Bang Batara,

Dulu di balikpapan beberapa rekan geologi dan reservoir engineer yang tergabung 
dalam organisasi IPA dan SPE juga melakukan hal yang sama yaitu pengenalan ilmu 
kebumian ke siswa-siswi SMA.

Bahkan ada beberapa aktifitas seperti ekskursi ke beberapa singkapan di kota 
balikpapan. Tujuannya adalah memberikan wawasan tentang ilmu kebumian dan juga 
menerangkan bagaimana minyak mampu terbentuk di kota minyak Balikpapan. Selain 
itu ada salah satu guru di STM yang meminta kita untuk dapat meluangkan waktu 
di hari sabtu untuk dapat berbagi ilmu dan itu juga kita lakukan. Bahkan sampai 
terbentuk STT Migas yang kalau tidak salah ada rekan dari TOTAL Indonesia yang 
duduk di salah satu posisi dalam STT tersebut. 

Tapi sayang beberapa rekan geologi yang ada di balikpapan sekarang banyak yang 
cabut (maaf...termasuk saya) sehingga beberapa aktifitas yang pernah dibina 
agak tersendat. Salah satu cara yang masih dapat dibina adalah dengan menulis 
di blog yang seperti dilakukan Pakde Rovicky (nuwun sewu pakde ikut-ikutan 
nulis) dan meminta mereka untuk access ke blog yang dibuat. Karena mungkin 
hanya inilah yang bisa dilakukan sekarang (itung2 niru long distance study). 
Semoga saja bisa bermanfaat buat yang memerlukannya.

Btw, ini Bang Batara S. yang dulu di Cal Energy ya? Semoga saja betul. Ini 
Doddy yang dulu jadi wellsite di Patuha (back 2 back dengan Tony). Semoga saja 
masih ingat. (oouupssstt...maaf pake jalur umum)

 

-ds-

 

 

________________________________

From: Batara Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, May 30, 2007 1:57 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Kalau di Duri dulu, kami bikin semacam kuliah umum ttg peminyakan (geol, geop, 
prod, dll) buat para murid SLTA.

Sekarang ini kepikiran juga kalau kita yang punya anak sekolah di SD/SMP/SMA 
menawarkan diri memberi semacam kuliah umum bagi anak-anak sekelas anak kita 
atau seangkatan anak kita dst. Disini kita bisa tularkan sedikit pengetahuan 
dan kepedulian ttg bencana (dlm kaitan dgn geol) dll. Kalau 500 orang anggota 
milis ini melakukannya, dan masing-masing memberi kulum 1 kali dlm setahun utk 
1 kelas (40 siswa), maka 20.000 siswa tertularkan dgn baik. Kalau mereka 
masing-masing cerita dirumahnya ke 1 anggota keluarga, maka isi kulum bisa 
tertularkan pada 40.000 orang. Kalau kita lakukan ini 2 kali setahun, maka 
80.000 orang tertularkan, kalau..kalau...kalau... kalau kita syik saja ngobrol 
di milis ini, tak ada yg tertularkan bo.....

 

bat

        ----- Original Message ----- 

        From: Parvita Siregar <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  

        To: iagi-net@iagi.or.id 

        Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:21 AM

        Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

         

        Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau 
soal tulis menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak 
Muman?  Mas Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka 
ga ngerti, hehe. 

        Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak 
jawa itu.  

         

        Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah 
apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya 
dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk 
geologi.  Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 

         

        Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene 
kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi?

         

        Parvita H. Siregar

        Salamander Energy

        Jakarta-Indonesia

         

         

        Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is 
confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient 
only and may contain information that is privileded, confidential or exempt 
from disclosure.  If you have received this email in error, please advise us 
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, 
distributing or taking any action in reliance on the contents of this 
information is strictly prohibited.

        
________________________________


        From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
        To: iagi-net@iagi.or.id
        Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

         

        Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good 
news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat 
kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik 
sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti 
ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 

         

        Salam,

        awang

         

        From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
        To: iagi-net@iagi.or.id
        Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

         

        >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
bombastis. 

        Pak Awang,

        Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit 
tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

        Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau 
memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk 
ditampilkan..?

         

         

        salam,

        
         

        ----- Original Message ----
        From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
        To: iagi-net@iagi.or.id
        Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
        Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

        Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku 
dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist 
akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang 
dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan 
patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling 
dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

         

        Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan 
bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

         

        Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para 
geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

         

        Salam,

        awang

         

         

        From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
<mailto:%5bmailto:[EMAIL PROTECTED]>  On
        > Behalf Of asep hikmat
        > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
        > To: ex FEUP79; sma2bandung
        > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
        >
        > FYI
        >
        > Menurut CNN,
        > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang 
bergerak
        > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng 
bumi di
        > selatan pulau jawa.
        > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) 
akan
        ada
        > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
        > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai 
putus di
        > tangan kamu !
        >
        > Mudah²an tidak akan terjadi......
         

        ----- Original Message ----
        From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
        To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
<[EMAIL PROTECTED]>
        Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
        Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?
        
        Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan 
kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).
        
        Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana 
sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 
        
        Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul 
dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu 
ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan 
adrenalin.
        
        Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan 
fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang 
mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  
        
        Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin 
punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena 
alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa 
takut (trauma). 
        Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?
        
        RDP
        "Hanya bisa mendongeng"
        
        ===
        bagai mana dengan berita di kompas ini
        http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm
        
        Sabtu, 26 Mei 2007
        
        Patahan Sunda
        Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera
        
        
        Mu'man Nuryana
        
        Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga 
tahun terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah 
satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.
        
        Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.
        
        Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang 
pernah dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi 
kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal 
di situ, maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko 
bencana.
        
        Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan 
rekonstruksi pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang 
yang telah menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang 
diharapkan.
        
        Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas 
pembangunan nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi 
pasca-bencana. Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak 
gampang karena perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber 
daya yang luar biasa besar.
        
        Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan 
dengan pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah 
yang relatif lebih aman.
        
        Muasal semua gempa
        
        Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau 
Andaman dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir di 
Tanimbar. Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan Sunda 
Besar dan Sunda Kecil.
        
        Patahan ini termasuk ke dalam tipe convergent boundary, di mana dua 
buah lempeng permukaan bumi-Eurasian Plate dan Indian-Australian Plate-dalam 
proses bertumbukan (subduction). Di atas Sunda Plate inilah terhampar 
pulau-pulau besar dan kecil, laksana mutu manikam di khatulistiwa yang dikenal 
dengan Kepulauan Nusantara, sebuah kompleks kepulauan terbesar di dunia.
        
        Patahan Sunda adalah sebuah contoh klasik dari patahan vulkanik. 
Deformasi tektonik sepanjang zone subduksi Patahan Sunda inilah yang 
menimbulkan gempa bumi di Samudra Hindia tanggal 26 Desember 2004. Begitu pula 
peristiwa gempa bumi di Nias (28 Maret 2005), di Yogyakarta (27 Mei 2006), di 
Pangandaran (17 Juli 2006), dan di Padang (6 Maret 2007). Semua disebabkan oleh 
aktivitas Patahan Sunda.
        
        Masih banyak lagi peristiwa gempa bumi dengan magnitude lebih rendah 
yang tidak menimbulkan korban manusia dan kerugian harta benda, sehingga kurang 
mendapat perhatian masyarakat. Padahal, ini semua merupakan tanda-tanda alam 
yang memberikan peringatan kepada manusia untuk berpikir.
        
        Fenomena yang sama muncul pada April tahun 1815 dengan sebuah ledakan 
cataclysmic volcano Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, yang merupakan sebuah 
letusan paling kuat yang tercatat dalam sejarah. Debu vulkanik Tambora sampai 
menutupi langit berbulan-bulan lamanya sehingga menurunkan temperatur bumi 
sampai 3 derajat Celsius.
        
        Meskipun telah setahun pasca-letusan Tambora pada waktu itu, hampir 
semua lapisan hemisphere di belahan utara mengalami temperatur lebih dingin 
selama bulan-bulan musim panas. Masyarakat di sebagian Benua Eropa dan Amerika 
Utara mengenal tahun 1816 itu sebagai "the year without a summer", akibat 
tertutupnya permukaan bumi oleh awan debu dari vulkanik Tambora.
        
        Ancaman eksistensial
        
        Motivasi tulisan ini sekadar mengingatkan bahwa aktivitas seismik 
Patahan Sunda adalah sebuah ancaman paling realistis dan serius dewasa ini bagi 
keberlanjutan bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang tinggal di Pulau 
Sumatera dan Jawa.
        
        Di lepas pantai barat Pulau Sumatera dan lepas pantai selatan Pulau 
Jawa, terbentang Patahan Sunda yang menakutkan, seperti dilukiskan dalam konsep 
mitologi Jawa Kuno; yang menyebut Laut Hindia sebagai "Laut Kidul" yang penuh 
misteri karena memiliki palung laut paling dalam di dunia (7,725 meter) setelah 
Patahan Diamantina di Lautan Hindia (8,047 m).
        
        Subduksi atau benturan antara Eurasian Plate dan India-Australian Plate 
itu dikenal dengan Patahan Sunda dengan aktivitas seismik yang semakin intensif 
akhir-akhir ini. Apakah fenomena alam ini perlu dihiraukan atau biarkan saja 
berlalu bagai air mengalir di sungai? Jawabannya bergantung pada kita sendiri. 
Kalau gempa bumi di Pulau Sumatera dan Jawa dinilai sebagai peristiwa alam 
biasa, maka kita cukup menjalaninya saja sebagai sebuah realitas dalam 
kehidupan sehari-hari.
        
        Akan tetapi, kalau kita berpikir untuk kepentingan eksistensi bangsa 
Indonesia dalam kerangka jangka panjang, maka bencana alam akhir-akhir ini 
dapat menjadi sebuah informasi penting bagi kajian lebih lanjut. Dengan begitu 
didapatkan sebuah landasan berpikir ilmiah untuk mendukung sebuah kebijakan 
nasional berupa migrasi penduduk untuk kepentingan eksistensi sebuah bangsa 
Indonesia dalam kerangka jangka panjang.
        
        Migrasi besar-besaran
        
        Cukup beralasan bila mulai berpikir tentang konsep migrasi penduduk 
dalam skala besar dalam konteks jangka panjang bagi mereka yang tinggal di 
Pulau Sumatera dan Jawa ke pulau lain yang relatif lebih aman. Di dalam 
Nusantara sendiri, Indonesia memiliki Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang 
relatif aman bagi permukiman penduduk.
        
        Bahkan, kalau perlu memikirkan bagaimana agar bisa mengembangkan 
permukiman penduduk di daerah baru di Benua Australia bagian utara karena lebih 
mudah terjangkau dan lebih aman. Benua yang demikian luas itu belum mampu 
dimanfaatkan secara optimal oleh penduduknya untuk permukiman dalam skala besar.
        
        Benua itu pada hakikatnya adalah tanah milik bangsa Aborigin yang 
serumpun dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Hanya karena konsep 
kolonialisasi yang diterapkan oleh pemerintah kolonial sehingga muncul 
batas-batas antarnegara, di mana penduduk serumpun sudah tidak bisa lagi saling 
bersilaturahmi dan berbagi tanah bagi kehidupan bersama.
        
        Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, 
Irlandia) bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar 
wilayah negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong, 
Macao), Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa 
bangsa-bangsa Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan motivasi 
yang lebih mulia, yakni kemanusiaan? Kalau dahulu bangsa Eropa melakukan 
ekspansi karena alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam, tetapi kita 
dapat melakukan hal yang sama atas dasar keselamatan dan eksistensi manusia.
        
        Kerja sama internasional dapat membuka ruang bagi kita untuk memperoleh 
hak hidup lebih layak dan aman. Apa artinya warga dunia menyebut dirinya 
sebagai "komunitas global" kalau dalam situasi kesulitan seperti yang kita 
hadapi mereka tidak mampu memberikan solusi yang lebih adil....
        
        Mu'man Nuryana Peneliti Tamu di Hosei School of Policy Sciences, 
Universitas Hosei, Tokyo
        
        -- 
        http://rovicky.wordpress.com/

         

         

        
________________________________


        Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
        Visit the Yahoo! Auto Green Center. 
<http://us.rd.yahoo.com/evt=48246/*http:/autos.yahoo.com/green_center/;_ylc=X3oDMTE5cDF2bXZzBF9TAzk3MTA3MDc2BHNlYwNtYWlsdGFncwRzbGsDZ3JlZW4tY2VudGVy>
 

         

         

        
________________________________


        Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
        Play Monopoly Here and Now 
<http://us.rd.yahoo.com/evt=48223/*http:/get.games.yahoo.com/proddesc?gamekey=monopolyherenow>
  (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.

Kirim email ke