Rupanya Pak Maryanto begitu fasih bisa cerita sejarah pendidikan kita sejak 
jaman kolonial, masa revolusi dan sampai sekarang. Trimakasih, ini bisa 
menambah pengetahuan kita. 
Saya teringat pengalaman sekitar tahun 1960-an, waktu itu murid SR (Sekolah 
Rakyat). Karena keluarga saya banyak yang jadi guru, di rumah ada beberapa buku 
tebal (5 cm) yang isinya sangat menarik: ada pelajaran bahasa, ilmu alam, ilmu 
hayat, psikologi, juga didaktik-metodik dan pedagogik dll lengkap dengan 
gambar-2 yang menarik. 
Kalau tidak salah ini merupakan buku pegangan wajib para murid calon Guru (SGB 
maupun SGA?); jadi mereka dibekali banyak ilmu. Saya sangat terkesan dengan 
buku ini, dan pada bagian atas tertulis (saya ingat terus): "Kementerian P dan 
K Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru Bandung Dilarang Mengutip". Waktu itu 
saya tidak paham apa arti kalimat ini.
Kalau tidak salah, Alm.Pak Baiquni itu sahabatnya Alm.Pak Soetami (gemblengan 
ITB, Menteri PU) ketika masih di SMA (Solo?) konon nilai di raport kalau tidak 
10 ya 9.
 
Salam,
Sugeng

________________________________

From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tue 4/3/2007 6:03 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI


Mas Ismail,
 
Hem..., critanya jadi panjang. Sekolah Indonesia, ada sejak pageblug Banyumas 
1847, Belanda perlu asisten dokter. Di didiklah pribumi di Rumah Sakit Militer 
Weltervreden, masuk 30 orang pada 1851. Pendidikan selama 2 th, lalu 3 th, lalu 
sejak 1900 jadi STOVIA, dan th 1913 penmdidikan selama 7 th, lalu berubah jadi 
10, th, juga lalu jadi 8 th, dst.
 
Lahirlah dokter-dokter Indonesia. Ada Dr Wahidin, Ki Hajar Dewantoro, Dr. 
Tjipto Mangoen Koesoema, dll. Juga teknik di jln Ganesya itu lahirkan Ir. 
Soekarno. 70'an orang sarjana  pada kemerdekaan 1945. Ya hanya 70'an sarhana. 
Kini pun hanya 2 juta yang pernah terdaftar di perguruan tinggi. Berap persen 
dari penduduk Indonesai ? Kini 230 juta, nah yang telah meninggal sejak 1945 ? 
Intinya hanya paling 1 % yang sudah pernah masuk PT. Ya, termasuk anomali bagi 
yang sudah terdaftar di PT, normalnya, 99 %, tak terdaftar.
 
STOVIA JKT, jadi UI di 1945. NIAS Surabaya jadi UNAIR. Nah, yang di perlukan 
permulaan adalah ilmu, maka perlu di cetak guru-guru. Semula masuk Fakultas 
Pedagodik di UGM atau UI, Maka di pisah, menjadi IKIP. Banyajk IKIP di banyak 
kota di Indonesia. Kini karena tak perlu guru lagi, maka ya di suruh di rubah 
jadi Universitas, termasuk ITB.
 
Paedagogik UNPAD, juga pisah, jadi IKIP Bandung, lalu kini jadi UPI (eh lucu 
singkatannya Mas Ismail tentang UPI itu: Universitas Padahal IKIP). 
 
Ya, saya kebetulan macem-macem basiknya. Wah bagus itu kalau dari geologi, lalu 
geofisika, lalu s2 listrik. Di perusahaan minyak sono, Jurusan listrik jadi 
juragan paling atas terus, atau banyak.
 
Ya, Prof Mugiono, memang sedang dirikan S2 waktu th. 83/84 itu. Memang beliau 
dedengkot kuat, pendiri Geofisika Indonesia itu. Ya, sama-sama kuat dengan 
Prof. Achmad Baiquni (atom-inti). Merka assisten Prof. Johannes di FMIPA UGM 
itu.
 
Salam,
Maryanto.

________________________________

From: Ismail Zaini [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, March 31, 2007 10:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI


Pak Maryanto, Jadi UI itu ibaratnya ibunya Univ di Indonesia ya, yang telah 
melahirkan ITB , IPB dan UGM , kalau IKIP itu dulu induknya apa ya ? Sekarang 
anaknya menjadi UNJ ( Univ Neg Jakarta) UNY ( Univ Neg Yogya) UNS ( Univ Neg 
Semarang0 dst , Cuma di Bandung ( IKIP Bandung ) bukannya menjadi UNB ( Univ 
Neg Bandung ) tapi menjadi UPI ( Universitas Padahal IKIP)
Pak SALAM, ini dasar pendidikannya cem -macem , petama Listrik kemudian 
Geofisik dan baru gelogi ( master ), Kalau dibalik mungkin agak susah ya dulu ( 
geologi terus geofisika baru Listrik nya yang S2 )
Aku masih ingat dulu tahun 83/84 ditawari Prof Mugiono ( Almarhum ) untuk masuk 
programnya beliau di MIPA yang baru beliau dirikan ( S2 Geofisika ) cuma 
setelah lihat brosurnya saya "takut' kok isinya "rumus rumus semuanya "  >  
Waktu itu saya mbantu beliau dalam proyeknya ( seismik telemetering untuk 
Gn.Merapi yg kerjasama dg salah satu  Univ  dari Jerman ) bersama Pak Kirbani 
dan Pak Fedheli yang ahli instrumen pada waktu itu .
 
Salam
 
ISM
 

        ----- Original Message ----- 
        From: Maryanto (Maryant) <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
        To: miko <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
        Cc: iagi-net@iagi.or.id 
        Sent: Thursday, March 29, 2007 5:26 PM
        Subject: RE: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI

        Pak Miko, 
         
        Terimakasih atas balasannya. Kalau jaman Pak Miko, misal angkatan 
1960-1965 itu, maka apa masih ingat, apa saja fakultas dan jurusan ? Bisa 
cerita sedikit tentang kondisi kampus sa'at itu ?
         
        Yang saya tahu : 
        Perguruan tinggi tertua di Indonesia memang di Bandung ini, terutama 
teknologi. Bogor sebagai pertaniannya, berdiri karena juga Kebun rayanya. JKT 
ikutan dengan SCOTIA, terutama kedokteran, di prakarsai Dr. Tjipto Mangoen 
Koesoema, di pinggiran rawa, ya kampung Rawamangun,  oleh orang kelahiran 
daerah rawa juga, Ambarawa (Jateng) itu.
         
        Sekolah-sekolah dasar, di mulai dari pelajaran yang muridnya di sebut 
santri, juga cantrik. Daerahnya di sebut pe-santri-an, lalu jadi pesantren. 
Lalu  Ki Haji Achmad Dahlan (kraton Mataram Yogya) buat Muhammadiyahnya, 18 Nop 
1912. Lalu Ki Hadjar Dewantoro (kraton Pakualaman Yogja) buat Taman Siswo, 3 
Juli 1922 (ngapalnya "digajuli doak-doak"). 
         
        Ramelah Jogja jadi pusat pendidikan dasar-menengah-atas. UII 
"Universitas Islam Indonesia", dirikan di JKT oleh Moh Hatta, karena pusat 
ibukota pindah ke Jogya, ya di bawa ke Jogja, dan tak kembali ke JKT. UGM 1949, 
hadiah tanah kraton HB IX kampus Bulaksumur (dan sementara sebagian di 
bangunan-bangunan kraton). Sebelum 1945, Kampus Jetis, Jogja, dasar utamanya 
untuk wong Londo, lalu sekolah guru, sekolah "menengah" teknik. Lalu sesudahnya 
jadi kampus Geologi UGM, ST, 9 STM. 
         
        Seratusan perguruan tinggi, tumbuh-ngumpul di Yogja, terbanyak/terapat 
di dunia mestinya (Adakah di ujung dunia yang bisa klim sebanyak ini ? ). 
Bersamaan lalu pendidikan terus bermunculan di setiap propinsi sebagai 
anak-cucu PT besar itu (UI-UII-UGM-ITB-IPB-Unair). 
         
        Kebutuhan pasar tenaga kerja terus mingkat hingga 1982, namun lalu 
terus menurun hingga 2000, malaise (1997-2004), dan kini meningkat lagi. 
Berubahlah, keuangan tak banyak di bantu pemerintah, dan di suruh cari duit 
sendiri, "pabrik pengetahuan".
         
        Tetap saja, grafik-grafik primbonku banyak bisa terangkan evolusi 
kebudayaan itu, berdasar angka-angka pasar tenaga kerja "employment", discount 
rate, malaise, curah hujan, dst. Sebagai wong "ilmu alam", maunya semua yang di 
alam mau di analisa.
         
        Salam,
        Maryanto.
        (Si "Salam" itu dari STM N-1 Jurusan listrik Jetis Yogja itu, 
1974-1976, setelah 6 th di SD dan 2 th di SD Lanjutan IKIP Yogya di Pakem 
tempat "Pesangrahan"-ne Kraton Mataram, lalu Jurusan Ilmu Alam "Fisika 
(Geofisika)" FMIPA UGM, Master Geologi ITB 2001-2003) . 
________________________________

        From: miko [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        Sent: Thursday, March 29, 2007 7:39 PM
        To: Maryanto (Maryant)
        Cc: iagi-net@iagi.or.id
        Subject: Re: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI
        
        
        Pak Maryanto yth,
         
        Nama-nama fakultas/jurusan di luar Geologi ITB sebelum 2 Maret 1959 ? 
Waduh, maaf saya tidak tahu. Terima kasih atas informasinya tentang sejarah ITB,
         
        Salam hormat, miko

                ----- Original Message ----- 
                From: Maryanto (Maryant) <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  
                To: iagi-net@iagi.or.id 
                Sent: Tuesday, March 27, 2007 3:32 PM
                Subject: RE: [iagi-net-l] GEA ITB RE-UNI

                Pak Miko,
                 
                Apa tahu nama Fakultas-fakultas, serta jurusan-jurusan  di luar 
Geologi ( ITB)  sebelum 2 Maret 1959 ? 
                 
                Ini yang saya tahu - Sejarah ITB:
                1920-1943 : Berdiri 3 Juli 1920, sebagai De Techniche 
Hoogeschool te Bandung dengan satu fakultas de Faculteit van Technische 
Wetenschap dengan satu jurusan de afdeeling der Weg en Waterbouw. 
                1943-1945: masa Jepang ada 3 jurusan : Bangunan air, Bangunan 
Gedung, Kimia.
                1945-1949:  Jadi bagian dari UI, dan karena Ibu kota di Jogja, 
maka kuliah di Jogja (Kotabaru). 
                1949- 1959: Jadi bagian dari UI, kuliah di Jl. Ganesya. Apa ya 
nama Fakultasnya, jurusannya ? Inikan banyak hasilkan pakar-pakar juga dari 
geologi.
                 
                2 Maret 1959 - kini:  ITB.
                 
                Salam,
                Maryanto.

Kirim email ke