Xinjiang: Kisah Pengentasan Kemiskinan di Desa Tutao

http://indonesian.cri.cn/20200622/6592f42b-7f46-ff50-3dd9-eb488e90d1db.html
2020-06-22 16:02:02

Di Kashgar, Daerah Otonom Uigur Xinjiang yang terjebak kemiskinan mendalam, terdapat sebuah desa yang bernama Tutao, desa Tutao juga terkenal sebagai desa miskin. Tahun ini, 263 keluarga di desa Tutao akan terlepas dari kemiskinan. Bagaimana desa Tutao mewujudkan kehidupan sejahteranya?

Saat memasuki desa Tutao, kami sempat melihat sebuah desa yang penuh dengan ciri khas, karena warga desa sedang melakukan renovasi terhadap penampilan desanya dengan keterampilan tembikar. Namun beberapa tahun yang lalu desa Tutao bahkan tidak diinginkan oleh warga desanya sendiri karena sangat miskin.

Luas lahan pertanian per orang hanya mencapai 0.02 hektar, 263 keluarga di seluruh desa tidak mungkin dapat lepas dari kemiskinan hanya dengan mengandalkan menggarap lahan. Kisah pengentasan kemiskinan di desa Tutao akan dimulai dari sebuah kolam ikan yang dulunya merupakan tanah rawa pada 3 tahun yang lalu.

Seorang warga desa bernama Ijim Memeti pernah memilki usaha budi daya perikanan, ia ingin mengubah tanah rawa ini menjadi kolam ikan, tapi ia kekurangan uang. Kesulitan tersebut sempat diketahui oleh kepala desa, pihaknya sempat mengajukan permohonan bantuan dana untuk menunjang proyek perindustrian, tapi karena proses ratifikasi proyek memerlukan beberapa waktu, sekretaris desa sendiri menggalang dana sebesar 100 ribu Yuan RMB sebagai dana darurat untuk mengembangkan perindustrian.

Tiga bulan kemudian, dana disalurkan ke desa, tanah rawa akhirnya menjadi kolam ikan. Koperasi pertama didirikan di desa tersebut. Ijim bersama warga desa lainnya menjalankan industri ikan tersebut, akan tetapi hanya bertahan selama 1 tahun proyek terpaksa berhenti.

Pembudidayaan perikanan berskala besar adalah sebuah usaha yang membutuhkan keterampilan tertentu, tidak sesederhana seperti yang dibayangkan oleh para warga desa. Pengoperasionalan kolam ikan tak boleh berhenti, hal profesional sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli. Koperasi desa akhirnya memutuskan untuk mengontrakkan kolam ikan kepada orang yang ahli. Di samping warga desa dapat bekerja, seluruh warga desa juga memperoleh pendapatan dari kolam ikan tersebut.

Mulai tahun 2018, Desa Tutao secara berturut-turut mengembangkan 8 koperasi seperti koperasi pembuatan roti Naan, koperasi ekstraksi minyak, koperasi pisau, koperasi budidaya, koperasi kue dan lain sebagainya, menyediakan 237 pos penempatan tenaga kerja, penghasilan tahunan per kapita melampaui 8.800 yuan RMB.

Ayjamal Turgon adalah seorang ibu yang dulu hanya merawat dua anaknya di rumah. Sesudah koperasi kue berdiri, Ayjamal yang pandai membuat kue juga ingin bekerja di sana, namun tidak didukung oleh suaminya.

Dengan dukungan pejabat desa dan berkat ketekunannya, Ayjamal akhirnya mulai bekerja pada tanggal 10 April tahun 2018. Saat itu, 25 wanita bekerja di koperasi kue itu, kue telah diproduksi, namun penjualannya menjadi sebuah masalah.

Untuk menjual kue tersebut, pemimpin desa Tutao mendirikan tim khusus untuk mencari pelanggan. Mereka menjalin kontrak jangka panjang penyediaan makanan bergizi dengan sekolah setempat. Sekarang, Ayjamal telah menjadi wakil kepala koperasi kue ini.

Desa Tutao akan merealisasi pengentasan kemiskinan, mereka juga telah memiliki target baru. Desa Tutao dikenal karena warisan budaya tak benda tembikar tanah liat. Sekarang, mereka sedang mewujudkan pengentasan kemiskinan dengan mengembangkan kebudayaan tembikar tanah liat dan wisata desa.



 Pasien COVID-19 dan Ucapan Selamat Hari Ayah dari Istri

2020-06-22 16:09:41 http://indonesian.cri.cn/20200622/7adc49e9-888d-9688-1156-dcdf124a21e2.html

Bertepatan 21 Juni 2020 alias Hari Ayah, Zhang Wei menerima ucapan selamat dari istrinya melalui pesan teks ponsel. Memang Zhang Wei beralasan terharu karena sebelumnya dia masih seorang pasien COVID-19 yang gawat darurat.

图片默认标题_fororder_555

Pada 26 Januari larut malam, Zhang Wei menunjukkan gejala demam. Beberapa hari kemudian, ia terdiagnosa sebagai pasien terduga virus corona jenis baru dan dirawat di Blok-3 Rumah Sakit Rakyat Universitas Wuhan pada 6 Februari.

图片默认标题_fororder_666

Tak lama setelah dirawat di rumah sakit, kondisinya memburuk secara drastis. Pada 12 Februari, Zhang Wei dipasang ventilator oleh para dokter. Dua hari kemudian, tenaga medis yang bertugas di Blok-3 melakukan konsultasi darurat terhadap kondisinya, dan mengusulkan segera menggunakan ECMO untuk Zhang Wei. ECMO merupakan pendukung kehidupan drastis yang menggantikan fungsi jantung dan paru-paru, dengan memompa oksigen ke dalam darah ke seluruh tubuh. Setelah pemasangan ECMO, SaO2 pasien kritis ini naik menjadi 95 persen ke atas, sehingga paru-paru yang penyot pun mengalami peredaan, namun Zhang Wei tetap dalam kondisi koma.

图片默认标题_fororder_777

Mengenang kembali pengalaman itu, Zhang Wei mengatakan: “Proses tak sadar diri rasanya sangat pahit. Saya bermimpi banyak. Saya bermimpi dirinya tertekan di bawah permukaan air, melihat orang di tepi air berkata dan mau menolong, namun saya tidak bisa berkata maupun bergerak sedikit pun, juga tak bisa bernafas atau sesak bernafas. Dalam mimpi saya berjumpa dengan istriku yang bermesraan dengan aku, rasanya sangat akrab. Dia terus mendampingku dalam mimpi.”

Pada 9 Maret yakni 25 hari setelah dibantu mesin ECMO, kondisi Zhang Wei mengalami perbaikan. Mesin ECMO pun dilepas dari tubuhnya. Seorang petugas medis menulis di buku hariannya: hari ini kami melakukan satu hal besar, yakni melepaskan ECMO dari tubuh Zhang Wei. Penggunaan mesin ECMO itu mencetak rekor terpanjang, yaitu genap 25 hari.

Sebagai dokter utama yang merawat Zhang Wei, Jia Jia dan koleganya selalu bekerja rajin untuk menyelamatkan nyawa Zhang Wei yang jatuh pingsan dalam waktu panjang.

Zhang Wei mengatakan: “Pada hari saya terbangun kembali, Profesor Ding datang kemari dan bilang, Mas telah menciptakan keajaiban. Kata ini diulanginya berkali-kali. Waktu itu saya masih sedikit bingung, dan mengira hanya lewat satu atau dua hari setelah tak sadar diri. Saya sama sekali tidak tahu kalau saya sudah dalam kondisi koma begitu lama. Oleh karena itu, ketika mereka bilang saya sudah menciptakan keajaiban, saya belum tahu apanya yang terjadi pada diriku, dan tidak tahu kenapa mereka begitu terharu.”

图片默认标题_fororder_999

Di keluarga Zhang Wei tiada anggota lainnya yang terpapar virus corona. Istrinya Yu Yi serta orang tua Zhang Wei beserta anaknya tidak terinfeksi virus corona. Saat Zhang Wei menginap di rumah sakit, istrinya Yu Yi tiap hari hidup dalam kecemasan, namun tak bisa mendampingnya di rumah sakit, tapi dia punya akal sendiri untuk memberikan semangat kepada suaminya.

Yu Yi mengatakan: “Saya tiap hari berkontak dengan Zhang Wei melalui aplikasi WeChat, terus menerus. Dokter dan perawat baik-baik saja. Mereka menyiarkan rekaman suaraku kepada dia. Mereka juga memberitahukan saya bahwa suamiku dalam kondisi kalem mendalam dan tak bisa mendengar apa yang saya katakan dalam rekaman. Namun saya selalu percaya suamiku akan merasakannya.”

Selama Zhang Wei jatuh pingsan, pesan dari istrinya melalui app ponsel berperan ibarat obat mujarab bagi suaminya.

Pada 25 Maret, tim medis Liaoning dan tim medis Henan yang ikut merawat Zhang Wei selama 50 hari akan diberangkatkan kembali ke tempat asalnya. Sebelum Keberangkatan, mereka mengalihkan pasiennya Zhang Wei kepada tim medis Fujian dan tim medis ICU Rumah Sakit Rakyat Universitas Wuhan. Pada acara serah terima, Dokter Jia Jia berpesan berulang kali, “Tolong selamatkan dia, tolong agar dia bisa sembuh.”

Dengan perawatan saksama para dokter dan juru rawat, Zhang Wei bisa bernafas mandiri tanpa bantuan ventilator pada 3 April. Pada 8 Mei, setelah dirawat selama 3 bulan, Zhang Wei untuk pertama kali turun dari ranjang dan berdiri. Pada 10 Mei, Zhang Wei berjalan terseok-seok di selasar dengan dituntun oleh perawat. Pada 17 Mei, Zhang Wei mulai berjalan mandiri tanpa bantuan, dengan berat badannya pulih sampai 60 kilogram. Setelah menjalani pemeriksaan badan secara menyeluruh dan setelah tesnya menunjukkan hasil negatif, Zhang Wei dipulangkan dari rumah sakit pada 24 Mei 2020.

图片默认标题_fororder_1010

Pada hari keluar dari rumah sakit, Zhang Wei sempat memperbarui kontennya di grup WeChat. “Sudah menginap di rumah sakit selama 109 hari, hari ini saya akhirnya bisa pulang ke rumah. Virus tidak mengenal belas kasihan, namun manusia penuh dengan perasaan. Berterima kasih kepada semua tenaga medis yang pernah menolong aku. Kalianlah yang menyelamatkan jiwaku, terima kasih! Juga berterima kasih kepada semua sahabat yang menaruh perhatian dan kepedulian kepada saya. Saya akan berusaha melakukan rehabilitasi, yakin tak lama lagi kita akan berjumpa kembali.”

Kirim email ke