Kutipan: "Alat pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital yang 
dikembangkan dosen Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
Universitas Gadjah Mada Bayu Suparta".
Sekedar informasi: Radiologi digital sudah dipakai di Luar negeri sejak tahun 
1980-han (sejak dari 30 tahun yg lalu). Dan sudah dipakai utk utk men-diagnose 
COVID-19 sejak timbulnya wabah ini. Koq, dosen Gajah Mada Bayu Suparta 
memberitakan se-olah2 dia yg menemukan teknik ini, hehehe, hahaha.
BH Jo
    On Thursday, June 25, 2020, 09:37:15 AM MDT, 'j.gedearka' 
j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] <gelora45@yahoogroups.com> wrote:  
 
     


-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>

https://jogja.antaranews.com/berita/433560/dosen-ugm-mengembangkan-alat-deteksi-covid-19-berteknologi-radiografi-digital

Dosen UGM mengembangkan alat deteksi COVID-19 berteknologi radiografi digital

Kamis, 25 Juni 2020 22:22 WIB

Alat pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital yang dikembangkan 
dosen Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas 
Gadjah Mada Bayu Suparta. ANTARA/HO-Humas UGM
Yogyakarta (ANTARA) - Dosen Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu 
Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Bayu Suparta mengembangkan alat 
pendeteksi COVID-19 dengan teknologi radiografi digital.

"Alat radiografi digital bisa membuktikan terkena virus atau tidak jika dilihat 
dari struktur paru-parunya. Bila terkena virus corona maka paru-parunya menjadi 
rusak. Intinya lewat radiografi, signifikansinya sampai 95 persen," kata Bayu 
Suparta melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Kamis.

Menurut Bayu, tidak semua rumah sakit memiliki alat radiografi digital. Dari 
3.000-an rumah sakit di Indonesia, selama ini hanya rumah sakit tipe A yang 
mendapat bantuan alat ini dari pemerintah.

"Bisa diprediksi alat radiografi digital sangat sedikit sehingga menjadi 
motivasi besar saya sejak lama melakukan riset alat radiografi digital dengan 
harga bisa dijangkau," kata dia.

Hingga saat ini, kata Bayu, sudah ada tiga alat radiografi digital buatannya 
yang sudah diproduksi untuk keperluan mendapatkan izin produksi, izin edar, dan 
uji coba ke pengguna.

Menggunakan merek Madeena atau Made in Ina (Indonesia), alat ini sudah dipakai 
di rumah sakit Tabanan Bali. Selanjutnya dua alat yang lain digunakan sebagai 
syarat tahapan proses mendapatkan izin produksi massal.

"Soal hilirisasi dan komersial sepenuhnya saya serahkan ke pemerintah dan 
stakeholder bidang kesehatan. Kita sudah mengajukan izin produksi dan izin 
edar. Apalagi, Presiden sudah meminta untuk produk inovasi monitoring COVID 
dipermudah izinnya," kata dia.

Soal kemampuan deteksi COVID-19, Bayu berkeyakinan alat buatannya sangat mampu 
menentukan dan mengidentifikasi untuk prognosis pasien yang terkena COVID. 
Bahkan, dalam operasional alat tersebut menurutnya sangat adaptif dengan 
teknologi 4.0 dan aman bagi pasien dan tenaga medis.

"Sangat aman bagi pasien karena dosis radiasi dibuat serendah mungkin. Alat ini 
dikontrol dengan komputer, lalu sinar X memancarkan ke tubuh pasien, terusan 
radiasi ditangkap detektor dan dihubungkan ke layar monitor, lalu diolah 
radiografer diberikan ke tenaga fisika medik. Setelah itu, akan transfer ke 
dokter secara digital sesuai permintaan," katanya.
Pewarta : Luqman Hakim 
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2020


    

Kirim email ke