saya kira alquran yang selalu kita jinjing dan junjung kemana-mana
sah-sah saja untuk dipalsukan, karena itu hanya buatan manusia
dari menghimpun sampai membukukannya.

telah jelas dalam al-quran bahwa "Sesungguhnya, al-quran adalah ayat-ayat yang 
jelas 
yang diletakkan di dalam dada orang-orang yang berilmu"

dan al-quran inilah yang tidak bisa dirubah oleh siapapun, kapanpun dan 
dimanapun

Hangat selalu,

LK




________________________________
Dari: imusafir <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Selasa, 28 Oktober, 2008 11:19:27
Topik: [GM2020] The True Furqan: Sebuah Kedustaan dan Pengakuan Kegagalan


The True Furqan: Sebuah Kedustaan dan Pengakuan Kegagalan  
 
 
 
M. Syamsi Ali

 
Umat Islam dikejutkan kembali beredarnya "Al-Quran palsu" buatan Amerika. Tapi 
buku ini sesungguhnya membuka "borok lama"

"Sungguh besar kalimat (dusta) yang mengalir dari mulut-mulut mereka, namun tak 
lain apa yang diucapkan kecuali kebohongan" (S. Al Kahf: 5)

Akhir-akhir ini ummat Islam di berbagai belahan dunia kembali diresahkan oleh 
penulisan sebuah buku yang kemudian diklaim sebagai "tandingan" Al-Quran. Judul 
buku tersebut juga diambil dari salah satu sifat Al-Quran, yaitu "Al Furqaan" 
(pembeda antara kebenaran dan kebatilan). 
Saya sendiri menerima buku ini sekitar Juli 2001 lalu dan pada awalnya saya 
menganggapnya sesuatu yang tidak berharga. Sebagai seorang Muslim yang hidup di 
tengah-tengah non Muslim, propaganda murahan seperti ini merupakan hal biasa. 
Membaca, menyaksikan dan bahkan mengalami kebohongan seperti ini sudah 
merupakan santapan sehari-hari. Sikap saya ini juga merupakan sikap sebagian 
besar pemimpin komunitas Muslim di AS, yang menganggapnya sebagai pembuktian 
ayat Allah: "Meraka hendak memadamkan (cahaya agama) Allah dengan mulut-mulut 
mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir 
membenci" (Ash Shaff: 8).

Dalam pengantarnya di buku tersebut, kedua penulis yang tidak pernah 
menyebutkan nama lengkapnya, Al Saffee dan Al Mahdy, tidak menyebutkan buku ini 
sabagai tandingan Al-Quran dan hanya menyatakan seruannya: "Kepada 
bangsa-bangsa Arab khususnya dan ummat Islam umumnya di seluruh dunia: Salam 
sejahtera dan rahmat Allah Yang Berkuasa atas segala sesuatu". Namun dalam 
pengantarnya di www.amazon.com, penulis dengan terus terang mengatakan bahwa 
buku ini adalah "the most plausible challenge to the Arabic Quran in history" 
(Tantangan yang paling nyata terhadap Al-Quran berbahasa Arab dalam sejarah)"

Bagi penulis, buku ini ditujukan kepada ummat Islam dan ummat Kristiani 
sekaligus, untuk tujuan berbeda. Untuk ummat kristiani ditujukan agar mereka 
mendapatkan bukti-bukti substansial akan kebenaran kitab injil, sekaligus 
mendapatkan tanda tanya besar akan kesahihan Al-Quran. Sementara untuk umat 
Islam ditujukan agar mereka mendapatkan pelajaran dan pengalaman bercahaya. 
Dalam "press release" yang dikeluarkan oleh Baptist Press tanggal 27 Mei 1999, 
ketika awal penerbitan buku yang dipersiapkan selama tujuh tahun ini, Al Mahdy 
mengatakan dengan penuh optimisme: "Hendaknya ummat Kristiani di seluruh 
penjuru dunia mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran ummat Islam yang 
akan murtad ke tengah-tengah mereka".

Setelah membaca sekali lagi buku tersebut, ternyata sangkaan saya selama ini 
semakin kuat bahwa buku ini sesungguhnya tidak lebih dari sebuah "sampah" yang 
tidak berharga. Ditinjau dari segi bahasa apalagi dari segi substansi, buku ini 
hanya menggambarkan iri hati dan kebencian yang sangat terhadap kebenaran, yang 
oleh Al-Quran digambarkan sebagai "hasadan min 'indi anfusihim" (dengki dari 
dalam diri mereka sendiri).

Buku ini sesungguhnya membuka "borok lama" bahwa memang ada di antara manusia 
yang senang mencipta buku, yang kemudian diakui sebagai wahyu Tuhan. Dengan 
terbitnya buku al furqaan al haq ini, terbukti pula satu ayat Al-Quran yang 
menyatakan "mereka menulis kitab dengan tangan-tangan mereka, kemudian 
mengatakan bahwa ini (kitab)dari sisi Allah. (Yang dengannya), mereka membelih 
ayat-ayat Allah dengan harga yang murah". 
Kitab ini, diakui penulis, bukan Al-Quran dan bukan pula Injil. Melainkan 
ciptaan baru yang diakui sebagai petunjuk (wahyu) untuk menerangi jalan 
manusia. Dengan demikian, ini merupakan pembuktian karakter dasar mereka yang 
senang mencipta-cipta buku dan diakui sebagai wahyu dari Allah. Tidakkah ini 
cukup menjadi bukti bahwa kitab suci yang mereka yakini saat ini adalah juga 
ciptaan manusia seperti ini?

Penulis secara jujur mengakui ketinggian bahasa Al-Quran. Namun sangat keliru 
ketika mengatakan bahwa bahasa buku ini menyerupai bahasa Al-Quran. Kutipan 
ayat-ayat Al-Quran secara sepotong-sepotong dalam buku ini, dapat dirasakan 
dengan "dzawq lughawi" (rasa bahasa), betapa berbeda dengan kata-kata sisipan 
dari penulis. Secara gramatik misalnya, penulis sesungguhnya tidak menyadari 
bahwa penyerupaan "BismillahirRahmaniR ahim" dengan "Bismilaab-alkalimah -ar 
ruuh-al ilaah al waahid al awhad" merupakan pengingkaran terhadap keyakinan 
dasar mereka sendiri. Karena kata benda dalam kalimat ini hanya "Aab" saja. 
Sementara semua kata selanjutnya adalah kata sifat dari Aab. Tanpa disadari 
penulis telah mengingkari konsep trinitas yang meyakini Bapak sebagai Dzat 
(benda), anak sebagai dzaat (benda) dan Roh kudus sebagai dzaat (benda). 
Sementara dalam kalimat ini, hanya Aab (bapak) saja sebagai benda, selebihnya 
hanya sifat dari Aab (tuhan bapak).

Sangat disayangkan, di tengah gencarnya upaya-upaya mengharmoniskan hubungan 
antar pemeluk agama, saat ini masih ada orang yang tidak jujur pada dirinya 
sendiri. Justifikasi kebenaran dengan kedustaan merupakan sebuah kanaifan akan 
kebenaran itu sendiri. Justifikasi kebenaran kitab suci dengan kedustaan 
hanyalah indikasi akan kenaifan kitab suci itu sendiri dalam kebenarannya. Saya 
menilai, buku ini sesungguhnya adalah sebuah pengkhianatan terhadap injil. 
Karena kenaifan injil inilah maka diperlukan kitab lain untuk menunjuki jalan 
manusia.

Akhirnya, saya menghimbau kiranya semua ummat beragama perlu menanamkan 
kejujuran pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Anda dapat mengajak kepada 
keimanan, sementara anda menebarkan kedustaan? Saya sepertinya bisa memahami 
sikap Salman Rusydi karena dia memang tidak meyakini sebuah agama. Tapi saya 
justeru terheran dengan sikap pemimpin agama yang berjiwa kerdil.

Bagi ummat Islam, anggap saja kasus ini sebagai krikil kecil dalam perjuangan, 
yang justeru mempertebal keimanan. Percayalah, kebenaran Kalam Allah tak akan 
ternodai secuil pun dengan kedustaan para pendusta: "Sungguh Kami menunrunkan 
"Dzikra (Al-Quran) ini, dan sungguh Kami pula yang menjaganya" dan "Katakanlah: 
Sesungguhnya walau manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang tulisan yang 
menyerupai Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan bisa membuat yang serupa 
dengannya, walaupun di antara mereka saling membantu (dalam kebatilan)" 
demikian jaminan Allah. [www.hidayatullah. com]

Penulis adalah Imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Tulisan ini 
pernah ditulis pada kasus yang sama pada tahun 2001. Diedit dan diterbitkan 
ulang oleh  www.hidayatullah. com 

    


      
___________________________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/

Kirim email ke