terimakasih mas romdoni (sori agak telat meresponnya, baru buka imil lagi
sih), sangat jelas buat saya.
menurut saya memang hanya beda definisi saja kok, pada prinsipnya saya
sepakat (jadi ingat 'perbedaan' penyebutan 'prosentasi/potensi cadangan';
kalo dulu LASMO atau Eni menyebutkan P10, utk definisi yg sama Unocal
(sekarang Chevron) menyebutnya sbg P90).

mungkin biar lebih lengkap, mas romdoni juga menjelaskan apa itu SICP (nggak
adil, masak SIDPP (atau SIDP) dijelaskan kok). sekalian diterangkan rumus
sederhana utk mendapatkan nilai tekanan pada kedalaman tertentu berdasarkan
hasil pengukuran SIDP (atau SIDPP), SICP, dan MW.

terimakasih dan salam,
syaiful


On 3/22/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Mas syaiful,
Maaf kalau agak sedikit beda nich mas,
Menurut saya nilai LOT tidak sama dengan Formation pressure (FP).
LOT lebih merefleksikan nilai FG (Fracture gradient).  FG akan semakin
besar seiring dengan semakin dalam suatu pengeboran.
Hal ini inilah yang menyebabkan kenapa disarankan untuk memasang casing
terlebih dahulu sebelum menembus zona yang diperkirakan high pressure.
FG ini sangat dipengaruhi oleh overburden dan sedikit sekali pengaruh dari
jenis lithologynya dan tidak dipengaruhi oleh tekanan formasi.

LOT (leak off test), dilakukan pada saat mulai pengeboran section baru,
dibawah casing setelah kita mengebor cement.
Fyi, di ENI kita melakukan LOT dua kali setiap section.
Yang pertama, tepat dibawah casing shoe, setelah kita mengebor 15' new
formation. (umumnya shale lithology)
Yang kedua, setelah kita penetrate first sand layer. Dari pengalaman,
nilai LOT kedua (sand) lebih kecil dari yang pertama (shale) walaupun tidak
significant.

Pre drilling, FG diestimasi dari seismik.  Tetapi untuk actual valuenya,
harus didapatkan dari LOT (leak of test).
Disinilah arti pentingnya strategi pemasangan casing.
Karena selama drilling, harga LOT HARUS lebih besar dari expectasi
formation pressure (FP).  Bahkan LOT harus lebih besar dari ECD (equivalent
circulating density, kalau tidak akan terjadi hilangnya lumpur ke formasi
(Loses).

While drilling, nilai FP dapat diestimasi dari resistivity LWD.
Jika dalam pengeboran kita menghadapi situasi dimana FP sudah sama atau
lebih tinggi dari harga LOT,
maka Kita "HARUS" stop drilling untuk memasang casing terlebih dahulu
sebelum meneruskannya.

Sedangkan SIDPP dapat mencerminkan FP (formation pressure) bukan tekanan
lumpur di annulus (lubang bor).
Kalau terjadi kick, pada umumnya BOP akan ditutup kemudian diukur nilai
SICP dan SIDPP.
Walaupun pada dasarnya SIDPP ini tidak diukur langsung dari formasi dengan
alat pressure testing (MDT, RDT or RCI).
Tetapi pengukuran ini dpt merefleksikan berapa besaran formation pressure.


Kedua nilai ini (SICP dan SIDPP) digunakan untuk menghitung: 1.  berapa
berat "kill mud" yang bisa dipakai untuk menghentikan kick dan 2. berapa
nilai FP dibawah yang menyebabkan kick terjadi.
kita dapat menghitung FP dengan rumus sederhana berdasarkan depth dan
besar pressure yang tercatat.

Sebagian Kondisi yang umum ditemukan dalam pengeboran,

Kasus 1: MW > FP (tekanan lumpur di lubang lebih besar dari tekanan
formasi)
            Maka  tidak terjadi kick --> normal operation.

Kasus 2: MW < FP (tekanan lumpur di lubang lebih kecil dari tekanan
formasi)
         Maka akan terjadi kick --> close BOP
Kasus kedua dapat dibagi lagi menjadi 2 kondisi,
        2 a. Jika LOT > FP (Ketahanan batuan lebih besar dari tekanan
formasi)
         * Kick - Close BOP - pump kill mud --> Well terkendali (Lusi
karena Gempa)*

        2 b. Jika LOT < FP (Ketahanan batuan lebih kecil dari tekanan
formasi)
*         Kick - Close BOP - Formation terlemah akan pecah --> Underground
blow out (Lusi di 'trigger' oleh pengeboran)*

Yang manakah yang terjadi pada kasus Lusi ?

Mudah2an cukup jelas.

Salam
ROMDONI
Operation Geologist
Eni Indonesia

Phone: 021-52997254
HP: 081381877717
Email: [EMAIL PROTECTED]





  *"mohammad syaiful" <[EMAIL PROTECTED]>*

03/21/2007 06:11 PM
Please respond to iagi-net

        To:        iagi-net@iagi.or.id
        cc:
        Subject:        Re: [iagi-net-l] Respon-3 Surat Terbuka Kepada
Ketua Umum IAGI (LOT         vs SIDPP)




kang romdoni,

mungkin istilah agak berbeda, tetapi bagi yg awam soal pemboran, akan
agak bingung juga dg beberapa istilah pemboran.

utk LOT (leak off test), sebenarnya 'kan mengukur kekuatan formasi
atau batuan (di ambang batas tekanan); jadi artinya LOT ya sama saja
dg 'tekanan formasi' (sengaja saya tidak menerjemahkannya menjadi
'Formation Pressure' karena sudah digunakan oleh mas romdoni sbg FP).

sedangkan yg dimaksudkan dg 'Formation Pressure dari SIDPP' (atau SIDP
saja), mungkin istilah saya adalah lebih tepat 'tekanan lumpur di
dalam lubang bor'.

dengan demikian, hanya istilahnya agak berbeda tetapi pendapat sama dg
mas romdoni:
1. underground blow out 'hanya dan hanya terjadi' karena 'tekanan
formasi' pada kedalaman tertentu lebih kecil nilainya dibandingkan dg
'tekanan lumpur' (real mud weight; bukan measured mud weigh di
permukaan alias mud out). lumpur akan bisa 'menyembur' baik di dekat
sumur (di dalam rig site) dan/atau di tempat pada jarak tertentu dari
sumur.
2. apabila 'tekanan lumpur' tsb lebih kecil daripada 'tekanan
formasi', ya lumpur di dalam lubang bor tidak akan 'menyerang' atau
'merusak' formasi pada kedalaman tertentu. jadi kalo ada 'semburan
lumpur' di permukaan, kemungkinan disebabkan oleh sumber lain
(misalnya gempa).

bagi2 dong kalo memang ada data yg diperlukan tsb. semoga bermanfaat.

salam,
syaiful
*mantan wellsite geologist maupun operation geologist...
(cuma belum pernah jadi mudloggers seperti pak sugeng dan kang shofi,
he..he..)

On 3/21/07, [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Jadi kembali terlintas untuk membahas ini, karena pertanyaan saya sama
dengan saudara nathan.
> Saya coba menganalisis dari informasi yang saya ketahui dan latar
belakang pengetahuan saya,
> Hanya pendapat pribadi, mohon maaf kalau ada yang salah atau sudah ada
yang membahas sebelumnya.
>
> Semburan lumpur sidoarjo terjadi bukan pada lubang bor, tetapi pada
sekitar sumur yang telah dibor.
> Untuk coba membuktikan apakah ini karena  "under ground blowout" atau
gempa, Tentu sangat membantu utk menganalisanya, apabila kita mumpunyai data
LOT dan dan estimasi Formation Pressure dari SIDPP (shut in drill pipe
pressure).
> - Data LOT seharusnya wajib ada, karena well ini adalah exploration
well.  Kalau tidak ada, tentu sudah ada prosedur yang salah dalam aktifitas
pengeboran ini.
> - Nilai FP dapat dikalkulasi dari pressure yang terrecord disurface saat
kick terjadi, atau dikenal dengan SIDPP .
>
> Ada dua pendapat saya dengan memperbandingkan kedua nilai tersebut.
>
> 1. Underground blow out "hanya dan hanya" dapat terjadi bila harga LOT
lebih kecil dari FP.
> Dorongan dari formasi pasti dapat memecahkan batuan yang memiliki
kekuatan paling lemah, yang tercermin dari seberapa besar nilai LOT nya.
> Sehingga keluarnya over pressure zone ke surface tidak memalalui lubang
bor asalnya, hal karena sumur sudah ditutup (BOP?).
> Karena terhalang keatas, over pressure akan keluar melalui rekahan2
batuan yang telah dipecahkannya.
> Dalam hal ini, saya lebih condong untuk mengatakan bahwa peristiwa di
trigger oleh aktivitas pengeboran.
>
> 2.  Bila LOT lebih besar dari FP, tentunya batuan/formasi dibawah shoe
dapat menahan dorongan dari formasi, walaupun formasi tersebut belum di
casing.
> Dalam hal ini, saya lebih condong untuk mengatakan bahwa peristiwa Lusi
karena gempa.
>
> Mudah2an data diatas tersedia dan ada yang bersedia untuk
menginfokannya.
>
> Best Regards,
> ROMDONI
> Operation Geologist
> Eni Indonesia
>
> Phone: 021-52997254
> HP: 081381877717
> Email: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
>
> "Nataniel Mangiwa" <[EMAIL PROTECTED]>
>
> 03/21/2007 01:41 PM
> Please respond to iagi-net
>
>         To:        iagi-net@iagi.or.id
>         cc:
>         Subject:        Re: [iagi-net-l] Respon-3 Surat Terbuka Kepada
Ketua Umum IAGI
>
>
>
>
> Seandainya ada gempa di Jogja, dan BJP-1 tidak di tajak (tidak di
> spud) apa tetap akan ada LUSI? Just curious aja..
>

Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]


----------------------------------------------------------------------------
Hot News!!!
CALL FOR PAPERS: send your abstract by 30 March 2007 to
[EMAIL PROTECTED]
Joint Convention Bali 2007 - The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the
29th IATMI Annual Convention and Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------






--
Mohammad Syaiful - Explorationist
Mobile: 62-812-9372808
Email: [EMAIL PROTECTED]

Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)
Head Office:
Jl. Tebet Barat Dalam III No.2-B Jakarta 12810 Indonesia
Phone: 62-21-8356276 Fax: 62-21-83784140
Email: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke