Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Fletcher Brockman
No.21, Vol.16, Mei 2013

Shalom,

Para pelayan misi adalah hamba Tuhan yang tak hanya berkutat dengan teologi, 
tetapi juga menjadi hamba bagi umat manusia, yang melayani kebutuhan-kebutuhan 
yang dilihatnya pada sesamanya. Pada edisi e-JEMMi kali ini, kami akan mengajak 
Anda untuk mengenal Fletcher Brockman, seorang pelayan misi yang juga 
mendedikasikan dirinya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di 
sekitarnya. Pada edisi ini, kami juga mengajak Anda untuk berdoa bagi 
Bangladesh yang baru saja dihantam Badai Mahasen beberapa waktu yang lalu. 
Kiranya apa yang kami sajikan pada edisi ini menjadi berkat dan terus memacu 
Pembaca sekalian untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan Allah dan mendukung 
pelayanan-Nya di muka bumi ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati kita 
sekalian.

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >


TOKOH MISI: FLETCHER BROCKMAN

Kerinduan untuk melihat para pemuda unggul melibatkan diri dalam Gerakan 
Relawan Mahasiswa serta mendedikasikan hidup mereka bagi pelayanan misi luar 
negeri menggelora ketika metode dan ideologi beberapa orang dari antara mereka 
menjadi terkenal. Misionaris injili konservatif berkali-kali dikejutkan oleh 
konsep-konsep baru yang dibawa oleh kaum intelektual muda ke ladang misi, 
tetapi tak sedikit juga yang percaya bahwa nilai-nilai kekristenan konservatif 
sedang dirusak dan tidak dapat dipulihkan kembali. Konflik filsafat ini terjadi 
khususnya di China, dan salah satu misionaris muda yang mengungkapkan pandangan 
progresifnya secara vokal adalah Fletcher Brockman.

Brockman dibesarkan di perkebunan kapas di Georgia, dan dididik di Vanderbilt 
University, lulus pada tahun 1891. Setelah lulus, ia menjabat sebagai 
sekretaris nasional untuk YMCA, bekerja sama dengan mahasiswa di Selatan dan 
memperkembangkan misi untuk luar negeri. Sebagai kaum Methodis, Brockman 
pertama kali menawarkan jasanya kepada dewan misi denominasinya sendiri, tetapi 
uskupnya menyarankan bahwa sponsor interdenominasi dari YMCA mungkin lebih 
tepat untuk pelayanan berbasis luas yang ia harap dimiliki siswa di China. YMCA 
bersemangat menerima pelayanannya, menanggapi undangan dari banyak misionaris 
China yang telah meminta organisasi itu untuk memasuki bidang tersebut.

Pada tahun 1898, bersama dengan istri dan anaknya yang masih kecil, Brockman 
berlayar ke China. Ia tiba pada masa yang kritis sesaat sebelum Pemberontakan 
Boxer. Meskipun ia selamat dari teror pada periode kekerasan itu, mahasiswa 
relawan lainnya tidak mengalami hal yang sama. Horace Pitkin, pemimpin kelompok 
relawan Yale, baru tinggal di China selama empat tahun ketika ia dieksekusi 
secara brutal di Paoting oleh gerombolan Boxer pada musim panas 1900. Namun, 
kematiannya tidak sia-sia. Empat belas tahun kemudian, Sherwood Eddy, seorang 
relawan Yale, mengunjungi kota yang sama di China atas undangan Brockman dan 
dia mengingatkan para pendengarnya (termasuk sekitar tiga ribu siswa) tentang 
pengurbanan Pitkin: "Ketika saya menceritakan kisah salib dan kematian Pitkin, 
penerjemah saya menangis dengan emosi yang mendalam dan berdiri diam, ia tak 
sanggup berbicara. Menangis di depan umum dianggap sebagai aib yang memalukan 
bagi orang China. Orang-orang yang hadir menundukkan kepala mereka dalam 
simpati dan rasa malu, banyak juga yang menangis. Setelah jeda, dengan sopan 
kami mengundang mereka untuk menerima Kristus. Sebagian orang memutuskan 
percaya kepada Kristus dan ada lebih banyak lagi yang sungguh-sungguh tergugah 
untuk bertanya tentang Kristus secara mendalam. Lebih dari sepuluh ribu buku 
Kristen terjual dalam satu hari di kota tempat Pitkin meninggal sebagai martir."

Pada masa Pemberontakan Boxer, Brockman tetap melakukan pelayanan misinya, 
tetapi ia segera menemukan bahwa konsepnya mengenai misi berubah dengan cepat. 
"Di Amerika," menurut Sherwood Eddy, "Brockman telah bersiap-siap untuk pergi 
ke luar dan mengusahakan pelayanan kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan 
di Timur. Namun, setelah ia mencapai China, dengan rendah hati ia duduk di kaki 
Confusius. Melalui studi bahasanya, ia menemukan bahwa "semua yang di dalam 
empat laut adalah saudara." Dalam bukunya, "I Discover the Orient", ia menulis 
tentang usahanya mencari makna filsafat dan agama asli China: "Dalam sepuluh 
tahun berikutnya, saya menghabiskan sebagian waktu saya untuk menemukan dan 
membedakan apa yang benar dari yang salah, tanpa merusak pemahaman saya tentang 
misi."

Brockman, seperti beberapa relawan mahasiswa lainnya di China, disambut baik 
oleh "sastrawan China" karena ia begitu toleran dan simpatik terhadap 
Konfusianisme, Buddhisme, dan agama-agama Timur lainnya -- sebuah sikap yang 
berani di luar strategi misionaris Injili tradisional. Meskipun ia selalu 
menjadi seorang misionaris Kristen dan penginjil, ia mengejutkan banyak sesama 
misionaris dan pendukungnya, yang kembali ke tempat asal dengan pandangan 
terbuka terhadap agama-agama dunia lainnya dan para pemimpin mereka. "Saya 
kaya," tulisnya dalam "I Discover the Orient", "Saya mewarisi harta yang besar. 
Kekayaan saya telah dikumpulkan selama ribuan tahun oleh Konfusius, Mencius, Mo 
Ti, Buddha, Abraham, Musa, Yesaya, Paulus, Yesus -- Saya turut ambil bagian 
dalam harta pusaka mereka. Saya adalah seorang pewaris zaman. Saya tidak diutus 
untuk menggali ke akar, tetapi untuk menuai hasil panen."

Ketika Brockman mempelajari tulisan-tulisan China dan belajar dari para sarjana 
China, ia memenangkan hati mereka. Namun, belajar saja tidaklah cukup. Dia 
percaya bahwa dia harus membalas kebaikan mereka dengan mengajari mereka 
tentang cara hidupnya, termasuk membagikan iman Kristennya. Tak berhenti sampai 
di situ, selain membangun reputasi di hadapan mereka, ia juga mengajari mereka 
tentang ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sampai-sampai para siswanya 
ingin mempelajarinya lebih banyak lagi. Menyadari kekurangannya dalam bidang 
ini, Brockman menulis kepada John R. Mott dan, dalam kata-kata Eddy, "memohon 
kepadanya untuk mencarikan orang terbaik di Amerika dengan kemampuan ilmiah 
untuk memenuhi kebutuhan di China." C.H. Robertson, profesor teknik mesin di 
Universitas Purdue, yang pernah terlibat dalam Asosiasi Kristen selama dia 
menjadi mahasiswa, diutus, dan "dalam beberapa tahun mimpi Brockman terwujud 
dengan cara yang luar biasa. Brockman, seorang jenius muda berpendidikan 
populer dari Amerika berbicara kepada 'audiens' terbesar dalam seluruh sejarah 
China. Pendengarnya terdiri dari para pejabat, bangsawan, sarjana purbakala, 
dan mahasiswa modern yang pernah mendengarkan banyak pembicara hebat, baik 
orang China ataupun orang asing."

Salah satu tugas utama Brockman di China adalah untuk membangun YMCA di setiap 
kota di negeri itu. Pekerjaan tersebut memerlukan dukungan keuangan, dan 
Brockman sangat bergantung pada orang-orang China -- terutama golongan 
Konfusius yang lebih toleran untuk bantuan ini. Meskipun kendali YMCA berada di 
tangan orang-orang Kristen, beberapa organisasi kemudian jatuh ke dalam kendali 
pihak lain dari populasi mayoritas dan hari ini, YMBA (Young Men Buddha 
Association) telah menjadi bagian dari masyarakat Timur.

Begitu dihormatinya Brockman di China sehingga setelah kurang dari 15 tahun di 
sana, ia ditawari untuk menjabat sebagai presiden di Universitas Peking. 
Berdasarkan saran John R. Mott, ia menolak tawaran tersebut. Mott percaya bahwa 
pelayanan organisasi Brockman dengan mahasiswa China adalah sebuah panggilan 
yang lebih besar sehingga tidak layak ditinggalkan demi mengejar hal-hal yang 
sekuler. Namun, tiga tahun kemudian, Mott sendiri meminta Brockman meninggalkan 
China untuk membantu menopang YMCA di Amerika. Brockman meninggalkan China 
dengan penyesalan yang mendalam. "Mott," menurut Latourette, "hampir memaksa 
Brockman untuk melakukannya," dan tahun-tahun berikutnya adalah masa yang tidak 
membahagiakan. Masa-masa Brockman di bawah kewenangan langsung Mott adalah masa 
yang paling membutuhkan "penyangkalan diri," "sulit," dan "melelahkan." Sebelum 
ia pensiun pada tahun 1927, Brockman sempat melakukan perjalanan kembali ke 
Timur Jauh dan bekerja lagi di antara orang-orang yang sangat ia kasihi dan 
hormati. (t\Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Judul buku: From Jerusalem to Irian Jaya
Judul bab: Student Volunteers: Forsaking Wealth and Prestige
Penulis: Ruth A. Tucker
Penerbit: Academic Books, Grand Rapids 1983
Halaman: 280 -- 282


DOA BAGI DUNIA: BADAI MAHASEN MEMAKSA PENDUDUK BANGLADESH MENGUNGSI

Bangladesh, 28 Mei 2013 (MNN/GFA) -- Pejabat pemerintah Bangladesh, Myanmar, 
dan Sri Lanka boleh bernafas lega karena melihat catatan kematian yang rendah 
(48 korban tewas) ketika badai tropis Mahasen menghantam wilayah-wilayah mereka.

Ketika gelombang Badai Mahasen bergerak menuju Asia Tenggara pada minggu lalu, 
pihak PBB memberi peringatan bahwa terdapat 8,2 juta orang yang tengah berada 
dalam bahaya.

Namun, Badai Mahasen berbelok dari alurnya dan justru menghantam pesisir pantai 
Bangladesh pada Kamis sore, tanggal 16 Mei. Meskipun kerusakan yang ditimbulkan 
badai ini tidak seperti yang diperkirakan sebelumnya, tetapi akibat yang 
disebabkannya tetap menimbulkan masalah bagi 1,2 juta orang di negara itu.

Penduduk yang mengungsi sebelum badai itu terjadi tetap kehilangan rumah, hasil 
bumi, maupun hewan-hewan ternak mereka. Selain itu, 3 gereja yang didukung oleh 
GFA (Gospel for Asia) di sebuah distrik di Bangladesh juga mengalami kerusakan 
yang sangat parah.

Tim penanganan bencana dari Gospel for Asia Compassion Services telah 
memberikan paket-paket bantuan kepada keluarga-keluarga yang berisi beras, 
garam, minyak, kentang, dan korek api.

"Kami ingin menyediakan semua ini untuk 540 keluarga secepatnya," ujar salah 
seorang anggota tim tersebut. Rencana serupa juga telah dilaksanakan di 
distrik-distrik lainnya, dengan pertolongan para pemimpin gereja yang menaksir 
kerusakan yang terjadi dan mengumpulkan semua hal yang diperlukan oleh korban 
bencana ini.

Di tengah kekacauan ini, GFA mendapat kesempatan tidak hanya untuk memberikan 
bantuan, tetapi juga membagikan kasih Kristus kepada orang-orang yang mereka 
bantu. Populasi Bangladesh saat ini terdiri dari 90% beragama Islam, 9% Hindu, 
dan penganut agama Kristen dalam jumlah yang sangat kecil. (t/Yudo)

Pokok Doa:

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi keluarga-keluarga di Bangladesh yang 
menderita akibat bencana alam ini agar Tuhan memenuhi kebutuhan-kebutuhan 
mereka. Doakan agar mereka yang kehilangan rumah dan harta benda boleh mendapat 
penghiburan serta pertolongan untuk meneruskan hidup mereka.

2. Doakanlah setiap relawan yang melayani bersama Gospel for Asia agar Tuhan 
Yesus menolong mereka untuk dapat membagikan kabar baik tentang kemurahan dan 
pengampunan Allah, sembari memberikan bantuan kemanusiaan.

Diterjemahkan dari:
Nama situs: MNNOnline.com
Alamat URL: http://mnnonline.org/article/18582
Judul asli artikel: Cyclone Mahasen drives families to shelters
Tanggal akses: 28 Mei 2013


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI FACEBOOK e-JEMMI

Bergabunglah menjadi penggemar Facebook e-JEMMi untuk mendapatkan informasi 
mengenai dunia pelayanan misi dan juga artikel-artikel yang terkait dengan 
pelayanan Amanat Agung. Tidak hanya mendapatkan informasi seputar dunia misi, 
di sini Anda juga dapat saling mendoakan dan meneguhkan dengan sesama orang 
percaya yang lain.

Jangan tunda lagi, segeralah bergabung di:

==> http://fb.sabda.org/misi


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke