Pak Zaim, Tentu de Vos et al. dan Sondaar bisa seperti itu karena : (1) keseriusan, (2) dukungan dana, (3) dukungan organisasi profesi dan pemerintah, (4) publikasi yang luas. Kelihatannya kita di Indonesia untuk seperti itu ada beberapa faktor yang masih perlu dibenahi, tetapi saya yakin kita akan semakin baik. Semoga tongkat estafet keahlian dalam kepurbakalaan Indonesia bergulir terus dengan lancar dan penelitian, publikasi, serta sosialisasi-nya semakin menggairahkan, sehingga dunia semakin mengenal kepakaran ahli-ahli Indonesia. Saya mengerti, di kalangan kita pun (baca : geologist)tidak mudah menularkan kegemaran kepada ilmu kepurbakalaan, apalagi kepada masyarakat luas, tetapi di sinilah tantangannya... Salam, awang
Yahdi Zaim <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang Yth., Benar sekali yang Pak Awang uraikan tentang biostratigrafi vertebrata von K (1934) vs. John de Vos dkk (1981 & 1982) dan Sondaar (1985 - kini beliau sudah Almarhum, meninggal dua tahun yang lalu). Pada tahun 1981, saya presentasi pada PIT IAGI di Bandung dengan judul makalah saya : Revisi Stratigrafi dan Umur Formasi Pucangan di Daerah Perning, Mojokerto, Jawa Timur. Dalam makalah saya, saat itu saya sudah mengusulkan perubahan biostratigrafi Von K (1934) dimodifikasi, dan saya mengusulkan bahwa garis batas antara Fauna Jetis dengan Fauna Trinil yang lebih muda, tidak dapat ditarik dengan batas yang tegas, tetapi putus-putus yang artinya ada kemenerusan unsur fauna Jetis ke fauna Trinil. Hal ini berdasarkan penelitian lapangan di Perning pada tahun 1980 dimana kami mendapatkan fosil Hippopotahus namadicus yang merupakan salah satu penciri Fauna Jetis, didapatkan secara stratigrafi dalam Pucangan Atas di mana terkumpul kelompok Fauna Trinil, sebaliknya, ada Bufellus paleokarabau yang merupakan Fauna Trinil didapatkan secara stratigrafi dalam Pucangan Bawah, dimana terkumpul Fauna Jetis. Kegamangan saya atas biostratigrafi Von K (1934) tersebut ternyata pada tahun yang sama (1981) diusahakan dirubah oleh John de Vos dkk dalam Modern Quaternary Research in SE Asia, A.A. Balkema - Rotterdam, yang kemudian disempurnakan oleh John de Vos dkk (1982) dan Sondaar (1985). Yah, saya merasa juga "sudah berusaha", tetapi yang didengar rupanya masih juga hasil karya para Bule Walanda......, karena mereka memang studinya jauh lebih sempurna, mengingat mereka mempelajari koleksi yang ribuan di Belanda dan Jerman serta yang di P3G. Sedangkan saya, hanya berdasarkan data stratigrafi,geologi dan beberapa temuan fosil vertebrata saja, karena tentunya tidak mampu mempelajari yang di Belanda dan Jerman.......... Wassalam, Yahdi Zaim Dept. eknik Geologi FIKM - ITB --------------------------------- Do you Yahoo!? Express yourself with Y! Messenger! Free. Download now.