Pak De RDP Hehe judul yg cukup propokatif! untuk ditanggapi ... Jadi menejer berpeluang dari latar belakang apa saja plus kombinasi berbagai faktor lain yg termasuk keberuntungan , jadi enggak simple linierlah! Hanya memang untuk memperbesar peluang orang2 geologi mempengaruhi ‘pasar/masyarakat’ dgn posisi decision-making-nya (manejer, CEO dll) ,yang mungkin bisa kita lakukan, salah satunya (saya pikir ini sangat fundamental) memperkuat dan ‘mempertajam’ kurikulum dan pendidikan geologi yang berorientasi (juga) ‘jasa’ dan ‘melayani’ masyarakat (atau sudah dilakukan oleh perguruan tinggi kita? maaf kalau saya tidak ter-update ). Banyak tuh bidang2 di industri migas, misalnya, yang masih kuat berhubungan dgn batuan malah ‘dipegang’ oleh non-geologist (e.g. petrophysicist, core analysis, geomechanics, seismic inerpreter), petroleum data base dipegang orang komputer, air-tanah dipegang oleh orang tambang atau sipil, pengembangan wilayah dipegang orang akuntasi dll. Dulu ada pelajaran Geologi Ekonomi dikirain bicara NPV, ROI, Decision Analysis, taunya bukan!! Memang jago batu saja enggak cukup siap jadi menejer! Siapa saja geologist yang pernah menduduki posisi setingkat Dirjen di tanah air (Eselon 1)??. Yang saya ingat Pak Katili, Dr. S. Sigit, Ir. Suyitno P, Prof. A. Sudrajat ..namun beliau2 tidak jauh2 dari Energi, kecuali Pak Katili alm. yang serba bisa (Dubes, wakil katua Partai dan profesor!). Pimpinan puncak Pertamina malah belum pernah ada orang geologi (i.e. current CEO BP orang geologi). Syukurlah Badan Geologi Nasional dipegang orang geologi! Jadi statistically merujuk jabatan strategis/manajerial, our brothers Timur Jauh teman2 Tambang dan TM lebih jawara & manstap so far…sudah sampai tingkat mentri malah katua Partai dan keduanya Menko pula -very close to RI-1. Saudi Arabia mentri Petroleum & Mineral Resources-nya orang geologi (yang sekarang, dan yang dulu tahun 60’an kalau enggak salah) salam geologi S.H
--- On Thu, 29/4/10, Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> Subject: [iagi-net-l] Geologist ngga bisa jadi manajer ! To: "IAGI" <iagi-net@iagi.or.id>, "Forum HAGI" <fo...@hagi.or.id>, geologi...@googlegroups.com, "Indoenergy" <indoene...@yahoogroups.com> Date: Thursday, 29 April, 2010, 7:58 AM Kenapa seorang sarjana elektro mudah menjadi manajer ? Karena mereka mampu membayangkan sebuah kerja "mesin" tanpa pernah melihatnya. Seorang geologist ga bisa mbayangin tanpa KENA BATUNYA ! Doh ! *Whalla !! * Geologist (ahli geologi) mesti akan pada protest dengan alinea diatas, paling tidak nggrundel. Karena geologist juga manusia, geologist juga pingin jadi manager doonks ! Geologist mau dong jadi menteri atau setidaknya dirjen, lah. Seorang geologist sering mengatakan dirinya geologist sejati bila mampu melihat dan menjelaskan batu yang ada ditangannya. Dunia virtual-pun menjadi sulit didalam genggaman seorang geologist, secara mental profesionalnya menuntut adanya "*hand speciment*". Tanpa rock samples bagi geologi pengukuran hanyalah "*soft data*". Fakta ini mungkin bisa dilihat bahwa pada kenyataannya petinggi-petinggi dunia migas dan energi di Indonesia bukan ditangan geosaintist. Walaupun permasalahan utama di Indonesia ini masalah "*natural resources management*", masalah pengelolaan sumberdaya alam. Indonesia tidak kekurangan energi, Indonesia berlimpah sumberdaya alam, Indonesia kaya minyak, kaya angin, kaya sinar matahari dll. Tetapi kenapa pengelolaan energi di Indonesia terkesan ambyar !! Kita tengok sarjana teknik elektro sebentar. Seorang sarjana elektro mampu melihat kerja sebuah proses mekanik *dari rumusnya *! Mereka sejak kuliah sudah dituntut melihat proses *coupling *bukan dari kampas kopling di mesin sepeda motornya. Itulah sebabnya sarjana elektro-pun mampu bekerja di dunia mekanik. Namun akan sulit bila sarjana mekanik dituntut menjadi seorang ahli transmisi PLN. Kembali ke Geologist. Seorang geologist dididik melihat dunia ini dalam empat dimensi. Dimensi ruang spasial ditambah dimensi waktu (3D+1). Rentang skala dibenaknya mulai dari yang berukuran mikron dengan mikroskop, hingga ribuan kilometer dengan citra satelit. Waktunya berkisar dari rentang hidupnya dalam puluhan tahun, hingga jutaan bahkan bermimpi akan menguak milyaran tahun yang lalu. Sangat tidak mudah bagi geologist untuk melihat kekinian. Fenomena pemanasan global lebih dilihat sebagai sebuah fenomena alam yg berulang jutaan tahun lalu, ketimbang menganggapnya sebagai ulah manusia yang baru mulai bekerja tadi pagi. Manager dituntut untuk mengerjakan dan memutuskan hari ini, saat ini, dan sekarang ! Tidak ada toleransi waktu dalam orde tahunan. Manajer dituntut untuk memutuskan bukan memikirkan ! Itulah sebabnya Geologist yang baik harus berpikir berdasarkan DATA dan FAKTA dilapangan ... namun geologsit harus dibantu untuk memberikan keputusan ! Hef e nais dey ! RDP -- *You can do hard way or you can do smart way ... both ways need you to do it any way ... not just discuss it in the hall way.*