Anda terdaftar dengan alamat: arch...@mail-archive.com

e-JEMMi -- Melawan Kuasa Gelap (I)
No. 11, Vol. 17, November 2014


DARI REDAKSI: PEPERANGAN YANG TAK TAMPAK

Shalom,

Peperangan rohani bukanlah hal asing bagi pelayanan misi. Di mana pun dan kapan 
pun, para prajurit Allah yang setia harus setia berpegang pada Allah dan 
kuasa-Nya supaya mereka jangan dikalahkan dalam peperangan ini. Peperangan 
rohani tidak selalu berupa peperangan yang melibatkan okultisme ataupun 
manifestasi roh-roh jahat, peperangan ini juga dapat terjadi dalam ranah 
pikiran dan sering kali terjadi di seputar kelemahan karakter yang ada dalam 
setiap hamba Tuhan.

Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan dihindarkan dari peperangan ini. Akan 
tetapi, Ia menjanjikan bahwa kita akan menang bersama-Nya karena Ia telah 
memberi kita kuasa untuk menghadapi peperangan ini. Melalui edisi ini, e-JEMMi 
rindu mengajak pembaca sekalian untuk merenungkan dan mempelajari lebih jauh 
lagi tentang peperangan rohani; peperangan yang tak tampak ini, dan hubungannya 
dengan doa. Selamat membaca, dan tetaplah berjuang dalam anugerah Kristus!

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< http://misi.sabda.org/ >


RENUNGAN MISI: KERELAAN MEMBERITAKAN INJIL

"... kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera." 
(Efesus 6:15)

Jika ada satu hal yang harus kita ingat tentang Perjanjian Lama, itu adalah 
fakta bahwa Pencipta kita adalah Allah yang besar kasih setia-Nya. Bangsa 
Israel memberontak terhadap Dia berulang-ulang kali, tetapi berulang kali pula 
Allah mengampuni umat-Nya dan bersabar dalam kegeraman-Nya sebelum membinasakan 
bangsa itu (Bilangan 21:4-9; 1 Raja-Raja 21:25-29). Akan tetapi, ada suatu 
waktu ketika Allah mengangkat kesabaran-Nya terhadap bangsa Israel dan 
menyerahkan mereka ke dalam pembuangan karena mereka telah berlaku dosa dengan 
kurang ajar dan tidak menyesalinya (2 Raja-Raja 17:7-23; 25:1-21).

Kita tentu tidak dapat membayangkan betapa dalamnya trauma yang ditimbulkan 
oleh peristiwa itu. Bahkan, sisa bangsa Israel yang setia pun bertanya-tanya 
apakah rencana Allah untuk menyelamatkan umat manusia melalui keturunan Abraham 
tidak berlaku lagi. Oleh karena bangsa Israel telah gagal hingga sedemikian 
rupa, bagaimana mungkin perdamaian antara Allah dan manusia dapat dipulihkan 
(Ratapan 5:21-22)? Mereka juga bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar 
berdaulat jika bangsa-bangsa asing dapat melecehkan dan menjarah bangsa Israel 
secara bebas (Habakuk 1)?

Melalui nabi Yesaya, Tuhan memberikan jawaban-Nya. Ia akan bertindak untuk 
membasuh bangsa Israel dari kenajisannya. Ia akan memperlihatkan kedaulatan-Nya 
yang kekal dengan mengirimkan para pembawa kabar yang akan menyatakan 
kekuasaan-Nya atas segala sesuatu (Yesaya 52:1-7). Tentu saja nubuatan ini 
digenapi dalam kedatangan Kerajaan Allah di dalam pribadi dan karya Kristus, 
yang menggemakan perkataan Yesaya itu.

Pada zaman dahulu, peperangan didominasi oleh pertempuran jarak dekat yang 
terjadi antara dua pasukan yang datang ke medan pertempuran setelah menempuh 
perjalanan yang cukup jauh. Karena itu, para prajurit Romawi membutuhkan alas 
kaki yang dapat menopang kaki mereka untuk melakukan perjalanan itu dan memberi 
mereka pijakan yang kokoh dalam pertempuran. Sepatu setinggi betis yang disebut 
"caliga" itulah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dalam peperangan rohani, 
Injil damai sejahtera memberikan hal yang sama kepada para laskar Kristus. 
Pernyataan tentang kedaulatan Allah dan bahwa manusia telah diperdamaikan 
dengan-Nya melalui Yesus dapat memberi kekuatan ketika kita menjalani kehidupan 
kekristenan kita. Injil juga menolong kita untuk terus maju sekalipun situasi 
menjadi buruk dan membuat kita bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar bersama 
kita.

Injil damai sejahtera ini juga menyediakan dasar pijakan yang kokoh ketika kita 
berperang melawan Iblis. Kita dapat menjadi putus asa dengan pertumbuhan iman 
kita sendiri, tetapi kebenaran yang telah Allah perbuat di dalam Kristus akan 
mempersiapkan kita untuk bertobat jika kita jatuh, dan kembali berdiri dalam 
peperangan itu dengan kekuatan yang dari Allah. Seperti yang diucapkan Matthew 
Henry, Injil memberi kita "suatu kerangka yang jelas di hati kita dan 
memampukan kita untuk berjalan dalam kecepatan yang stabil dalam jalan agama 
kita".

Coram Deo (Di Dalam Hadirat Allah)

Tidak ada yang dapat memberi kita dasar yang lebih kokoh daripada Injil, kabar 
baik yang menyatakan bahwa junjungan kita, Allah yang kudus, telah ikut ambil 
bagian dalam sejarah manusia demi memperdamaikan umat-Nya dengan diri-Nya. 
Memahami bahwa kita telah diperdamaikan dengan-Nya tanpa suatu usaha apa pun 
dari kita, akan mengingatkan kita bahwa kita berdiri hanya di dalam Dia, serta 
tidak akan dapat terus-menerus berada dalam kekalahan jika kita terus 
bergantung kepada Yesus. Apakah Anda berdiri di atas Injil yang meneguhkan Anda 
untuk melawan Iblis? (t/Yudo)

Bacaan untuk studi lebih lanjut:
Nahum 1:15
Habakuk 3:19
Roman 10:14–17
Efesus 2:14–18

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Ligonier
Alamat URL: http://www.ligonier.org/learn/devotionals/gospel-readiness/
Judul asli artikel: Gospel Readiness
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 23 Juni 2014


ARTIKEL MISI: BAGAIMANA DOA BEKERJA DALAM PEPERANGAN ROHANI?

Tuhan menjawab setiap doa umat-Nya ketika mereka berdoa kepada-Nya dalam 
peperangan rohani melawan Iblis, dunia, dan kedagingan. Akan tetapi, menjawab 
pertanyaan yang menjadi judul artikel ini tentu membutuhkan berlembar-lembar 
dalam sebuah buku. Seseorang dapat menghabiskan seumur hidupnya untuk 
mempelajari topik peperangan rohani yang dilakukan melalui doa. Pembahasan 
dalam artikel ini hanyalah awal dari sebuah topik pembahasan yang penting. Anda 
dapat mempelajari firman Tuhan yang terdapat dalam artikel ini lebih jauh lagi 
dan meminta Allah untuk memberi Anda hikmat untuk dapat memahaminya, serta 
mengaplikasikan prinsip-prinsip doa dan peperangan rohani.

Satu Tesalonika 5:17 merupakan sepenggal ayat berisi pesan yang amat besar, 
"Tetaplah berdoa". Ayat ini mengajak kita untuk berdoa secara sadar dan terus 
melakukannya di bawah sadar kita, sepanjang hari dan sepanjang malam. Orang 
percaya yang berada di dalam Kristus, yang telah diselamatkan dan dimeteraikan 
oleh Roh Kudus (Efesus 1:13), selalu hidup dalam komunikasi dengan Allah yang 
tidak tampak. Doa seharusnya menjadi aktivitas otomatis seperti bernapas atau 
detak jantung. Di dalamnya, kita bersyukur kepada Allah ketika kita merasakan 
sukacita, atau mengadu kepada-Nya ketika keadaan menjadi sulit, dan menangis di 
hadapan-Nya pada saat penderitaan atau kehilangan orang yang kita kasihi. 
Kemudian, membuka telinga ketika Ia berbicara kepada kita melalui Roh Kudus dan 
Kitab Suci.

Ketika kita bergumul dengan kuasa kegelapan, fungsi dari doa adalah 
perpanjangan dari kebiasaan sehari-hari kita itu. Kita dapat melihat hal itu 
dalam kehidupan Daniel. Daniel tinggal di tanah para pemuja berhala dan 
mengalami penindasan roh, tetapi ia tahu bahwa sumber kekuatannya adalah dari 
persekutuannya dengan Allah. Itulah mengapa ia mengembangkan suatu kebiasaan 
doa dengan menghadap ke jendela yang terbuka di bagian atas rumahnya. Disiplin 
yang dikembangkannya ini turut mendukung reputasinya yang cemerlang sebagai 
pegawai raja. Namun, musuh-musuh Daniel mengajukan suatu petisi kepada raja, 
agar sang raja mengeluarkan titah yang akan memaksanya menghukum Daniel atas 
kesetiannya terhadap Allah. Ketika berada di dalam gua bersama kawanan singa 
yang lapar (Daniel 6), Daniel tentu berperang melawan Iblis dan kuasa-kuasa 
jahat. Kesaksian yang diberikan Daniel kepada raja dari dasar gua singa itu 
benar-benar tak terbantahkan, "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk 
mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku 
...." (ayat 22) Daniel memenangkan peperangan itu karena persekutuannya dengan 
Allahnya.

Paulus, sang misionaris besar pada zaman gereja mula-mula, tidak segera 
dilepaskan dari pemenjaraannya oleh orang-orang Roma dan segera dikembalikan 
kepada pelayannya seperti Daniel. Namun, kesaksian Paulus juga menjadi 
pendorong semangat bagi orang-orang percaya yang sedang menghadapi kematian 
demi iman mereka. Dari penjara, Paulus menulis surat yang ditujukannya kepada 
jemaat di Efesus. Di bagian akhir dari suratnya itu, ia mendorong para anggota 
jemaat Efesus untuk tetap "kuat di dalam Tuhan" dan mengenakan "seluruh 
perlengkapan senjata Allah" (Efesus 6:10-11). Agar dapat memenangkan peperangan 
rohani, orang-orang Kristen harus melindungi diri dengan kebenaran, keadilan, 
kesiapan memberitakan Injil, iman, keselamatan, dan pengetahuan tentang Kitab 
Suci. Kemudian, Paulus membungkus semuanya ini dalam suatu perintah untuk 
berdoa "setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jaga" (Efesus 6:18). Inilah sikap 
seorang laskar yang berkemenangan.

Alkitab juga mencatat tentang penghulu malaikat, yaitu Mikael, yang "bertengkar 
dengan Iblis mengenai mayat Musa". Dalam ayat itu dikatakan bahwa Mikael "tidak 
berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata, 'Kiranya 
Tuhan menghardik engkau!'" (Yudas 1:9). Ini adalah doa yang audibel, berbicara 
dalam nama Tuhan untuk mengakui kebesaran dan kuasa-Nya yang tidak tertandingi. 
Bagian ini juga mengajar kita untuk mengakui dengan rendah hati bahwa kita 
tidak dapat melawan setan dengan kekuatan sendiri.

Peperangan yang paling sengit terhadap Iblis tercatat dalam kitab Wahyu. 
Meskipun belum terjadi, tetapi kita harus tetap mempelajari dan mengaplikasikan 
kebenaran yang terdapat dalam kitab yang luar biasa ini dengan penuh 
kewaspadaan karena kitab ini memegang sebuah bahan pelatihan iman yang penting. 
"Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat 
ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah 
dekat." (Wahyu 1:3) Di pasal 12, kita diberi tahu bahwa sebuah peperangan yang 
dahsyat akan terjadi di surga, antara para malaikat Allah yang perkasa dengan 
Iblis dan malaikat-malaikatnya. Dengan kemenangan atas Iblis, maka muncullah 
pernyataan ini: "Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan 
Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke 
bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di 
hadapan Allah kita. Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh 
perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai 
ke dalam maut." (Wahyu 12:10-11) Sumber kemenangan berada pada darah Sang Juru 
Selamat kita sebagai sebuah kesaksian yang jelas mengenai Injil yang bekerja 
dalam kehidupan kita.

Dalam sebuah pendalaman Alkitab yang masih perlu dilakukan lebih dalam lagi, 
marilah kita melihat sebuah kesaksian tentang kuasa Allah yang melampaui 
kekuatan manusia. Di Perjanjian Lama, Elisa, sang nabi Allah diceritakan sedang 
berada dalam situasi yang berbahaya. Ia terjebak dalam sebuah kota berkubu yang 
telah dikepung oleh pasukan musuh. Melihat pasukan berkuda dan kereta perang 
yang ada di sekitar mereka, bujang Elisa menjadi sangat takut. Apa reaksi Elisa 
terhadap bujangnya yang mengetahui betul bahwa musuh-musuh mereka itu berencana 
untuk menangkap sang nabi? Elisa berkata kepada bujangnya itu, "Jangan takut, 
sebab lebih banyak yang menyertai kita daripada yang menyertai mereka. Lalu 
berdoalah Elisa: 'Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka, 
TUHAN membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh 
dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa'" (2 Raja-Raja 6:16-17). 
Peperangan yang sebenarnya adalah peperangan yang tidak kelihatan, dan 
peperangan itu telah dimenangkan melalui pengurbanan darah Tuhan kita, Yesus 
Kristus.

Peran pendoa dalam memerangi kuasa gelap yang tidak kelihatan menempati posisi 
sebagai prajurit yang senantiasa berjaga-jaga dan selalu dalam persekutuan 
dengan Allah Bapa. "... berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan 
yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus," (Efesus 6:18b) Selain itu, 
kenalilah musuh Anda: "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak 
berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata 
duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup 
untuk meruntuhkan benteng-benteng." (2 Korintus 10:3-4) Kitab suci penuh dengan 
kesaksian tentang kuasa Allah yang mengatasi musuh-musuh kita yang tidak 
kelihatan, yaitu Iblis dan para malaikatnya. Untuk studi yang lebih dalam, 
bacalah 1 Raja-Raja 18 dan saksikanlah kuat kuasa Allah yang dinyatakan di 
dalamnya. (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Blogos
Alamat URL: 
http://www.blogos.org/christianlifeandgrowth/prayer-spiritual-warfare.php
Judul asli artikel: How does prayer work in spiritual warfare?
Penulis artikel: Denise Baum
Tanggal akses: 25 Juni 2014


STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Anda membutuhkan bahan-bahan Natal untuk persiapan Natal Anda tahun ini? 
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan seputar Natal di 
Situs Natal Indonesia, Youtube, dan Facebook Natal. 

Situs Natal berisi Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama 
Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku 
Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dll.. Selain itu, Anda juga bisa 
mendapatkan bahan Natal berupa video audio dari SABDA melalui Youtube, serta 
bergabung dengan komunitas Facebook Natal sehingga Anda dapat berbagi hal-hal 
seputar Natal dan menambah relasi dengan saudara-saudari seiman. Jadi, tunggu 
apa lagi? Segera kunjungi sumber-sumber bahan Natal dari YLSA!

--> Situs Natal: http://natal.sabda.org/
--> Youtube: 
      1. Kisah Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=q8tSbbQPGZg
      2. Kisah Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=MWxqm9U-KeY
      3. Carita Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=w3Vt18UvxsU
      4. Carita Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=j0ThUUrWVV8
--> Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amidya, dan Yulia
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

Kirim email ke