Seorang mahasiswa mengirim e-mail kepada saya, mengeluhkan abstraknya ditolak 
suatu forum pertemuan ilmiah, dan menanyakan bagaimana kiat menulis abstrak 
agar bisa lolos seleksi.
 
Saya menjawab emailnya bahwa penolakan abstrak adalah sebuah risiko pengiriman 
abstrak, sama halnya bahwa seseorang harus bersiap ditolak permintaannya bila 
mengajukan suatu permintaan. Bila tidak ingin ditolak, tentu jangan pernah 
mengajukan atau meminta sesuatu. Tetapi, itu tentu bukan cara yang baik. 
Meminta atau mengajukan sesuatu punya peluang 1 : 1 (bisa ditolak, bisa 
diterima). Sementara bila tidak pernah mengajukan atau meminta, maka peluangnya 
0. Memilih dua kemungkinan itu, saya akan mencoba meminta /mengajukan sekalipun 
ada kemungkinan ditolak, siapa tahu malahan diterima. Dalam hal ini berlaku 
suatu kata-kata mutiara, ”you only fail when you only fail to try”. Untuk 
segala hal yang baik, patut dicoba. Yang jangan pernah dicoba adalah segala hal 
yang jahat (narkoba, misalnya, jangan pernah mencicipi narkoba – say no to 
drugs !)
 
Saya menjawab si mahasiswa dengan menceritakan pengalaman saya menulis 
makalah/artikel selama 20 tahun ini. Sampai sekarang pun, meskipun saya telah 
cukup senior sebagai penulis makalah, saya masih suka mengalami penolakan 
abstrak-abstrak /artikel2 yang saya ajukan.  Saya tak membiarkan abstrak2 saya 
yang ditolak tetap sebagai abstrak, saya tetap mengembangkannya sebagai makalah 
lengkap walaupun tak dipublikasikan, kelak akan aya ajukan lagi untuk 
dipublikasikan. Saya tak pernah merasa percuma membuat makalah2 lengkap dan 
artikel2 sekalipun tak diterima untuk dipublikasikan sebab menulis membuat saya 
belajar. 
 
Saya menyarankan kepada si mahasiswa : jangan membiarkan abstrak yang ditolak 
tetap sebagai abstrak. Tetap kembangkan menjadi makalah lengkap, dan ajukan 
lagi pada kesempatan berikutnya, atau ajukan ke forum lain, atau kirimkan ke 
jurnal2 ilmiah. Banyak forum pertemuan ilmiah menolak banyak abstrak karena 
mereka punya slot yang terbatas untuk presentasi. Seperti pertemuan IPA tahun 
ini, Panitia telah menerima sekitar 370 abstrak makalah, lebih dari setengahnya 
terpaksa ditolak sebab ruang dan waktu yang tersedia untuk presentasi lisan dan 
poster hanya untuk sekitar 160 makalah dalam dua hari pertemuan. 
 
Bila makalah ditulis bukan sebagai ringkasan penelitian yang telah selesai 
dilakukan, tetapi penelitian yang sedang berjalan,  maka abstrak biasanya 
ditulis saat penelitian berjalan 20 %. Dalam hal ini, menulis makalah 
lengkapnya adalah jalan menyelesaikan penelitian. Untuk jenis makalah seperti 
ini, maka menulis abstrak membuat pengetahuan si peneliti berkembang 20 % 
tentang tema penelitian, meneruskannya dengan melakukan berbagai penelitian 
(studi literatur, analisis, sintesis,dll.) akan menambahkan 80 % 
pengetahuannya. Maka setiap penulis yang menghentikan penelitiannya saat 
abstraknya ditolak, ia akan tetap berpengetahuan 20 %. 
 
Kalau saja tidak banyak penulis yang berhenti menulis saat abstraknya ditolak, 
tentu telah banyak abstrak yang ditolak telah menjadi makalah penuh, dan sebuah 
makalah penuh akan jauh lebih bermanfaat untuk pendidikan banyak orang 
dibandingkan sekedar abstrak.
 
Untuk adik2 mahasiswa khsususnya, teruslah meneliti dan menuliskannya, jangan 
berhenti saat abstrak penelitian/tulisan ditolak. Akan selalu ada kesempatan 
lain untuk mempublikasikannya. Abstrak yang ditolak bukan tanda kekalahan. 
Kekalahan adalah ketika abstrak ditolak lalu kita berhenti meneliti dan menulis.

 
salam,
awang


      

Kirim email ke