Salam,
Yang saya duga, sebenarnya perkembangannya relatif kontinyu, dan di sebut 
"ledakan Kambrium" atas karena tak banyak tersisanyaa sedimen "pre Kambrium", 
sehingga sulit di temui sisa bioata Pre Kambrium. 

Nama-nama "Pereode" dalam Geologic Time Scale: Kambrium, OrdovicianSilur, 
Devon, Karbonaferos, PermianTriasik, Jurasik, Kretaseus, Cenozoik, di ambil 
dari nama fosil. Ketika bentuk "groupping" biota sama, maka di namai sama, dan 
akan berbeda bila biotanya berbeda. Nah, ternyata Pereode itu adalah 
bersiklus 70 Ma, atas dibolehkannya pengukuran deviasi errornya. Dari itu, pula 
maka ada kepunahan masal ya akan setiap 70 Ma itu, di setiap ujung atas dan 
ujung bawah dari setiap Pereode itu. Pun ada siklus 700 Ma (Era), 7 Ma (Stage), 
dts., hingga siklus 7 Ma, serta Minornya (versi Salamology). 

Fungsi SABAR :Sequence Algorithm Beauty among Realities", menunjukkan satu 
sequence,  sinusoidal dari zerocrossup "zcu", salam maximum, "zcd" 
zerocrossdown, salam minimum, lalu zcu. Untuk salammax -salamain, beruhungna 
dengan: muka laut rendah-tinggi, temperatur rendah-tinggi, jumlah spesies dalam 
famili biota rendah-tinggi. Satu sequence terdiri 10 parasequence: 
compression3, Compression4, Lowstand, early syn rift, max sysnrift, late 
synrift, sagging, mfs, compression1, compression2. 

Pada Siklus 700 Ma terakhir, maka Kambrium ada poda :compression1 yang sebgai 
awal Pangea Kompresi hingga PermianTriassik (Lowstand), lalu ekstensi hingga 
Cenosoik. Sebelum Kambrium, ya Pangea Ekstensi, serta telah banyak 
kompresi-ekstensi, sebanyak  6 kali sejak awal Bumi 4,6 Gaa "Giga annum ago". 
Artinya, sebelum Kambrium banyak parasequence yang telah alami "over printed", 
sulit di kenali lagi sedimennya. Itu maka ada istilah terkenal Pre 
Kambrium", tidak banyak di kenal Pre Ordovision, Pre Carboniferous, atau Pre- 
Pereode lain.  

Sebenarnya ada sequence MFS, yakni satu sequence sebelum Kambrium (sudah di 
namai). namun belum terkenal. Mulai masa itu, maka Pangea mengalami kompresi, 
atau menyatu, yang puncaknya kompresi ada pada PermianTriasik 250 Maa.Karena 
mendingin dari Kamrium ke Pangea, maka semakin sedikit spesies dalam 
family.Lalu sejak Triasik, spesies semakin banyak. 

Nadanya di setiap siklus Pereode Salam lainnya, juga begitu, berlaku Formula 
"SABAR".Itu versi Salamology lho Mas, mBak, Pak, Bu.

Wass,
Maryanto.

________________________________
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
To: IAGI <iagi-net@iagi.or.id>
Sent: Wednesday, April 22, 2009 9:40:50 AM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ledakan Biodiversifikasi Ordovisium

Pak Awang plese dikoreksi kalau saya salah
Jadi ada tiga faktor dalam GOBE :
- Tectonic
- Iklim
- Evolusi

Bagaimana dengan "preservation" ?
'Ledakan' ini diketahui dengan "tersimpannya" sisa-sisa mahluk hidup
(fosil). Saya sendiri ngga tahu apa yang ada seblum ada fosil-fosil
kambrium ini. Sangat mungkin organisme yang ada sangat tidak mudah
tersimpan misal cangkang yang rapuh ataupun bahkan binatang tak
bercangkang (tak bertulang) lainnya. Barangkali saja banyak organisme
yang ada sebelum ini tetapi tidak terrekam atau ter-"preserved".

Nah dalam hal ini saya berpikir lateral untuk mengajak kawan-kawan
memberikan "jejak-jejak" keberadaan anda di dunia ini. Kita tahu dulu
ada HAMKA karena tulisannya, dulu ada Thomas Alpha Edison karena
karyanya, dulu ada Gdjah Mada karena ada kerajaannya. Jadi berkarya
dengan meninggalkan "sesuatu"
Jangan sampai keberadaan anda diketahui anak cucu hanya adanya batu
nisan tertulis nama anda.

Ayooo menulis dan berkarya !!

RDP

2009/4/22 Awang Satyana <awangsaty...@yahoo.com>:
> Servais et al. (2009) : Understanding GOBE (Great Ordovician
> Biodiversification Event) – influences of paleogeography, paleoclimate, or
> paleoecology (GSA Today, v.19, no. 4/5, p. 4-10, April-Mei 2009) dengan baik
> menjelaskan mengapa diversifikasi makhluk hidup (marin) pada Zaman
> Ordovisium terjadi.
>
>
>
> Barangkali kita pernah mendengar Ledakan Kambrium, yaitu saat jumlah makhluk
> hidup bertambah banyak secara signifikan dibandingkan dengan kekayaan
> organik pada zaman-zaman sebelum Kambrium (secara kolektif disebut
> PraKambrium). Tetapi, satu zaman setelah Kambrium, yaitu Ordovisium, di
> sinilah sebenarnya makhluk hidup bertambah secara sangat signifikan dan
> dinyatakan sebagai peningkatan biodiversitas marin yang paling penting dan
> paling besar sepanjang sejarah Bumi. Saat itu, hanya dalam waktu 25 juta
> tahun, sebuah “ledakan” biodiversitas marin terjadi dalam seluruh hierarki
> makhluk hidup : famili, genus, dan spesies.
>
>
>
> Kenaikan mencolok keragaman makhluk hidup pada Zaman Ordovisium ini akan
> segera terlihat bila kita memperhatikan kurva biodiversitas dari Sepkoski
> (1981, 1991 : A model for onshore-offshore change in faunal diversity
> –Paleobiology, v.17, p. 157-176). Kurva Sepkoski di dalam paleontologi
> terkenal memperlihatkan dengan baik peningkatan maupun kepunahan masal
> makhluk hidup (terutama marin) sepanjang Kurun Fanerozoikum (yaitu Zaman
> Kambrium-Kala Holosen). Kurva Sepkoski memperlihatkan periode-periode
> peningkatan makhluk hidup yang signifikan terjadi pada Ordovisium (paling
> besar), Yura-Kapur, dan Paleogen. Sementara itu, kepunahan masal terbesar
> terjadi pada lima periode : ujung Ordovisium, ujung Devon, ujung Perem
> (terbesar), ujung Trias, dan ujung Kapur (yang terkenal sebagai K-T
> boundary, pemusnahan dinosaurus).
>
>
>
> Servais et al. (2009) mengajukan tiga penyebab kekayaan biodiversitas
> Ordovisium. Gabungan proses-proses geologi dan biologi ini telah
> menggenerasikan GOBE. Puncak GOBE yang terjadi pada Ordovisium Bawah dan
> Tengah berkorelasi dengan baik bersama tercapainya susunan paleogeografi
> saat pemisahan benua-benua pada Masa Paleozoikum maksimal terjadi.
> Benua-benua ini merupakan pecahan-pecahan dari superbenua Rodinia yang
> berada di Bumi pada Kurun PraKambrium bagian atas.
>
>
>
> Jauhnya benua-benua ini terpisah diakibatkan pemekaran dasar samudera yang
> berjalan cepat. Gondwana, South China, Laurentia, Baltica, dan Siberia
> terpisah-pisah. Pemisahan yang telah menyebarkan benua-benua ini di berbagai
> posisi lintang Bumi telah mengubah arus samudera-samudera yang ada saat itu
> (misalnya Paleo-Tethys, Iapetus, Tornquist). Bioprovinces baru ditetapkan
> meliputi organisme-organisme bentonik (tertanam di dasar laut), planktonik
> (mengambang di permukaan laut), dan nektonik (berenang sekehendak hatinya).
>
>
>
> Pemisahan benua-benua selama Ordovisum ini telah membentuk kawasan-kawasan
> marin baru yang kaya akan organisme, yaitu paparan benua. Kondisi ini dapat
> disebandingkan dengan kenyataan sekarang yaitu pusat kekayaan diversifikasi
> marin terbesar di kawasan laut-laut tropis di Asia Tenggara –terutama
> Indonesia, dan sebagian Laut Karibia. Paparan benua terbesar sepanjang
> sejarah Bumi juga tercapai pada Ordovisium. Kurva dari Walker et al. (2002)
> : Continental drift and Phanerozoic carbonate accumulation in shallow-shelf
> and deep marine setting –The Journal of Geology, v. 110, p.75-87 menunjukka
> bahwa luas paparan benua secara global mulai meningkat dari Kambrium Bawah,
> mencapai maksimum pada Ordovisium Tengah mendekati 50 juta km2, dan sejak
> itu menurun terus meskipun berfluktuasi dengan beberapa kali peningkatan
> luas sampai saat ini sedikit di atas 15 juta km2. Posisi 15 juta km2 juga
> pernah tercapai pada saat kepunahan masal terbesar terjadi dalam sejarah
> Bumi, yaitu ujung Perem.
>
>
>
> Cepatnya pemekaran dasar samudera pada Zaman Ordovisium juga terjadi
> bersamaan dengan penghangatan iklim (greenhouse) dan tingginya muka laut.
> Masalah penghangatan iklim dan temperatur laut pada periode itu masih
> menjadi bahan perdebatan dan penelitian lebih lanjut. Saltzman (2005 :
> Phosphorous, nitrogen, and the redox evolution of the Paleozoic oceans,
> Geology,v.33, p. 573-576) berdasarkan analisis isotop karbon 13 karbonat
> pada zaman ini mengatakan bahwa kondisi laut stabil dan hangat yang
> mendorong terbentuknya GOBE. Sementara itu, Trotter et al. (2008 : Did
> cooling oceans trigger Ordovician biodiversification ? Evidence from
> conodont thermometry, Science v. 321, p. 550-554), berdasarkan isotop
> oksigen-18 menyatakan bahwa pada Zaman Ordovisium justru terjadi pendinginan
> sistematis lautan-lautan di wilayah tropis yang kondusif bagi terbentuknya
> GOBE.
>
>
>
> Selama pemisahan lempeng-lempeng tektonik pada Ordovisium, yang
> mengakibatkan berlimpahnya kerak-kerak oseanik muda, muka laut berkedudukan
> tinggi, mungkin yang paling tinggi dalam sejarah Bumi. Sejak Kambrium memang
> terjadi peningkatan muka laut, dari ketinggian awal Kambrium yang sama
> dengan ketinggian muka laut sekarang, kemudian naik dan mencapai puncaknya
> pada Ordovisium dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas muka laut
> sekarang (Haq dan Schutter, 2008 : A chronology of Paleozoic sea-level
> changes, Science, v. 322, p. 64-68). Volume laut yang besar ini tentu
> menambah ruang hidup organisme marin.
>
>
>
> Di samping itu, terjadi juga perubahan paleoekologi signifikan pada
> Ordovisium, sebuah perubahan yang memicu GOBE. Evolusi fauna terjadi dari
> yang didominasi trilobit pada Kambrium menjadi organisme yang memakan
> plankton (suspension-feeder) sepanjang periode-periode Paleozoikum sesudah
> Kambrium. “Ledakan fitoplankton” pada awal Paleozoikum ini telah memicu
> GOBE.
>
>
>
> Di samping faktor-faktor di atas, Servais et al. (2009) juga mendaftarkan
> faktor-faktor lain pemicu GOBE yang dikemukakan oleh beberapa peneliti.
> Menurut Barnes (2004 : Was there an Ordovician superplume event ? dalam
> Webby et al., eds, The GOBE, Columbia University Press, p. 77-80), zaman
> Ordovisium bersamaan dengan volkanisme dan mungkin bersamaan dengan
> aktivitas superplume yang ekstensif. Menurut Barnes (2004), aktivitas
> magmatik ini telah memicu iklim global dan volkanisme telah memberikan
> nutrisi anorganik bagi perkembangan GOBE.
>
>
>
> Teori terbaru asal GOBE, juga dikemukakan oleh Parnell (2009 : Global mass
> wasting at continental margins during Ordovician high meteorite influx,
> Nature Geoscience, v. 2, p. 57-61) yaitu bahwa GOBE mungkin berhubungan
> dengan periode high influx of meteorites pada 470 Ma. Pendapat ini mungkin
> tidak mudah diterima. Bagaimana impact asteroid dengan Bumi pada Zaman
> Ordovisium telah mengakselerasi biodiversifikasi tidak diterangkan lebih
> jauh. Juga, extra-terrestrial impact selama ini justru lebih banyak
> diteorikan sebagai asal kepunahan masal, bukan asal ledakan radiasi
> peningkatan organisme.
>
>
>
> GOBE adalah sebuah fakta, dan menurut hemat saya, ia lebih terjadi akibat
> volume lautan yang mendukung kehidupan meningkat akibat maximum dispersal
> benua-benua, luasnya paparan benua, tingginya muka laut, dan paleoekologi
> yang kondusif.  Kebalikan atas faktor-faktor ini berakibat menciutkan volume
> lautan yang kemudian berujung kepunahan masal seperti misalnya yang terjadi
> pada ujung Perem, saat benua-benua kembali berkumpul membentuk Pangaea, muka
> laut turun drastis 100 meter di bawah posisi sekarang, dan luas paparan
> benua mencapai luas minimumnya.
>
>
>
> Demikian,  sebuah contoh bagaimana geologi selalu mengendalikan
> biodiversitas, baik masa kini, maupun masa lalu.
>
>
>
> salam,
>
> awang
>
> ______________________________________________
> The Indonesian Assosiation Of Geophysicists mailing list.
> fo...@hagi.or.id | www.hagi.or.id
> * PIT HAGI ke 34, 8-13 November 2009, Yogyakarta
> * Kunjungi http://pit34hagi.web.id/ untuk info lebih lanjut
>



-- 
Dongeng anget :
http://rovicky.wordpress.com/2009/04/11/skenario-pilpres-2009/

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------


      

Kirim email ke