Pak Awang. Dalam docudrama tersebut sempat disinggung 1 hal lagi yang memperkuat eksistensi erupsi 74K gunungapi Toba. Bahwa dari sudut pandang antropologi, pada kala Pleistosen akhir terdapat semacam "bottleneck" dalam populasi manusia purba. Salah satu penyebabnya diyakini akibat erupsi Toba Volcano tersebut. Letusan Toba dan materialnya diyakini membuat lapisan asam sulfur yang bersifat reflektif tertahan di atmosfer bumi selama bertahun2. Apalagi ditambah dengan lokasinya yang dekat dengan equator, sehingga efek berkurangnya sinar matahari yang mencapai bumi semakin terasa. Kalau Tambora terkenal dengan "the year without summer", barangkali Toba bertanggung jawab terhadap pendinginan iklim bumi yang luar biasa selama bertahun-tahun, sehingga menyebabkan kepunahan yang masif dan kelaparan yang luar biasa untuk semua makhluk hidup. Hal ini menyebabkan pula spesies manusia yang hampir punah. Hanya beberapa komunitas yang katanya berada di Afrika yang bisa bertahan dan akhirnya menyebar membentuk ras2 manusia modern saat ini.
terlepas dari itu semua, film ini memang layak disimak, apalagi untuk kalangan kebumian salam, Ferry Awang Satyana <awangsatyana@ To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED] yahoo.com> cc: Subject: Re: [iagi-net-l] Supervolcano ! - Supervolcano Toba ?! 01/03/2006 11:42 PM Please respond to iagi-net Kita pernah diskusikan tentang "supervolcano" (ini bukan istilah resmi volkanologi) Toba beberapa bulan yang lalu saat beberapa gunungapi yang duduk di Sesar Sumatra menggeliat dibangunkan gempa Nias bulan Maret 2005. Coba cek rangkaian diskusinya di arsip milis IAGI. Saat itu ramai digunjingkan bahwa Toba akan meletus lagi, suatu kekuatiran yang berlebihan saya pikir, walaupun bukan sesuatu yang mustahil. Magnitude erupsi "Toba volcano" (kita tak pernah saksikan gunungapi Toba bukan, tinggal danaunya saja) memang suka ditulis yang paling besar dalam sejuta tahun terakhir ini. Semua letusan gunungapi besar2 di seluruh dunia sepanjang Kuarter ini (termasuk Tambora, Krakatau, St Helens) bila digabung, tetap lebih hebat letusan Toba katanya. Tetapi, tunggu dulu, tak usah langsung percaya begitu saja sebab kita tak pernah saksikan Gunungapi Toba meletus, tidak seperti halnya Krakatau 1883, Tambora 1815, atau St Helens 1980 yang jelas-jelas kehebatan erupsinya disaksikan manusia dan tercatat dalam sejarah (cek coba tulisan Simon Winchester, 2003 : Krakatoa, yang memuat dengan sangat detail detik2 letusan Krakatau). Kalau erupsi Toba, itu hanya hasil interpretasi orang berdasarkan sebaran piroklastikanya, abu volkanik yang "terelas"-welded tuff-ignimbrit dan berdasarkan luas Danau Toba sekarang. Berdasarkan itu, kaldera karena letusan 74.000 tahun yl (ini didasarkan dating umur endapan ignimbrit Toba) luasnya 3000 km2 - tentu ini sangat luas, maka suka disebut supervolcano. Katanya juga tinggi kolom letusannya 50-80 km sampai mempengaruhi penyerapan sinar Matahari di stratosfer. Lalu, ada juga yang menghubungkan letusan Toba 74.000 tahun yl itu dengan mulainya zaman glasiasi di belahan utara Bumi, tentu ini karena terhalangnya sinar Matahari oleh piroklastika Toba (misalnya : Dawson, 1992 : Ice Age Earth - Late Quaternary geology and climate, Routledge London). Hanya, angka ini kebetulan cocok dengan decline summer solar radiation di rekonstruksi Milankovitch yang 75.000 tahun yl - tapi Milankovitch menganggap itu karena gerak presisi dan goyangan Bumi, bukan karena erupsi Toba. Memang, cukup menarik, tetapi kita patut berhati-hati untuk membenarkan suatu interpretasi. Ignimbrit Toba tersebar sampai ke India bahkan Himalaya pada 74.000 tyl itu, nah tentu kita harus cek-cek dulu. salam, awang Alman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wah menarik sekali resensinya Mas, Mudah-mudahan di Bandung segera beredar DVD-nya. Jadi tertarik untuk cari info lebih jauh tentang Supervolcano Toba. Mungkin ada yang bisa memberi info lebih jauh tentang erupsinya 74K thn yang lalu? Apakah memang ada bukti-bukti lapangan yang terekam sampai sekarang ? Alman On 1/3/06, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > > > Supervolcano > > > Satu lagi sebuah film faktual yang mengangkat kedahsyatan dan kekuatan > sebuah bencana alam, khususnya gunung api/volcano. > > Diproduksi oleh BBC London, kombinasi fakta saintifik dan drama yang > dikemas dalam film ini terasa berbeda dari genre film sejenis produksi > Hollywood macam Dante's Peak, The Core, Volcano, Twister, dll. Fakta-fakta > saintifik di film ini terasa lebih kental disuguhkan dibanding film-film > Hollywood yang biasanya sarat dengan muatan artistik. Walaupun begitu, > dengan didukung sinematografi dan efek visual yang apik plus pengalaman > BBC > dalam membuat banyak film dokumenter membuat film ini tetap memikat untuk > dinikmati. > > Supervolcano bercerita tentang hasil penelitian USGS di dekade terakhir > yang menunjukkan bahwa dibalik keindahan dan kesejukan rimbunnya hutan > pinus di Yellowstone National Park, ternyata di bawah permukaannya > menyimpan sejuta potensi bencana. Hampir seluruh areal Yellowstone > National > Park - kira2 seluas Jabotabek- dengan berbagai geyser dan hot spring-nya, > ternyata adalah sebuah kaldera gunung api raksasa, atau cukup disebut > Supervolcano. Studi seismik dan lapangan menunjukkan bahwa Supervolcano > Yellowstone memiliki siklus erupsi setiap 600.000 tahun. Sedangkan letusan > terakhir Supervolcano ini tercatat 620.000 tahun yang lalu, artinya saat > ini siklusnya sudah tercapai dan ia dapat meletus kapan saja. > > Hal menarik lainnya dalam film ini adalah seringnya disebut nama > Supervolcano Toba di Sumatera Utara sebagai contoh letusan terakhir gunung > api yang masuk kelas Supervolcano pada 74.000 tahun yang lalu. Sehingga > dalam pemodelan2 yang dilakukan pada film ini selalu merujuk pada kasus > Toba. Erupsi sebuah supervolcano diyakini setara dengan kekuatan berantai > 1000 x bom atom Hiroshima yang meledak setiap detik. Letusannya akan > beratus kali lebih kuat dari Krakatau, Tambora, Pinatubo atau St. Helens. > Jumlah korban seketika diperkirakan mencapai jutaan orang, sedangkan > jutaan > lainnya akan menyusul kemudian seiring dengan peredaran debu piroklastik > yang mendunia. Seluruh penerbangan diperkirakan akan tutup. Temperatur > bumi akan menurun rata-rata 10 derajat C akibat sinar matahari yang > terhalang untuk sekian lama. > > Semua gambaran tersebut dengan dikombinasikan dengan efek visual tingkat > tinggi membuat suasana dramatis yang disajikan dalam Supervolcano. Ending > film yang sudah disiarkan BBC-1 Agustus lalu ini pun meninggalkan kesan > yang tidak biasa dibandingkan film Hollywood. Pesan terakhir yang > disampaikan Supervolcano adalah, " bahwa tidak seperti bom nuklir, > tabrakan asteroid, global warming atau ancaman terhadap peradaban manusia > lainnya, sangat sedikit yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan > meminimalisasi tragedinya saat ia benar-benar akan meletus, sang > Supervolcano !" > > Sayangnya, film ini sepertinya bakal sulit untuk muncul di bioskop-bioskop > 21, jadi kalau anda berminat menontonnya hanya bisa membeli versi VCD > originalnya di Gramedia atau kalau mau lebih hemat cari saja DVD-nya di > Ratu Plaza atau Mangga Dua, ....persis seperti saya :-) > > Selamat menonton ! > > Ferry Hakim > > > --------------------------------------------------------------------- > > --------------------------------- Yahoo! Shopping Find Great Deals on Holiday Gifts at Yahoo! Shopping --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id) Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id) ---------------------------------------------------------------------