Bersamaan dengan kesempatan Ketua IAGI hadir dan bicara pada Seminar 25 Tahun pendidikan geologi di UNHAS, maka diadakan juga rapat terbuka konsolidasi IAGI SulSel-Sultra pada hari Rabu 11 Desember jam 18.00-20.00 di UNHAS yang dihadiri oleh 60 orang ahli geologi (IAGI dan simpatisannya) dan dipimpin oleh Pak Budi Rochmanto, Ketua Pengda SULSEL-SULTRA. Tercatat 8 penanya (Ilham, Israwadi, Adi Maulana, Jamal, Samalu, Bustan, Arham, Rachmad) melontarkan topik-topik diskusi yang dijawab dan diuraikan secara bergantian oleh Ketua Umum IAGI dan Ketua Pengda. Materi-materi yang dibicarakan meliputi
1) Perombakan kepengurusan Pengda SULSEL-SULTRA, mekanismenya diserahkan kepada rapat anggota didaerah, PP tinggal menyetujui saja apakah akan diteruskan, ditambah pengurus baru, atau pemilihan formatur baru. Perlu diketahui bahwa pada saat ini kepengurusan Pengda Sulsel-Sultra sudah berjalan 5 tahun yaitu sejak PP-IAGI Pak Yanto Sumantri dengan Ketua Pengdanya pak Budi Rochmanto. Sementara itu, pengurus aktif lainnya sudah banyak yang pindah karena likuidasi kanwil 2 tahun yang lalu, sehingga kegiatan organisasi juga tidak terlalu menonjol, walaupun ada. 2) Usulan supaya IAGI lebih vokal dalam mengcounter pemberitaan berat sebelah dari LSM soal industri ekstraktif kebumian. Dalam menanggapinya usulan tersebut, Ketum memberikan ilustrasi tentang pilihan strategi. Sehubungan dengan sifat pengorganisasian, dukungan dan militansi yang jauh lebih meluas dikalangan LSM anti industri ekstraktif, akan sangat sia-sia kalau IAGI mennyalurkan energi hanya uintuk meladeni setiap ada pemberitaan negatip soal industri ekstraktif oleh LSM-LSM tersebut. Pilihan strategisnya adalah melakukan kampanye geologi di PA-PA dan tempat wisata, dan juga pelatihan gratis tentang geologi kepada LSM/PA yang akan diintensifkan semester pertama tahun depan. 3) Usulan supaya IAGI lebih berkonsentrasi pada penguasaan media massa; sehingga sosialisasi geologi akan effektif,... daripada berpayang-payah bikin pendidikan & latihan buat LSM, guru-guru, anggota DPRD dsbnya. Masalahnya adalah: sampai saat ini tim HUMAS IAGI masih belum cukup sakti untuk penguasaan media masa tersebut. Usulan diperhatikan dan akan dijadikan bahan masukan dalam rapat pleno maupun BOC. 4) Fleksibilitas iuran (supaya bisa dikumpulkan terlebih dulu di PENGDA untuk dipakai sebagai modal kegiatan, jadi tidak harus setor langsung ke BCA). Hal ini juga ada contohnya, yaitu di Yogja, maupun di Riau; dimana Pengda mengkoordinir duit iuran untuk kemungkinan dipuitarkan bagi kegiatan internal PENGDA terlebih dulu. 5) Permintaan penyelenggaraan PIT di Makassar. Hal ini sudah berulangkali diungkapkan kepada PP-IAGI sbelumnya, yaitu pada jaman pak Yanto Sumantri maupun jaman pak Wahab, tapi rupanya masih belum dapat direalisasikan. PPIAGI yang baru menyatakan bahwa saat ini tradisi 3 kota (JKT-BDG-YOG) sebagai penyelenggara PIT sudah dapat diterobos dg penyelenggaraan PIT-31 di Surabaya 2002 kemarin. Dengan demikian jalan menuju Makassar akan lebih terbuka. Untuk tahun depan sudah ditetapkan di Jakarta. Tahun berikutnya 2004 rencananya di Semarang, kemudian tahun 2005 direncanakan kembali ke Bandung (PEMILU KETUM IAGI). Nah, ada kesempatan untuk PIT di Makassar 2006. Untuk itu disarankan mengirim surat resmi seperti Semarang. Selain itu, sebagai "latihan" untuk penyelenggaraan PIT diharapkan tahun depan (2003) Pengda dapat menjadi pelaksana IAGI SYMPOSIUM ON GEOLOGY OF CARBONATES. 6. Mengharapkan IAGI lebih berperan dalam menciptakan lapangan kerja bagi lulusan geologi baru. Kalau tidak bisa, ya konsekwensinya IAGI perlu merekomendasikan penciutan penerimaan mahasiswa geologi baru diberbagai lembaga pendidikan, karena kalau dibiarkan tetap seperti ini, maka akan makin banyak pengangguran. Penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah-daerah, hanya bisa terjadi apabila sosialisasi/kampanye tentang geologi berjalan efektif; karena siapa yang mau meng"hire" geology di daerah-daerah sementara mereka pada umumnya belum tahu apa itu geology? Secara prinsip, PPIAGI tidak setuju dengan kebijakan pembatasan mahasiswa yang masuk jurusan geologi hanya karena takut mereka jadi pengangguran. Permasalahannya adalah pada "matching" antara kebutuhan industri dengan kwalitas supply dari perguruan tinggi. Untuk itulah maka IAGI akan secara terus menerus berusaha menjembatani matching tersebut lewat berbagai programnya. 7. Usulan supaya IAGI berperan juga dalam distribusi informasi terbaru tentang geologi; sehingga bukan hanya geologist Jakarta (dan Jawa) saja yang maju, tapi geologist-geologist didaerah juga bisa maju. Pada dasarnya fungsi tersebut dilaksanakan secara kelembagaan oleh IAGI lewat PIT dan penerbitan prosiding. Sedangkan untuk hal-hal spesifik lainnya dalam frekwensi yang lebih pendek, sudah tidak relevan lagi apabila IAGI berperan sebagai pendistribusi informasi dijaman "CYBER" seperti ini dimana setiap orang punya akses terhadap internet, email, dan kepustakaan geologi dunia. 8. HMG (Himpunan Mahasiswa Geologi) di UNAHS mengharapkan PP juga mengajak mahasiswa kerjasama untuk sosialisasi geologi dan dalam program-program geowisata, maupun program lainnya seperti halnya di Bandung dan di Yogja. Hal tsb disambut baik, tetapi tentunya lewat koordinasi dengan PENGDA SULSEL-SULTRA. Untuk itulah reaktivasi PENGDA menjadi suatu keharusan. 9. Ada yang menagih janji, bahwa PPIAGI dapat mencarikan dana untuk Jurusan-Jurusan Geologi di Indonesia, khususnya UNHAS, dengan memintakan dana "educational bonus" ke Pertamina/MIGAS. Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan oleh KETUM bahwa dari waktu-kewaktu PP mencoba untuk "menggugah" dana tersebut dari Pertamina EP maupun dari BP Migas. Usaha yang pernah dilakukan pertengahan tahun kemarin dg bertemu Pak Effendi Situmorang ternyata belum membuahkan hasil, karena menurut beliau dana tersebut ada di EP bukan di MPS. Nah, sejak UU Migas yang baru ini, secara teoritis dana tersebut seharusnya dipegang oleh BP MIGAS. Kita akan tindak-lanjuti, karena bukan hanya UNHAS yang akan mendapatkan benefit dari situ tetapi komunitas IAGI di bidang pendidikan lainnyapun akan dapat mengambil manfaat. Tambahan dari Pak Tjatur dari Caltex yang kebetulan hadir dalam diskusi tsb: baru saja CPI menandatangani kontrak blok baru dg 400.000 signature bonus, 15% diantaranya adalah educational bonus. 10. Ada juga yang menharapkan IAGI menjadi pressure group bagi penciptaan lapangan kerja di daerah-daerah; contohnya: apabila ada dinas pertambangan/energi yang tidak dipimpin oleh kalangan non-kebumian, maka seharusnya IAGI dapat "menekan" pemda yang bersangkutan, dsbnya. Istilah pressure group sendiri dirasakan terlalu ekstrim dan berkonotasi buruk; oleh karena itu diklarifikasi bahwa IAGI memang akan mencoba untuk sosialisasi/kampanye ke berbagai daerah supaya terjadi matching antara kebutuhan daerah untuk ISDA dan Pemetaan Geologi dengan kompetensi personel didinas-dinas ESDM daerah. Konsolidasi dilanjutkan agak terbatas sambil makan malam (ADB, Imran, Sultan, Irzal, Haryadi Permana) untuk membahas beberapa rencana program unggulan IAGI Pengda yang dipromosikan oleh PP, yaitu: - mewujudkan UNHAS sebagai Pusat Kajian Geologi Indonesia Timur - melaksanakan Symposium Karbonat 2003 di Makassar dg rencana kerjasama PP-FOSI-UNHAS-PENGDA Kebetulan malam itu juga baru datang Pak Alit Ascaria yang rencananya akan ikutan menjadi steering committee bagi Symposium karbonat tersebut. Maka pembicaraan dilanjutkan sampai jam 11 malam di Hotel Sedona tempat Pak Alit menginap. Pada keesokan harinya, Pak Budi, Pak Imran, Pak Sultan, Adi, dan saya kembali melakukan pembicaraan dalam rangka persiapan Symposium Karbonat 2003 di Makassar. Pada prinsipnya dicoba untuk sekaligus mengkaitkan kegiatan tersebut dengan rencana mewujudkan UNHAS sebagai Pusat Kajian Geologi Indonesia Timur. Kendala utamanya adalah BOM Makassar kemarin. Sampai kapan hal tersebut akan mempengaruhi kesiapan Makassar / UNHAS sebagai penyelenggara?? Selanjutnya komunikasi akan dijalin lewat email. Dalam rapat dengan Pak Alit, disetujui sebelum tutup tahun ini, di JKT PP IAGI (Keilmuan, MIGAS, Tambang, GTL, Sekjen + FOSI) akan rapat dengan kalangan terbatas untuk mengkjonkritkan Symposium Karbonat tersebut. Salam, ADB