sebagian masyarakat dengan melanggar beragam 
ketentuan untuk memutus rantai penularan covid-19.

Betul bahwa sudah banyak upaya yang kita lakukan dalam beberapa bulan terakhir. 
Hasilnya pun mulai tampak di beberapa daerah, tetapi harus tegas dikatakan 
bahwa perang melawan virus korona masih jauh dari selesai. Laporan yang 
dilansir kemarin bahkan menunjukkan penambahan kasus positif mencatat rekor 
tertinggi, yakni 693, sehingga total menjadi 19.189 kasus. Sementara itu, 
pasien yang sembuh bertambah 108 menjadi 4.575 dan yang meninggal bertambah 21 
menjadi 1.242 orang.

Dengan mengadopsi semangat Boedi Oetomo yang mengajarkan kegigihan, upaya untuk 
memutus rantai penyebaran covid-19 ialah prioritas yang harus terus kita 
maksimalkan. Dengan semangat Boedi Oetomo yang mengajarkan pentingnya 
pendidikan dan ilmu pengetahuan, kita mesti bekerja lebih keras lagi untuk ikut 
menemukan vaksin dan obat penyembuhan ke depan.

Para cerdik pandai kita telah sukses membuat inovasi dan memproduksi alat rapid 
test dan ventilator yang kemarin secara resmi diluncurkan Presiden Jokowi. Kita 
yakin, sangat yakin, anak-anak bangsa kita juga mumpuni untuk menghasilkan 
vaksin dan obat covid-19 yang juga sangat ditunggu-tunggu masyarakat dunia.

Untuk segera lepas dari penjajahan virus korona, tidak ada cara lain kecuali 
kita bersatu padu mengenyahkannya. Kesatuan sebagai sesama anak bangsa mutlak 
kita kedepankan, bukan malah saling menyalahkan dan menegasikan, dalam situasi 
yang sangat sulit sekarang ini. Apalagi, tak cuma melawan serangan langsung 
dari virus korona, kita juga menghadapi dampak turunan yang bisa jadi lebih 
berbahaya, yakni krisis ekonomi dan sosial.

Dulu, 112 tahun yang lalu, Wahidin Soedirohoesodo dan kawan-kawan memelopori 
kebangkitan nasional untuk melawan penjajahan Belanda. Kini, kebangkitan 
nasional menjadi kemestian untuk mengenyahkan kolonialisme covid-19.

 

 

 
 






  • [GELORA45] Kebangkitan Nasio... 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45]

Kirim email ke