Tidak Meledak <https://www.disway.id/r/973/tidak-meledak>
17 June 2020
https://www.disway.id/r/973/tidak-meledak
------------------------------------------------------------------------
Oleh : Dahlan Iskan
Jalan-jalan sudah penuh-padat. New normal sudah normal --dengan atau
tanpa new. Jumlah penderita baru Covid-19 naik. Sudah dua hari terakhir
di atas 1.000 orang/hari. Lebih tinggi dari yang lalu-lalu.
Gawat?
Rasanya tidak. Rumah-rumah sakit di Surabaya memang penuh. Pun keluhan
seliweran di medsos. Tapi itu karena RS Universitas Airlangga lagi ada
masalah. Lagi tidak menerima pasien Covid-19. Sejak ada dokter dan
perawatnya yang terjangkit virus pandemi itu.
Sepanjang penderita baru tidak mencapai 1.500/hari tidak cukup alasan
untuk menyatakan gawat. Tingkatnya di sekitar memprihatinkan. Dan harus
waspada. Jangan-jangan angka itu akan tercapai.
Apalagi angka total Indonesia sudah melewati 40.000. Kemarin. Sudah di
ranking 30 dunia.
Yang menggembirakan adalah justru di kampung-kampung. Dengan ”Gerakan
Kampung Tangguh” itu. Yang diinisiasi polisi itu. Yang membuat Pak RT
dan Pak Lurah menjadi lebih berperan.
/Kapolda Jatim Irjen Pol Fadil Imran (dua dari kanan) saat mengunjungi
Kampung Tangguh Semeru di Bojonegoro./
Yang kurang menggembirakan adalah: peranan teknologi. Yang tidak terasa
ada revolusinya. Kemajuan penggunaan teknologi informasi seperti siput.
Orang seperti saya tidak tahu siapa komandan di bidang pemanfaatan
teknologi informasi itu. Menristek? Menkominfo? Atau karep-karepmu
--terserah saja?
Saya mungkin salah. Mungkin karena kurang kepo. Adakah pembaca yang
tahu: teknologi apa yang akhirnya dipakai secara luas?
Ciptaan Ghozi?
Apps Ghozi itu baru dipakai di satu provinsi: Bangka Belitung. Padahal
ini sudah bulan Juni --pertengahan.
Mungkin ada yang tidak suka dengan temuan itu. Saya pun bisa memaklumi.
Manusiawi. Itulah kenyataan dunia. Tapi adakah pesaing yang lebih baik
dari Ghozi? Tentu, mestinya ada. Kalau ada mengapa yang lebih baik itu
tidak segera diluaskan pemakaiannya?
Sayang kalau bencana begini besar tidak melahirkan terobosan besar.
Demikian juga soal peningkatan kapasitas tes. Yang sudah ditemukan oleh
seorang Dokter Andani di Padang (Baca DI’s Way:Nangis Tes
<https://www.disway.id/r/966/nangis-tes>). Mengapa begitu lambat menjadi
gerakan nasional? Apakah ada yang lebih baik? Kalau ada kenapa tidak
segera dinasionalkan?
Padahal penemuan itu begitu pentingnya. Kemampuan lab yang dulunya hanya
bisa menangani 250 sampel per hari bisa meningkat jadi 1.570 sampel.
Bahkan sejak kemarin bisa meningkat lagi jadi 2.500 sampel.
Lebaran sudah lewat dua minggu. Kekhawatiran akan meledaknya kasus baru
memang tidak terbukti. PSBB ternyata sudah cukup ampuh. Tidak
perlu/lockdown/. Ekonomi juga tidak perlu mati.
New normal pun kelihatannya membawa kita ke normal. Penderita baru
”hanya” bertambah. Bukan meledak.
Mungkin kita memang cukup puas dengan usaha kita.
Ya sudah.(Dahlan Iskan)