Kisah Etnis Hezhe Menuju Kesejahteraan
http://indonesian.cri.cn/20200626/d673ce70-4fa8-dd83-a763-f569d9ca655c.html
2020-06-26 17:09:59
图片默认标题_fororder_x
图片默认标题_fororder_z
You Mingguo dan keluarganya secara turun-temurun hidup di Desa Bacha,
Kecamatan Etnis Hezhe Bacha, Kota Tongjiang, Provinsi Heilongjiang,
Tiongkok timur laut. Semenjak berusia 13 tahun, You Mingguo sudah
mengikuti ayahnya menangkap ikan di Sungai Heilong atau Sungai Naga
Hitam di kampung halamannya.
Pada akhir abad lalu, sumber perikanan semakin menipis sehingga warga
etnis Hezhe yang sejak dahulu berburu ikan pun mengalami kesulitan dalam
mencari nafkah. Atas peraturan pemerintah, warga etnis Hezhe diminta
“melepaskan biduknya” yakni menghentikan usaha penangkapan ikan di
sungai. Setiap warga dibagi rata-rata 4,7 hektar lahan, baik untuk
bercocok tanam maupun pembudidayaan. Sejak itulah kehidupan etnis Hezhe
telah mengalami perbaikan secara berangsur-angsur. Namun para
penduduknya masih tidak puas dan berambisi untuk menempuh kehidupan yang
lebih baik.
Pulau Bacha adalah sebuah pulau yang terletak di pedalaman dataran
aluvium tiga sungai. Pemandangannya mempesona dan kaya akan sumber
wisata alami.
Pada 2016, Xi Jinping mendatangi desa ini dan sempat bercakap-cakap
dengan penduduk desa. Sejak itulah, Wang Mingguo selaku kepala desa
mengalihkan pikirannya dan memiliki ide baru untuk mengembangkan
agrowisata dengan membuka dua destinasi wisata, yaitu mengedepankan
tradisi etnis Hezhe dan memberikan peluang kepada para pelancong untuk
menikmati tradisi berburu ikan setempat. Dalam tiga tahun terakhir, desa
ini total membuka 30 lebih losmen atau homestay yang dapat menerima 40
ribu wisatawan. Pendapatan bersih pariwisata mencapai satu juta Yuan.
Melalui usaha pariwisata yang melestarikan tradisi tersebut, penduduk
etnis Hezhe telah menempuh kehidupan yang lebih makmur dengan pendapatan
perkapita sebanyak 22 ribu Yuan per tahun. Dulu di desa ini terdaftar 21
penduduk miskin, kini mereka semuanya dinyatakan telah terlepas dari
kemiskinan.
Pemerintah setempat berusaha membimbing masyarakat setempat memanfaatkan
sumber daya alam dan kebudayaan tipikal setempat untuk mengembangkan
pariwisata, penanaman, pembudidayaan, katering dan industri kerajinan
tangan. Kini desa ini sudah mengalami perkembangan menyeluruh di bidang
pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan dengan berlandaskan pada
kebudayaan dan adat istiadat khas etnis Hezhe.
You Mingguo mengatakan, dulu nenek moyang etnis Hezhe mencari nafkah
dengan mendayung perahu kayu atau biduk yang terbuat dari kulit pohon.
Sekarang mereka sudah memiliki dua kapal pesiar. Ke depannya mereka
berencana melakukan kontak dengan Rusia untuk membuka rute wisata
Tiongkok-Rusia dengan kondisi yang memungkinkan.
Setelah dua kapal pesiar itu dioperasikan, pendapatan desa dari
pariwisata akan bertambah sebanyak 4 juta Yuan setiap tahunnya.
Warga Tiongkok Rayakan Hari Pecun dalam Berbagai Bentuk
http://indonesian.cri.cn/20200626/41f5f2d7-c2be-3ea7-85be-4944511af9a6.html
2020-06-26 15:55:05
Festival Peh Cun yang jatuh pada 25 Juni adalah salah satu hari raya
tradisional yang sangat penting bagi masyarakat Tiongkok. Tahun ini
banyak warga Tiongkok yang tidak merayakannya seperti biasa dengan
bertamasya ke luar kota karena merebaknya wabah COVID-19. Masih ada
sekelompok orang yang bekerja di barisan depan penanggulangan wabah,
berupaya memelihara keselamatan rakyat dan keamanan sosial. Menjelang
tibanya Festival Peh Cun, warga Tiongkok merayakan hari raya tradisional
ini dalam berbagai bentuk.
图片默认标题
Warga Hong Kong Ingin Hong Kong Tenteram dan Makmur
Suasana kemeriahan hari raya terasa di seluruh kota Hong Kong. Kini
kehidupan Hong Kong sedang kembali ke orbit yang tepat, ketenteraman dan
kemakmuran sudah pulih secara mantap.
Siang hari, restoran-resotran Hong Kong sudah terpenuhi dengan warga
Hong Kong setempat. Warga Hong Kong pergi ke restoran dengan keluarga
atau berkumpul dengan teman-teman. Mereka memesan seteko teh, dua piring
kue, beberapa bakcang, sambil makan sambil mengobrol, suasana ramai dan
gembira. Warga Hong Kong mengatakan, Festival Peh Cun adalah hari raya
tradisional bangsa Tionghoa, pada hari itu, sekeluarga bereuni bersama,
ketenteraman dan kesejahteraan sosial adalah harapan dalam hati mereka.
Warga Hong Kong Chu Pui Ka mengatakan: “Sebenarnya pada tahun lalu, kami
setiap hari merasa deg-degan. Undang-Undang Keamanan Nasional adalah
landasan untuk kestabilan dan ketenteraman Hong Kong. Sebagai warga Hong
Kong, saya berharap UU itu segera dilaksanakan. ”
图片默认标题
Salah satu kegiatan perayaan Festival Peh Cun di Hong Kong adalah lomba
perahu naga. Di tempat perayaan terdengar bunyi gendang bergemuruh,
situasi perlombaan sangat seru.
图片默认标题
Salah seorang atlet dalam lomba perahu naga kali ini, Ge Xueting
mengatakan: “Kami telah menyaksikan UU Keamanan Nasional sedang didorong
di Hong Kong, wabah setempat sudah terkontrol secara efektif, kami
berkeyakinan kuat dan berpandangan positif terhadap perkembangan Hong
Kong di masa mendatang.
图片默认标题
Kota Kuno Xi’an Gelar Wisata Warisan Budaya Tak Benda
Dalam situasi New Normal pencegahan wabah dewasa ini, kota kuno Xi’an
menggelar wisata warisan budaya tak benda selama liburan Festival Peh
Cun, dengan tujuan memperkenalkan ciri khas tradisional, mewarisi
kebudayaan, serta memperluas peluang perkembangan industri bisnis dan
industri ritel. Di berbagai tempat terkenal dapat terlihat para pemuda
yang mengenakan baju Dinasti Tang dan dihiasi dengan perhiasan pada masa
kuno.
图片默认标题
Memainkan wayang kulit yang bersejarah 2000 tahun, menyanyikan Opera
Huayin, menikmati ukiran dewi langit serta jalur sutra yang bersejarah
lama. Berbagai kegiatan yang penuh unsur warisan budaya tak benda itu
sangat digemari warga setempat. Sekeluarga bersama-sama membungkus
bacang, mendayung perahu naga, memotong kue kacang, semua itu kenangan
manis dalam kehidupan mereka di masa kecil. Menurut keterangan pedagang
setempat, jumlah wisatawan semakin bertambah sejak Hari Buruh
Internasional pada 1 Mei lalu, kini prestasi bisnisnya sudah pulih
hampir 80-90 persen daripada masa sebelumnya.
图片默认标题
Pasukan Pemelihara Perdamaian Tiongkok untuk Mali Rayakan Festival Peh Cun
Terpengaruh oleh pandemi COVID-19, PBB menuntut berbagai area pemelihara
perdamaian untuk menunda peralihan sampai akhir Juni. Pasukan pemelihara
perdamaian Tiongkok gelombang-7 untuk Mali tahun ini merayakan Festival
Peh Cun di gurun pasir Sahara.
图片默认标题
Sejak tiba di area tentara, para prajurit menggunakan setiap hari raya
tradisional sebagai peluang untuk memperdalam persahabatan dan
pengertian dengan tentara negara sahabat lainnya. Menjelang Festival Peh
Cun, mereka menengok para personel warga asing yang masih dirawat di
rumah sakit Tiongkok, mengajak mereka makan bersama masakan tradisional
Tiongkok.
Wangi bacang tercium di kamar pasien, para dokter dan suster Tiongkok
mengantarkan bacang yang baru saja direbus kepada para personel Mesir
yang sedang dirawat di rumah sakit, sambil menjelaskan asal usul hari
raya tradisional Tiongkok, dan mendoakan agar mereka lekas sembuh.
图片默认标题