-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>




https://news.detik.com/kolom/d-5254618/kerja-berat-dongkrak-konsumsi-di-tengah-pandemi-dan-resesi?tag_from=wp_cb_kolom_list



Kerja Berat Dongkrak Konsumsi di Tengah Pandemi dan Resesi

Bambang Soesatyo - detikNews

Sabtu, 14 Nov 2020 10:50 WIB

0 komentar
SHARE
URL telah disalin
Ketua MPR Bambang Soesatyo
Foto: Dok. MPR
Jakarta -

Prasyarat belanja dan investasi itu sentimen positif. Ketika pandemi dan resesi 
ekonomi terjadi dalam periode waktu yang sama seperti sekarang, keduanya 
menjadi sentimen negatif yang mendorong setiap orang atau konsumen dan investor 
semakin berhati-hati dan menahan diri, termasuk belanja atau konsumsi.

Dengan begitu, mudah untuk dipahami bahwa mendorong masyarakat belanja atau 
investasi di tengah pandemi COVID-19 dan resesi ekonomi saat ini adalah 
pekerjaan cukup berat. Pandemi menyebabkan banyak orang takut keluar rumah. 
Konsekuensinya, alat transportasi seperti mobil dan motor lebih sering diam dan 
tidak perlu isi atau beli bensin minimal selama beberapa hari. Dampak isolasi 
mandiri oleh jutaan keluarga itu bahkan juga dirasakan pelaku jasa transportasi 
umum hingga pengemudi bajaj akibat langkanya calon penumpang.

Di Jakarta, pusat belanja atau mall serta restoran sudah dibuka selama PSBB 
(pembatasan sosial skala besar) transisi dan siap melayani konsumen. Nyatanya, 
baik mall maupun restoran tetap sepi pengunjung. Sektor pariwisata menghadirkan 
pemandangan lebih memprihatinkan. Banyak destinasi di dalam negeri jumlah 
wisatawan asing maupun lokal yang berkunjung anjlok sampai rata-rata di atas 80 
persen.

Maskapai penerbangan jelas terdampak. Dengan langkanya wisatawan, tingkat 
hunian hotel tidak sampai 5 persen. Banyak hotel untuk sementara tutup. Ragam 
jasa pendukung bisnis hotel, seperti kafe hingga laundry dan pemasok kebutuhan 
lainnya pasti terkena dampaknya. Semua ini terjadi karena fakta sebagian besar 
masyarakat masih waspada pandemi dan was-was akibat resesi ekonomi saat ini.

Gambaran tentang anjloknya minat masyarakat untuk belanja dan investasi 
terlihat pada gelembung akumulasi dana pihak ketiga (DPK) di perbankan. Per 
Agustus 2020, simpanan dana kelompok penabung di atas Rp 5 miliar 
memperlihatkan lonjakan sangat signifikan, menjadi Rp 373 triliun dibanding 
Agustus 2019 yang masih berjumlah Rp 115 triliun.

Kelompok penabung ini diidentifikasi sebagai masyarakat menengah atas dan 
institusi. Karena alasan masih pandemi dan mulai resesi, gelembung volume DPK 
di perbankan dipastikan berlanjut dengan pertumbuhan diperkirakan di atas 8 
persen, sementara pertumbuhan kredit diperkirakan tak lebih dari 1,5 persen.

Jadi, memang cukup berat pekerjaan bersama dalam merangsang minat masyarakat 
untuk berbelanja. Semua orang butuh kepastian dan suasana kondusif untuk 
belanja maupun investasi. Pandemi dan resesi sudah menghadirkan tekanan 
psikologis bagi banyak orang. Jangan lagi tekanan psikologis itu dieskalasi 
dengan aksi kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang berpotensi mengganggu 
ketertiban umum.

Kalau konsumsi masyarakat melemah dalam periode waktu yang panjang, kegiatan 
produksi juga akan menurun dalam skala yang signifikan. Skala produksi beragam 
produk di banyak pabrik akan diturunkan ke level terendah. Kalau sudah begitu, 
pengurangan peran pekerja akan dilakukan banyak manajemen pabrik. Minimal, opsi 
merumahkan karyawan menjadi pilihan.

Agar minat belanja dan investasi tidak semakin lemah, harus dimunculkan faktor 
pendorong yang mampu merangsang minat setiap orang membelanjakan uangnya, 
termasuk berinvestasi. Untuk tujuan ini, pemerintah diharapkan menggunakan 
semua instrumen yang dimilikinya. Salah satu kepastian yang telah ditetapkan 
pemerintah adalah memperpanjang Bantuan sosial tunai (BST) hingga Juni 2021.

Demi meningkatkan produktivitas semua mesin perekonomian, tidak ada salahnya 
jika volume BST diperbesar. BST gelombang pertama sebesar Rp 600.000 per KPM 
(keluarga penerima manfaat) telah dibagikan dalam tiga tahap sepanjang April - 
Juni 2020, sedangkan BST gelombang kedua sebesar Rp 300.000 per KPM dibagikan 
dalam enam tahap sepanjang periode Juli - Desember 2020.

Program PEN

Untuk tahun ini, Komite Penanganan COVID-19 dan Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan 
Ekonomi (PEN) mengelola anggaran Rp 695,2 triliun. Untuk mengakselerasi 
pemulihan, Satgas ini pun diminta bekerja ekstra cepat. Hingga November ini, 
realisasi atau penyerapannya sudah mencapai Rp 366,86 triliun atau 52,8%, 
terhitung sejak Satgas PEN dibentuk pada awal Juli 2020. Penyaluran semua 
anggaran itu diharapkan efektif sesuai tujuannya. Oleh karena itu, semua elemen 
masyarakat diharapkan peduli dan mengawal kerja Satgas PEN.

Bagaimana pun, kerja cepat Satgas PEN menyalurkan anggaran stimulus patut 
diapresiasi. Semua pihak berharap dan mendorong Satgas PEN menyalurkan anggaran 
tepat sasaran dan tepat guna, sehingga pemulihan ekonomi bisa cepat terwujud. 
Selain itu, Satgas PEN pun diharapkan aktif memublikasikan progres kerjanya. 
Publikasi progres itu sangat penting untuk membangkitkan keyakinan semua elemen 
masyarakat tentang prospek perekonomian nasional. Masyarakat harus diyakinkan 
bahwa Indonesia mampu keluar dengan selamat dari perangkap pandemi dan resesi 
sekarang ini.

Penyaluran anggaran PEN dari klaster kesehatan dengan pagu Rp 87,55 triliun dan 
klaster perlindungan sosial dengan pagu Rp 203,9 triliun sejauh ini cukup 
efektif, sehingga ekses atau dampak pandemi COVID-19 tidak melebar ke aspek 
kehidupan lainnya. Kebutuhan pokok masyarakat cukup tersedia dan juga tidak 
terjadi gejolak harga. Khusus untuk penyaluran atau penyerapan pada klaster 
insentif usaha, klaster dukungan UMKM dan klaster pembiayaan korporasi, Satgas 
PEN diharapkan lebih bijak dan berhati-hati. Kalau diakumulasi, realisasi 
anggaran dari klaster insentif usaha dan klaster dukungan UMKM sudah lebih dari 
Rp 120 triliun.

Target penyaluran pada tiga klaster ini hendaknya dikaitkan atau 
mempertimbangkan fakta tentang masih lemahnya konsumsi. Realisasi anggaran dari 
tiga klaster ini tak lain adalah stimulus untuk menjaga ketahanan sekaligus 
mencegah kebangkrutan perusahaan dan unit-unit UMKM yang terdampak pandemi 
COVID-19. Melalui stimulus ini, baik korporasi maupun bisnis berskala UMKM 
diharapkan mulai berproduksi. Namun, realisasi anggaran PEN pada tiga klaster 
ini jangan sampai sia-sia karena konsumsi masyarakat yang masih sangat lemah 
seperti sekarang ini.

Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI
(akn/ega)






Kirim email ke