http://www.dakwatuna.com

Mendidik Anak Cara Nabi Ibrahim

Oleh: Kodar Slamet, SPd


dakwatuna.com – Kawinilah wanita yang kamu cintai lagi subur (banyak
melahirkan) karena aku akan bangga dengan banyaknya kamu terhadap umat
lainnya. [HR. Al-Hakim]

Begitulah anjuran Rasulullah saw kepada umatnya untuk memiliki anak keturunan.

Sehingga lahirnya anak bukan saja penantian kedua orang tuanya, tetapi
suatu hal yang dinanti oleh Rasulullah saw. Dan tentu saja anak yang
dinanti adalah anak yang akan menjadi umatnya Muhammad saw. Berarti,
ada satu amanah yang dipikul oleh kedua orang tua, yaitu bagaimana
menjadikan atau mentarbiyah anak—yang titipan Allah itu—menjadi bagian
dari umat Muhammad saw.

Untuk menjadi bagian dari umat Muhammad saw. harus memiliki
karakteristik yang disebutkan oleh Allah swt.:

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu
menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan
hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [QS. Al-Fath,
48: 29]

Jadi karakteristik umat Muhammad saw adalah: [1] keras terhadap orang
Kafir, keras dalam prinsip, [2] berkasih sayang terhadap sesama umat
Muhammad, [3] mendirikan shalat, [4] terdapat dampak positif dari
aktivitas shalatnya, sehingga orang-orang yang lurus, yang hanif
menyukainya dan tentu saja orang-orang yang turut serta
mentarbiyahnya.

Untuk mentarbiyah anak yang akan menjadi bagian dari Umat Muhammad
saw. bisa kita mengambil dari caranya Nabi Ibrahim, yang Allah
ceritakan dari isi doanya Nabi Ibrahim dalam surat Ibrahim berikut
ini:

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang demikian
itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari
buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami
sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang
tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di
langit.

Segala puji bagi Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha
mendengar (memperkenankan) doa.

Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.

Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
[Ibrahim: 37-41]

Dari doanya itu kita bisa melihat bagaimana cara Nabi Ibrahim mendidik
anak, keluarga dan keturunannya yang hasilnya sudah bisa kita ketahui,
kedua anaknya—Ismail dan Ishaq—menjadi manusia pilihan Allah:

Cara pertama mentarbiyah anak adalah mencari, membentuk biah yang
shalihah. Representasi biah, lingkungan yang shalihah bagi Nabi
Ibrahim Baitullah [rumah Allah], dan kalau kita adalah masjid [rumah
Allah]. Maka, kita bertempat tinggal dekat dengan masjid atau
anak-anak kita lebih sering ke masjid, mereka mencintai masjid.
Bukankah salah satu golongan yang mendapat naungan Allah di saat tidak
ada lagi naungan adalah pemuda yang hatinya cenderung kepada masjid.

Kendala yang mungkin kita akan temukan adalah teladan—padahal belajar
yang paling mudah itu adalah meniru—dari ayah yang berangkat kerjanya
ba’da subuh yang mungkin tidak sempat ke masjid dan pulangnya sampai
rumah ba’da Isya, praktis anak tidak melihat contoh shalat di masjid
dari orang tuanya. Selain itu, kendala yang sering kita hadapi adalah
mencari masjid yang ramah anak, para pengurus masjid dan jamaahnya
terlihat kurang suka melihat anak dan khawatir terganggu
kekhusu’annya, dan ini dipengaruhi oleh pengalamannya selama ini bahwa
anak-anak sulit untuk tertib di masjid.

Cara kedua adalah mentarbiyah anak agar mendirikan shalat. Mendirikan
shalat ini merupakan karakter umat Muhammad saw sebagaimana yang
uraian di atas. Nabi Ibrahim bahkan lebih khusus di ayat yang ke-40
dari surat Ibrahim berdoa agar anak keturunannya tetap mendirikan
shalat. Shalat merupakan salah satu pembeda antara umat Muhammad saw
dengan selainnya. Shalat merupakan sesuatu yang sangat penting,
mengingat Rasulullah saw memberikan arahan tentang keharusan
pembelajaran shalat kepada anak: suruhlah anak shalat pada usia 7
tahun, dan pukullah bila tidak shalat pada usia 10 tahun. Rasulullah
saw membolehkan memukul anak di usia 10 tahun kalau dia tidak
melakukan shalat dari pertama kali disuruh di usia 7 tahun. Ini
artinya ada masa 3 tahun, orang tua untuk mendidik anak-anaknya untuk
shalat. Dan waktu yang cukup untuk melakukan pendidikan shalat.

Proses tarbiyah anak dalam melakukan shalat, sering mengalami gangguan
dari berbagai kalangan dan lingkungan. Dari pendisiplinan formal di
sekolah dan di rumah, kadang membuat kegiatan [baca: pendidikan]
shalat menjadi kurang mulus dan bahkan fatal, terutama cara membangun
citra shalat dalam pandangan anak. Baru-baru ini, ada seorang suami
yang diadukan oleh istrinya tidak pernah shalat kepada ustadzahnya,
ketika ditanya penyebabnya, ternyata dia trauma dengan perintah
shalat. Setiap mendengar perintah shalat maka terbayang mesti tidur di
luar rumah, karena ketika kecil bila tidak shalat harus keluar rumah.
Sehingga kesan yang terbentuk di kepala anak kegiatan shalat itu tidak
enak, tidak menyenangkan, dan bahkan menyebalkan. Kalau hal ini
terbentuk bertahun-tahun tanpa ada koreksi, maka sudah bisa
dibayangkan hasilnya, terbentuknya seorang anak [muslim] yang tidak
shalat.

Cara keempat adalah mentarbiyah anak agar disenangi banyak orang.
Orang senang bergaul dengan anak kita, seperti yang diperintahkan oleh
Rasulullah saw: “Berinteraksilah dengan manusia dengan akhlaq yang
baik.” [HR. Bukhari]. Anak kita diberikan cerita tentang Rasulullah
saw, supaya muncul kebanggaan dan kekaguman kepada nabinya, yang pada
gilirannya menjadi Rasulullah menjadi teladannya. Kalau anak kita
dapat meneladani Rasulullah saw berarti mereka sudah memiliki akhlaq
yang baik karena—sebagaimana kita ketahui—Rasulullah memiliki akhlaq
yang baik seperti pujian Allah di dalam al-Quran: “Sesungguhnya engkau
[Muhammad] berakhlaq yang agung.” [Al-Qalam, 68: 4]

Cara ketiga adalah mentarbiyah anak agar dapat menjemput rezki yang
Allah telah siapkan bagi setiap orang. Anak ditarbiyah untuk memiliki
life skill [keterampilan hidup] dan skill to life [keterampilan untuk
hidup]. Rezki yang telah Allah siapkan Setelah itu anak diajarkan
untuk bersyukur.

Cara keempat adalah mentarbiyah anak dengan mempertebal terus
keimanan, sampai harus merasakan kebersamaan dan pengawasan Allah
kepada mereka.

Cara kelima adalah mentarbiyah anak agar tetap memperhatikan
orang-orang yang berjasa—sekalipun sekadar doa—dan peduli terhadap
orang-orang yang beriman yang ada di sekitarnya baik yang ada sekarang
maupun yang telah mendahuluinya.

http://www.dakwatuna.com/2007/mendidik-anak-cara-nabi-ibrahim/


------------------------------------

Free download [Internet Explorer/Firefox]:
Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] 
http://hidayahnet.ourtoolbar.com

--------------------------------------------------------------------------
**Boycott Israel**Support Palestine** 

All views expressed herein belong to the individuals concerned and do not in 
any way reflect the official views of Hidayahnet unless sanctioned or approved 
otherwise. 

If your mailbox clogged with mails from Hidayahnet, you may wish to get a daily 
digest of emails by logging-on to http://www.yahoogroups.com to change your 
mail delivery settings or email the moderators at 
hidayahnet-ow...@yahoogroups.com with the title "change to daily digest". 

--------------------------------------------------------------------------

Affiliates:
Islamic_Board - Malaysia - Islamic Events and Notices 
http://groups.yahoo.com/group/islamic_board/

iPerintis - eGroup untuk Saintis dan Jurutera Muslim  
http://groups.yahoo.com/group/iperintis/

Hidayahnet Toolbar [no virus, adware, malware etc] 
http://hidayahnet.ourtoolbar.com

Recommended sites:
Angkatan Belia Islam Malaysia  : http://www.abim.org.my
Jamaah Islah Malaysia          : http://www.jim.org.my
Palestinkini Info              : http://www.palestinkini.info
Partai Keadilan Sejahtera      : http://pk-sejahtera.org
Fiqh Siber                     : http://al-ahkam.net/
The Muslim Brotherhood         : http://ikhwanweb.com
Hidayahnet website             : http://hidayahnet.multiply.com/  Yahoo! Groups 
Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/hidayahnet/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/hidayahnet/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    hidayahnet-dig...@yahoogroups.com 
    hidayahnet-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    hidayahnet-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke