Saya mengikuti berita ini dan juga berusaha mengingatkan dan memberi info 
teknis pd deputi KLH yg mengurusi masalah ini bahkan pd saat Montara masih blm 
bisa dihentikan. Tapi nampaknya kawan2 di KLH agak menganggap enteng masalah 
ini shg gak gerak2 juga sampai kawan lama kita Pak Ferdi Tanoni dr YPTB bbrp x 
lontarkan rilis2 media sampai ke TV segala, barulah SBY perintahkan Mentri 
Kelautan Prikanan bikin tim mengurusi masalah ini (stlah Montara mampet) dimana 
angotanya jg ada dr KLH. Dan menurut info mrk hanya sekali datang ke Kupang dan 
bbrp daerah di sana, tdk sampai melakukan penelitian rinci, sampling sistimatis 
dsb, kayaknya cuma kunjungan proforma biasa. Malahan kawan dr YPTB lah yg 
sampling dan masukin samplenya ke corelab untuk diteliliti dan berdasarkan 
itulah Ferdi Tanoni kirim surat mengklaim ke PTTEP krn 0Pemerintah jg gak 
kunjung gerak nge-klaim. Barulah stlah keduluan Ferdi, pemerintah kita masukin 
claim, tapi saya sangat2 meragukan angka2 di claim tsb memang sdh berdasar 
penelitian valid. Karena ya itu tadi, ...ga ada gerAak riset yg bisa kita 
monitor, dan kbetulan salah satu motor tim yg dibentuk Mentri itu org 
kepercayaannya yg ex-aktifis ITB dan bbrp kali dia konsultasi ke network 
geologistnya ttg apa yg hrs dilakukan dsb dsb.....Jadi, itulah buntutnya: klaim 
yg ikut dipertanyakan basisnya oleh PTTEP. Coba dong, ... Bisa (mau) nggak IAGI 
ikut turun bantuin beresin ini....???  Spy pemerintah kita ini gak dianggep 
ngawur dan bodo2 bangetlah,...walopun kenyataan nyrempet2 ke situ...ayo 
dijagain, ayo dibantu...

Adb 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: Sunu Praptono <sunu.prapt...@gmail.com>
Date: Wed, 1 Sep 2010 13:53:30 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?
Terima kasih Pak Doddy atas pencerahannya.
Kalau menilik kata-kata Freddy Numberi, terkesan bahwa claim itu sudah
berdasarkan estimasi yang "bisa dipertanggungjawabkan".

Semoga ada anggota IAGI lain yang punya informasi "dari dalam" yang
memberikan pencerahan bagaimana Pemerintah RI bisa sampai pada angka USD
2.3Milliar.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalani.

Sunu.

2010/9/1 Doddy Suryanto <dod...@pttep.com>

> Kebetulan pertengahan bulan agustus kemarin disuruh CEO nya PTTEP
> Australasia untuk menerjemahkan surat pengaduan dari Yayasan Peduli
> Timor Barat (YPTB) yang menuntut ganti rugi atas insiden Montara. Surat
> yang dikirim dengan berbahasa Indonesia tersebut mempunyai tembusan
> kemana-mana termasuk PBB, PM Australia, Presiden Indonesia, dll.
> Intinya dalam surat tersebut pihak daerah Timor Barat dan sekitarnya
> menuntut ganti rugi tetapi terlebih dahulu membentuk tim yang
> beranggotakan pihak dari Australia, Indonesia (pemerintah pusat dan
> daerah), dan PTTEP Australasia untuk bersama-sama berdiskusi tentang
> daerah yang tercemar dan berapa ganti rugi yang harus diberikan.
> PTTEP Australasia sendiri sebelumnya telah berniat baik untuk memberikan
> ganti rugi tetapi saat itu pihak Indonesia belum bekerja untuk
> menentukan berapa jumlah kerugian yang harus dibayar. Sampai akhirnya
> turun perintah dari Presiden Indonesia untuk segera menuntaskan masalah
> ini.
> Disinilah beberapa pejabat pusat terkait bertindak dengan cepat dan
> sedikit berinteraksi dengan pemerintah daerah. Saya sebutkan bertindak
> cepat karena dalam surat yang dibuat oleh YPTB tersebut pemerintah
> daerah memberikan complain atas kinerja pemerintah pusat dalam membantu
> menangani masalah yang terjadi. Dengan keterbatasan dana, alat dan
> tenaga ahli yang dimiliki pemerintah daerah mustahil dapat dilakukan
> pengukuran area tercemar dan menghitung jumlah kerugian. Pemerintah
> pusat hanya datang beberapa kali saja dan hanya beberapa saat. Sampai
> akhirnya pemerintah daerah diberikan instruksi oleh pemerintah pusat
> agar segera memberikan jumlah kerugian untuk dilaporkan ke presiden dan
> menuntut PTTEP untuk segera membayarnya. PTTEP sendiri selama ini
> berkomunikasi hanya dengan pemerintah pusat saja dan memang seharusnya
> begitu sampai nantinya pemerintah pusat berkolaborasi dengan pemerintah
> daerah bersama-sama PTTEP bekerja sama menanggulangi masalah ini seperti
> PTTEp bekerja sama dengan pemerintah Australia.
> Yang menjadi kendala sebenarnya adalah dimana peran pemerintah pusat
> dalam membantu pemerintah daerah untuk menentukan berapa jumlah kerugian
> yang harus dibayar.
> Sekarang mungkin susah menghitung berapa besar area yang tercemar tapi
> dengan data2 foto satelit yang direkam sehari-hari mungkin bisa dihitung
> lagi berapa besar kerugian yang harus dibayar. Bukan tiba2 langsung
> minta kerugian sebesar USD 2.3B tanpa bukti yang akurat. Kalau saya yang
> punya perusahaan juga akan merasa diperas dan saya tetap tidak akan
> membayar kerugian tanpa ada data penunjang.
> Maaf kalau terlalu panjang tapi saat menerjemahkan surat dari YPTB saya
> merasa sendih atas apa yang terjadi diantara bangsa sendiri (pemerintah
> pusat dan pemerintah daerah).
>
> Salam,
> -doddy-
>
>
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com]
> Sent: Tuesday, 31 August, 2010 4:35 PM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] ada yang mengikuti berita ini ?
>
> Sepertinya mereka juga tahu bahwa mereka telah mencemari. namun untuk
> referensi perlu data yang akurat tentang seberapa banyak pencemarannya
> atau
> seberapa besar klaim yang diajukan. Kalau tanpa data survey atau yg
> paling
> pas foto sattelite ya kategorinya ngawur !
>
> Nanti dikhawatiran ada telor udang tercemari, tapi diklaim seharga
> lobster
> :(
>
> Sebenernya saat ini penggunaan survey penelitian ilmiah dalam klaim
> sudah
> umum terjadi. Seperti misalnya yang namanya landas continen itu merujuk
> pada
> relatif ketebalan sedimen terhadap lereng (beda tinggi). Tanpa adanya
> drilling atau seismic pengeboran yg menunjukkan ketebalan sedimen kita
> ga
> bisa ngeklaim landas continent.
>
> rdp
>
> On Tue, Aug 31, 2010 at 3:54 PM, yanto R.Sumantri <yrs...@rad.net.id>
> wrote:
>
> >
> >
> >
> > Saya kira bagus saja , tapi tentu harus ada perhitungan yang dapat
> > dibuktikan secara faktual. Jangan ampai kita dikatgorikan
> > "memeras".
> >
> > si Abah> *
> >
> >
> > PTTEP
> > rejects Indonesia&rsquo;s $2.3b compensation demand*
> > >
> > >
> > Friday, August 27, 2010 - 09:23AM GMT+7
> > >
> > > Thai oil, gas
> > firm PTTEP Australasia Pty Ltd has rejected the Indonesian
> > >
> > government&rsquo;s demand to pay compensation amounting to US$2.3
> billion
> > for an
> > > oil spill in the Timor Sea last year, Kontan daily
> > reported Friday.
> > >
> > > Freddy Numberi, the chairman of the
> > team for the handling of the oil
> > > spill,
> > > said in
> > Jakarta on Thursday the Indonesian government would not change the
> > > compensation claim despite the Thai company&rsquo;s rejection.
> > >
> > > Freddy, who is also the minister of transportation, said
> > that it was a big
> > > mistake if the Thai company turned down the
> > claim demand because it was
> > > made
> > > on the actual loss
> > caused by the oil spill.
> > >
> > > According to Freddy, the
> > West Atlas block in offshore Montara, Australia
> > > operated by
> > PTTEP Australasia, leaked uncontrollably for more than 70
> > >
> > days,
> > > polluting waters off West Timor. The oil spill also
> > destroyed fish stocks
> > > and wiped out seaweed farm along the
> > coast.
> > >
> > > &ldquo;I have an instructed the Indonesian
> > negotiation team not to change the
> > > claim,&rdquo; he said.
> > >
> > > Indonesia officially filed its request to the Thai
> > company to pay the
> > > compensation over the oil spill in the Timor
> > Sea during a negotiation held
> > > in Perth early this week. The
> > claim also includes the damages on the
> > > ecosystem and the
> > opportunity losses for the next few years that would be
> > > suffered
> > by local fishermen because of the oil spill. (*)
> > >
> >
> >
> > --
> > _______________________________________________
> > Nganyerikeun hate batur hirupna mo bisa campur, ngangeunahkeun hate
> > jalma hirupna pada ngupama , Elmu tungtut dunya siar Ibadah kudu
> lakonan.
> >
>
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> PP-IAGI 2008-2011:
> ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
> sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
> * 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
>
> --------------------------------------------------------------------------------
> Ayo siapkan diri....!!!!!
> Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
>
> -----------------------------------------------------------------------------
> To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
> To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
> Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
> No. Rek: 123 0085005314
> Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
> Bank BCA KCP. Manara Mulia
> No. Rekening: 255-1088580
> A/n: Shinta Damayanti
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net 
> <http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/%0AIAGI-net>Archive 2:
> http://groups.yahoo.com/group/iagi
> ---------------------------------------------------------------------
> DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted
> on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall
> IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct
> or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss
> of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any
> information posted on IAGI mailing list.
> ---------------------------------------------------------------------
>
>

Kirim email ke