Walaupun dengan berusaha beropenminded ria. dan dengan menjunjung respek
yang besar kepada  lembaga pendidikan dan penelitian Indonesia, saya tetap
rada 'terganggu' dengan pemberitaan hiperbolik dibawah.
Mencari minyak adalah kegiatan multidisiplin, tapi tetap pada dasarnya yang
paling berperan didalamnya adalah ilmu/pengertahuan tentang bumi ini alias
geologi.
Mau pakai persamaan apa saja yang bisa dipecahkan dengan cara apa saja
kalau buminya kita tidak kenal ya sama juga bohong.
Ada banyak sekali persamaan dan transformasi yang dipakai misalnya untuk
processing seismik ( berbagai metoda migrasi seismik yang memakan waktu
bulanan walaupun sudah pakai komputer besar sebagai contoh). Dan juga
segala simulasi reservoir dan lain sebagainya ..... tapi itu cuma sekedar
pembantu...
Kalau mencari minyak hanya 'sekedar' memecahkan rumus matematik maka ujung
tombak oil company adalah komputer besar, dan ahli matematik  ....




|---------+---------------------------->
|         |           [EMAIL PROTECTED]|
|         |                            |
|         |           19/05/2006 05:30 |
|         |           PM               |
|         |           Please respond to|
|         |           iagi-net         |
|         |                            |
|---------+---------------------------->
  
>--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|
  |                                                                             
                                                                     |
  |       To:       iagi-net@iagi.or.id                                         
                                                                     |
  |       cc:                                                                   
                                                                     |
  |       Subject:  Re: [iagi-net-l] [smp2bdg75] [Fwd: [angkatan80itb] Sukses 
ITB di      Belanda]                                                   |
  
>--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------|




>

   Dear all

   Saya baca ,tapi ndak ngerti .
   Apa ada  yang bisa memberikan informasi dengan lebih sederhana ,
   1. Rumus Helmholtz ?
   2. Prinsip aplikasi rumus ini , dalam menemukan lokasi minyak bumi.

    Punten saya ini "gatek"  tapi ingin tahu.

    Selamat wik - en

    S- Abah

____________________________________________________________________________

>
>
>
> ---------------------------- Original Message
----------------------------
> Subject: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda
> From:    "Sigit Indriyono" <[EMAIL PROTECTED]>
> Date:    Sat, May 20, 2006 6:57 am
> To:      [EMAIL PROTECTED]
>
--------------------------------------------------------------------------
>
>
> Persamaan Helmholtz Pecah di Tangan Dosen ITB
>                                     * *
> Persamaan matematika Helmholtz sering dipakai untuk mencari titik lokasi
> minyak bumi.
>
> Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi
> perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini,
> termasuk NASA di Amerika.
>
> Kini, Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset
> PhD-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember
2005
> lalu. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan
persamaan
> matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi
minyak
> bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.
>
> Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia
> adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung
(ITB),
> dan saat itu sedang menempuh program PhD di Delft University of
Technology
> (DUT).
>
> Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk
> memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama
> ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz
itu
> agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.
> Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak
> dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat
> dalam melakukan pencarian minyak -- bila dibandingkan dengan sebelumnya.
>
> Tak cuma itu, dari kebutuhan *hardware* pun, industri minyak bisa
> mereduksi sekitar 60 persen dari *hardware* yang biasanya. Sebagai
contoh,
> program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer,
> dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya
> dengan 300 komputer.
>
> Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai
> pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di
> DUT.
> Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta
> penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat
atau
> disebut *robust* (bisa dipakai di semua masalah).
>
> Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus
> Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang
> digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi,
tak
> cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.
>
> ''Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali.
Bahkan,
> kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja.
> Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan *hardware*,'' ungkap Yogi
> kepada *Republika*.
>
> Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai *cum laude* saat
> menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan
> penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih
efisien,
> cepat, dan kebutuhan *hardware* yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian
> tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap
> sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.
>
> Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan
> rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat
> penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam
> matematika numerik yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan
> komputer.
>
> Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang
> masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang
> sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu
> secara langsung (*direct*) dan literasi. ''Banyak pakar yang menghindari
> penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,'' kata
> pria kelahiran Tasikmalaya 32 tahun silam ini.
>
> Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof
> Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya
> sendiri.
> Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu
> sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup
cepat.
>
> ''Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya
> lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan
ini
> menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya
> pecahkan dengan metode *direct* atau literasi,'' ujarnya.
>
> metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan
> masalah yang besar maka akan mahal dari segi waktu dan biaya. Namun
metode
> literasi pun belum tentu bisa memperoleh solusi atau kadang-kadang
> diperoleh dengan waktu yang cukup lama. Hanya, kata dia, yang pasti,
> dengan metode literasi selalu murah dari segi *hardware*.
>
> ''Persamaan Helmholtz ini bisa diselesaikan dengan literasi tapi kalau
> dinaikkan frekuensinya, jadi sulit untuk dipecahkan,'' ujarnya. Yogi
> memaparkan, untuk mengetahui struktur daerah cekung, misalnya, yang
> dilakukan adalah meneliti daerah akustik dan kemudian dipantulkan
> gelombangnya dengan frekuensi tertentu. Pantulan tersebut kemudian
> direkam. Setelah itu, frekuensi akan dinaikkan misalnya, dari 10 Hz, lalu
> naik lagi 10,2 Hz, 10,4 Hz, dan seterusnya.
>
> Yang kemudian menjadi persoalan, ungkap dia, ketika frekuensi dinaikkan,
> persamaan Helmholtz akan semakin sulit untuk diselesaikan. Ia memberikan
> contoh, Shell hanya bisa menyelesaikan persamaan Helmholtz sampai dengan
> frekuensi 20 Hz. ''Ketika dinaikkan menjadi 30 Hz, mereka tak bisa,''
> katanya.
>
> Kemudian, Yogi memperoleh metode *robust* yang memungkinkan persamaan
> Helmholtz untuk dipecahkan dengan frekuensi berapa pun. ''Kita sudah
> melakukan tes 300 Hz tidak masalah. Meskipun, sebenarnya 70 Hz pun sudah
> cukup untuk pemetaan,'' ujar penggemar matematika ini.
>
> *Tak cuma untuk temukan sumber minyak* Menurut Yogi, selain untuk
> menemukan sumber-sumber minyak, keberhasilan persamaan Helmholtz ini juga
> bisa diaplikasikan dalam industri lainnya yang berhubungan dengan
> gelombang. Persamaan ini digunakan untuk mendeskripsikan perilaku
> gelombang secara umum. Industri yang bisa mengaplikasikan rumus ini
antara
> lain industri radar, penerbangan, kapal selam, penyimpanan data dalam
> *blue ray
> disc*(keping DVD super yang bisa memuat puluhan *gigabyte* data), dan
> aplikasi pada laser.
>
> Mengenai kelanjutan dari penemuannya itu, Yogi mengatakan, karena
> penelitian ini dilakukan oleh perguruan tinggi, maka persamaan Helmholtz
> ini menjadi milik publik. ''Biarpun dibiayai oleh Shell, tapi yang
> melakukannya universitas, sehingga rumus ini menjadi milik publik,''
> katanya.
>
> Ia tidak mematenkan rumus temuannya itu. Apalagi, sambung dia, produknya
> itu berasal dari otak sehingga tidak perlu untuk dipatenkan. ''PT
> Pertamina pun sebenarnya bisa menggunakan rumus ini untuk mencari minyak
> bumi. Saya sempat diundang oleh Pertamina beberapa waktu lalu, tapi
karena
> ada keperluan, tidak hadir. Memang ada yang mengatakan kalau PT Pertamina
> tertarik dengan temuan saya, cuma masalahnya Pertamina memiliki
> *software*-nya atau tidak,'' ujar pria yang tak suka publikasi ini.
>
> Menurut Yogi, persamaan Helmholtz ini dalam proses penelitiannya sudah
> dipresentasikan di banyak negara di dunia. Yaitu, saat *intermediate
> progress* selama Desember 2001 hingga Desember 2005. Buku mengenai
> persamaan Helmholtz yang dibuatnya saat masih di Belanda pun, laris
manis.
>
> ''Tinggal satu (buku) dan saya tak punya fotokopinya lagi,'' ujar dosen
> yang kini sibuk dengan beberapa penelitian bersama Prof Turkel. Mengutip
> Turkel, Yogi mengatakan bahwa persamaan yang ditemukannya itu masih bisa
> dikembangkan lagi. Namun kini, Yogi akan berkonsentrasi pada
*postgraduate
> research* di Berlin, Jerman, yang akan memakan waktu selama dua tahun
> sejak 1 Mei 2006. n
>
> *Terobsesi Memajukan Indonesia *
>
> Setelah menjadi terkenal di dunia matematika karena berhasil memecahkan
> rumus Helmholtz yang dikenal sangat sulit, dosen Teknik Penerbangan ITB,
> Yogi Ahmad Erlangga, masih memiliki obsesi yang belum tercapai. Menurut
> anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mohamad Isis dan Euis Aryati
> ini, obsesi yang belum tercapai adalah ingin melihat bangsa Indonesia
> maju.
>
> Karena, kata dia, saat ini Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
> India. Padahal, Indonesia dan India sama-sama sebagai negara berkembang
> dan banyak masyarakatnya yang miskin. ''Meskipun miskin, tapi India
> sekarang bisa menjadi pusat informasi teknologi (IT) di dunia. Saya ingin
> Indonesia seperti India, kemiskinan bukan berarti tidak bisa
berkembang,''
> ujar Yogi kepada *Republika*. Khusus untuk ITB, sambung pria kalem
> kelahiran Tasikmalaya 8 Oktober 1974, obsesinya adalah ingin ITB bisa
> lebih besar lagi.
>
> Minimal, ITB menjadi perguruan tinggi terbesar di Asia. Karena, kalau
> hanya terbesar di Indonesia saja, sejak dulu juga begitu. Bahkan, sambung
> dia, pernyataan itu justru menjadi tanda tanya besar. ''Saya pun masih
> memiliki obsesi pribadi. Keinginan saya adalah ingin melakukan penelitian
> tentang pesawat terbang, perminyakan, dan biomekanik,'' kata pemenang
> penghargaan VNO-NCW Scholarship dari Dutch Chamber of Commerce itu.
>
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
> Get to your groups with one click. Know instantly when new email arrives
> http://us.click.yahoo.com/.7bhrC/MGxNAA/yQLSAA/wf.olB/TM
> --------------------------------------------------------------------~->
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~-->
> You can search right from your browser? It's easy and it's free.  See
how.
> http://us.click.yahoo.com/_7bhrC/NGxNAA/yQLSAA/4tWolB/TM
> --------------------------------------------------------------------~->
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
> <*> To visit your group on the web, go to:
>     http://groups.yahoo.com/group/smp2bdg75/
>
> <*> To unsubscribe from this group, send an email to:
>     [EMAIL PROTECTED]
>
> <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
>     http://docs.yahoo.com/info/terms/
>
>
>
>
>



---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------





---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke