Ikut menambahkan dgn tulisan Pak Awang, Pulau Talaud dan Mayo adalah contoh real dari apa yg dinamakan "intra oceanic Thrusting", yang Talaud sdh mature sedangkan Mayo mungkin incipient. MOR Maluku sea mungkin sdh mati, tetapi dari jejak seismik Tomography MOR tsb masih mungkin aktif. Saya tidak tahu apakah ada yg pernah melakukann studi magnetic pattern dari kedua MORB yg bersebrangan di pulau Talaud?. Kalau episenter gempa sampai 20 km, sy lebih cenderung pusat gempa berasal dari oceanic slab, rasanya tebal suatu prisma akresi muda seperti di Talaud/Mayo tidak akan lebih dari 5 km, dan sudut dari Wadati Beniof zone kedua slab tsb lumayan besar. Tebal suatu oceanic crust hanya sekitar mak 7 km, kecuali oceanic plateau bisa mencapai 25 km. Rgds, AK
--- Pada Jum, 13/2/09, Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> menulis: Dari: Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com> Topik: [iagi-net-l] Gempa Sangihe-Talaud 7,4 SR (7,2 Mw) 12 Feb. 2009 Kepada: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, "Geo Unpad" <geo_un...@yahoogroups.com>, "Eksplorasi BPMIGAS" <eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com> Tanggal: Jumat, 13 Februari, 2009, 6:33 AM Sebuah gempa bermagnitude besar (7,4 SR / 7,2 Mw) menggoncangkan Laut Maluku dan pulau2 di sekitarnya di gugusan kepulauan Sangir/Sangihe - Talaud pada Kamis dini hari kemarin 12 Februari 2009 pukul 01.34 WITA. Gempa yang menyerang di tengah orang2 Sangir-Talaud tertidur lelap itu telah merusakkan 700 bangunan, hampir setengahnya rusak berat, melukai 42 orang : 10 luka berat, 2 tewas. Sekitar 5000 orang terpaksa mengungsi dan tidur di udara terbuka. Penduduk belum mau kembali ke rumahnya masing-masing sebab selain rusak juga telah terjadi sekitar 40 kali gempa susulan bermagnitude di sekitar 4 Mw, dan kelihatannya telah terjadi pemicuan beberapa gempa baru bermagnitude 6 Mw. Secara seimo-tektonik, wilayah ini adalah wilayah yang paling aktif di dunia, juga yang paling unik secara tektonik dengan terjadinya double subduction yang polaritasnnya saling berpunggungan dan membenturkan dua prisma akresi serta sistem forearc yang berlainan. Data USGS menunjukkan bahwa episentrum gempa berpusat di koordinat 3.902 deg N, 126.400 deg E. Kedalaman pusat gempa 20 km, magnitude 7.2 Mw. Lokasi ini berada di Laut Maluku di tengah antara Pulau Talaud dan Pulau Sangihe, 320 km UTL dari Manado. Berdasarkan Global CMT Moment Tensor Solution, gempa disebabkan pematahan naik thrust dengan jurus 181 deg NE dan kemiringan 37 deg. Sebenarnya, ini berpotensi sebagai tsunamigenic earthquake. Tetapi dilaporkan tidak terjadi tsunami, baik oleh Pemerintah Indonesia, Jepang, maupun Amerika Serikat. Semua syarat tsunami terpenuhi (magnitude > 6.5 Mw, episentrum di laut, pematahan dip-slip, dan kedalaman dangkal 20 km). Walaupun ini thrust, bukanlah mega-thrust ala gempa Aceh Desember 2004 atau gempa Pangandaran Juli 2006 yang menyebabkan tsunami. Penjelasan mengapa tak terjadi tsunami barangkali bisa dijelaskan oleh asal gempa yang terjadi di sedimen akresi hasil benturan dua sistem subduction yang saling berbenturan di Laut Maluku. Dengan kedalaman gempa 20 km, diperkirakan sumber patahan bukan pada oceanic slab, tetapi pada sedimen akresi yang asalnya melange prisma akresi atau melange di bawah forearc yang saling berbenturan yang diendapkan di atas oceanic slab. Gempa terjadi di zone benturan Laut Maluku. Zone ini secara tektonik terletak di complex junction antara Eurasian, Australian, Pacific, dan Philippune Sea plates. Di wilayah ini ada oceanic slab yang menunjam ke barat di bawah busur volkanik Sangihe, dan ada oceanic slab yang menunjam ke timur di bawah busur Halmahera. Kedua busur volkanik ini aktif dan selalu aktif seraya gempa menggoncangnya. Lokon, Klabat, Soputan ada di sisi barat (Sangihe), sementara Gamalama, Gamkonora ada di sisi timur (Halmahera). Karena di sisi luar dari palung subduksi ada prisma akresi melange; maka di sistem subduksi yang saling memunggung ini kedua sistem melange dari kedua oceanic slab duduk di tengah punggungnya. Dengan berjalannya subduksi ala vonveor belt maka lama-kelamaan kedua sistem melange ini berbenturan. Pulau Talaud adalah salah satu punggung tertinggi zone benturan di Laut Maluku ini. Pulau ini seluruhnya disusun oleh melange. Di sebelah selatan ada Pulau Mayu, yang disusun melange juga; maka biasanya para ahli tektonik menyebutnya sebagau Talaud-Mayu Ridge. Fokus2 gempa yang terjadi di wiayah ini bila diplot menunjukkan keberadaan dua zone Wadati-Benioff yang saling menjauh dari Laut Maluku, menunjukkan keberadaan dua oceanic slab yang bersubduksi saling berpunggungan. Gempa dini hari kemarin terjadi di wilayah sedimen prisma akresi di atas punggung benturan ini. Rigiditas batuan sedimen tentu lain daripada rigiditas oceanic slab. Barangkali kita bisa belajar dari kejadian gempa kemarin bahwa thrust pada prisma akresi walaupun dangkal dan gempanya kuat belum tentu tsunami-genic, bila dibandingkan dengan mega-thrust pada oceanic slab yang di atasnya ada kolom laut. Penduduk Talaud memang hidup di atas pulau melange di atas punggung yang menggelincir dan menunjam ke barat dan timur, lalu merupakan wilayah yang paling aktif di dunia. They are living at risk on the earthquake crest ! Semoga korban tewas tak bertambah, dan segera datang pertolongan. salam, awang Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/