Hi...hi... PR lagi buat Caketum........mumet Caketumnya...... gampang saja, nanti Ketua IAGI terpilih dengan gaya kayak pak Guru ke muridnya tinggal bilang ke Pemda setempat....bapak-bapak sekalian, ingat pelajaran waktu SD dulu yaaaa, kalo hutan digunduli akibatnya apa bapak-bapak sekalian??? ban...ban....apa bapak-bapak sekalian?? banjiiirrrrrr.....pak Guruuuu......(jawab bapak-bapak dari Pemda)
On 6/30/08, Bambang Satya Murti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lha ini, PR buat kandidat Ketum yang baru... > Berani nggak menyuarakannya? Ini akan memperkuat nilai tawar IAGI lho... > Berdayakan PENGDA yang seabreg yang sudah dirintis oleh Ketum terdahulu > lah... > Waktunya roadshow lagi nih... > Bambang > (gregeten dg IAGI yang mati suri) > > > ----- Original Message ---- > From: Hendratno Agus <[EMAIL PROTECTED]> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 30, 2008 9:40:16 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Pelajaran Buruk Morowali > > itu terjadi karena pemerintah pusat dan daerah sejak awal tidak pernah > berpikir tentang alokasi wilayah pertambangan yang dapat dikembangkan. Kalau > ada alokasi wilayah usaha pertambangan, maka idealnya tidak semena-mena > pemerintah (apalagi bupati) mengeluarkan ijin KP semau gue. Mestinya di > setiap kabupaten, ada wilayah yang boleh dikembangkan untuk pertambangan dan > ada wilayah yang tidak boleh ditambang, sekalipun di dalamnya ada potensi > yang signifikan, tapi resiko lingkungan lebih besar, jika ditambang. Hal ini > yang "tidak pernah ada" dalam pikiran dan regulasi pemerintah dari pusat > sampai daerah. Tata ruang selama ini tdk mencerminkan sama sekali dengan > kondisi riil di lapangan atau sejarah geologi wilayah tersebut. > > salam, agus hendratno dari Wilis > > --- On Sun, 6/29/08, mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: mohammad syaiful <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Pelajaran Buruk Morowali > To: iagi-net@iagi.or.id > Date: Sunday, June 29, 2008, 10:23 PM > > apakah yg bisa diperbuat oleh iagi? > > On Sun, Jun 29, 2008 at 5:28 AM, ET Paripurno <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > kawan2 terhormat, ini info dari tetangga. > > demikankah? > > > > et > > > > > > Pelajaran Buruk Morowali > > > > on Thursday, 26 June 2008 > > > > > > Jika saja pemerintah berpikir panjang – lebih panjang dari usia jabatan > > mereka yang dipilih lewat Pemilu dan Pilkada. Pasti akan berpikir ulang > > memilih pertambangan - yang tak terbarukan dan berumur pendek, sebagai > > pilihan utama ekonomi daerahnya. > > > > *** > > Masih ingat banjir dan tanah longsor Morowali di Sulawesi tengah? Tahun > > lalu, lebih 71 orang meninggal, puluhan lainnya dirawat di rumah sakit, > > ribuan orang mengungsi dan tak terhitung kerugian materi yang hilang. Tak > > hanya tahun lalu, setidaknya 10 tahun terakhir, banjir dan longsor jadi > > langganan di Morowali. Dan tahun 2007 yang terparah. > > > > Walhi Sulawesi tengah menyoroti tingginya laju hutan sebagai pemicu > > terjadinya banjir. Sepanjang 2001 hingga 2007, penggundulan hutan > mencapai > > 42,27 ribu ha pertahun. Dengan laju kerusakan itu, hutan Morowali akan > > musnah pada 2027. Apalagi diwaktu yang sama, pemerintah telah > mengeluarkan > > izin pembukaan lahan hutan seluas 253.418 ha untuk kebun skala besar > sawit, > > pertambangan dan penebangan kayu. Dari luasan itu, lebih separuhnya > adalah > > pertambangan. > > > > Dan tahun ini, banjir berkunjung lagi. Ada tujuh desa terendam banjir. > > Lagi-lagi, yang terendam adalah lokasi bencana yang sama tahun lalu. > Banjir > > kali ini akibat luapan Sungai Siombo, Makato, dan Pirangan, sungai yang > sama > > yang meluap Juli 2007 lalu. > > > > Rupanya untuk urusan banjir, Morowali sudah mirip Jakarta. Banjir > berulang > > karena penyebab yang sama dan di lokasi yang sama diperlakukan sama : > bagai > > bencana mendadak. Penggalangan bantuan banjir menjadi kegiatan utama saat > > banjir datang, Begitu banjir reda, penyebab banjir tak dibicarakan lagi. > > > > Saat banjir datang, penggalangan bantuan digalakkan, dana penanganan > > bencana mengucur deras. Mungkin menangani banjir lebih menarik buat > pemda > > Morowali – juga daerah lainnya. Banjir bisa menghasilkan proyek-proyek > > infrastruktur baru. Dan bisa jadi lahan korupsi baru. Itulah mengapa > > pekerjaan rumah mencegah terjadinya banjir jarang menampakkan hasil. > > > > Bagi pemerintah di banyak tempat, banjir seolah berkah. Jika tak percaya, > > coba lihat pilihan-pilihan pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah > pusat > > dan daerah saat ini. Bagai jauh panggang dari api. Pilihan malah jatuh > pada > > pembukaan kebun skala besar sawit dan pertambangan, yang rakus lahan dan > > air. Begitupun Morowali. > > > > Menurut Sahabat Morowali, Bupati Daltin Tamalagi dan penggantinya saat > ini, > > telah mengeluarkan sekitar 156 ijin Kuasa Pertambangan. Sebagian besar > untuk > > tambang Nikel dan Chrom. > > > > Setiap perijinan luasannya bisa mencapai 2 ribu hingga 3 ribu ha. Ini > belum > > terhitung ijin Kontrak Karya milik PT Inco dan Rio Tinto – perusahaan > > Inggris, yang belum tuntas. > > > > Dalam dua tahun terakhir, Morowali banyak dikunjungi para pengusaha > China.. > > Merekalah yang tertarik menambang bijih Nikel. Mereka datang ke daerah > yang > > kaya Nikel dan berusaha mendapat Kuasa Pertambangan. > > > > Meskipun judulnya adalah usaha tambang Nikel, tapi sebenarnya tambang- > > tambang itu diperlakukan mirip galian sirtu. Ini cara yang paling > primitif > > dalam teknik penambangan. Permukaan tanah disingkap, bijih Nikel digali > dan > > diangkut ke negara lain untuk ekspor. Tak ada pembangunan pabrik Nikel, > tak > > ada pengolahan menjadi Nikel. Hanya tanah batuan yang diangkut. > > > > Kabarnya Pemda malah memfasilitasi perusahaan melakukan transaksi > pembebasan > > tanah dengan warga. Untuk tiap metrik ton bijih Nikel yang diangkut, sang > > pengusaha cukup membayar Rp 5000 untuk warga. Rp 2500 diberikan tunai, > > separuhnya untuk kegiatan pengembangan masyarakat. > > > > Tak hanya Morowali, di Sulawesi Tenggara juga melakukan hal yang sama. > Saat > > ini lebih 120 perijinan pertambangan yang dikeluarkan. Bahkan pulau > sekecil > > Kabaena yang luasnya tak sampai 100 ribu ha, punya 22 konsesi > pertambangan. > > Salah satunya adalah konsesi PT Inco, tambang Nikel raksasa milik asing. > > > > Contoh lainnya Kalimantan Selatan. Hingga tahun 2005, setidaknya 1,2 juta > ha > > lebih daratan yang punya ijin pertambangan. Dinas Pertambangan Kalsel – > > dikutip Radar Banjar, menyebut tahun lalu, terdapat 400 lebih izin usaha > > pertambangan di Kalsel. Sejumlah 379 izin diantaranya, diterbitkan para > > bupati. > > > > Bulan Juni 2006, banjir menyapu empat kabupaten, yaitu Banjar, Tanah > Laut, > > Tanah Bumbu dan Kotabaru. Hasil analisa citra Lembaga Penerbangan Dan > > Antariksa Nasional (LAPAN) menunjukkan kejadian itu disebabkan beberapa > > faktor, yaitu curah hujan yang relatif tinggi, posisi topografi yang > rawan > > bencana banjir dan kondisi penutup atau penggunaan lahan yang telah > banyak > > menjadi lahan-lahan terbuka, baik pada daerah hilir maupun hulu. > > > > Kawasan terbuka itu terkait dengan pengerukan batubara. Pada daerah yang > > dilanda banjir, seperti kecamatan Kintap di Tanah Laut dan kecamatan > Satui > > di Tanah Bumbu, sedikitnya 27 perusahaan dengan luas konsesi lebih dari > 111 > > ribu ha, semua menambang pas di kawasan hulu. > > > > Tahun-tahun berikutnya Tanah laut dan tanah Bumubu langganan banjir. > > > > Dan ongkos banjir ini tak sedikit. Dalam dua tahun terakhir, banjir > membuat > > pasokan batubara untuk PLTU asam-asam terganggu. Lokasi dan jalan ke luar > > maupun masuk tambang terendam air setinggi satu meter. PLN akhirnya > > menurunkan daya listriknya dan melakukan pemadaman bergilir. Belum lagi > > kerugian akibat rusaknya infrastruktur dan perekonomian desa-desa korban > > banjir. > > > > Jika saja pemerintah disana tak malas menghitung, pasti ketemu jumlah > > defisit antara pemasukan hasil kerukan batubara dengan besaran kerugian > yang > > dialami karena banjir. > > > > Jika saja pemerintah berpikir panjang – lebih panjang dari usia jabatan > > mereka yang dipilih lewat Pemilu dan Pilkada. Pasti akan berpikir ulang, > > memilih pertambangan - yang tak terbarukan dan berumur pendek, sebagai > > pilihan utama ekonomi daerahnya. > > > > Apalagi sebagian besar kerukan mineral dan batubara itu digunakan untuk > > sebesar-besarnya kebutuhan asing. > > > > > > > > > > -- > > > > "hidup adalah perjuangan.ibadah yang tidak mengenal kalah atau > menang" > > > > > > -- > Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist > Mobile: 62-812-9372808 > Emails: > [EMAIL PROTECTED] (business) > [EMAIL PROTECTED] > > Technical Manager of > Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) > > > -------------------------------------------------------------------------------- > PIT IAGI KE-37 (BANDUNG) > * acara utama: 27-28 Agustus 2008 > * penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008 > * pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008 > * batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008 > * abstrak / makalah dikirimkan ke: > www.grdc.esdm.go.id/aplod > username: iagi2008 > password: masukdanaplod > > > -------------------------------------------------------------------------------- > PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011: > * pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008 > * penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung > AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! > > > ----------------------------------------------------------------------------- > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > --------------------------------------------------------------------- > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted > on > its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI > and > its members be liable for any, including but not limited to direct or > indirect > damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, > data or > profits, arising out of or in connection with the use of any information > posted > on IAGI mailing list. > --------------------------------------------------------------------- > > >