Wah... kalau gitu aku pun juga mau bagi-bagi masalah nih: sebenarnya krisis geologist juga tidak hanya dirasakan oleh perusahaan energi, di akademisi pun juga mengalami krisis geologist, padahal minat calon mahasiswa yang masuk ke geologi semakin banyak. Penyelesaian permasalahan itu (tentang krisis geologist) harus dicarikan segera. saya ada sedikit gagasan untuk sedikit mengurangi krisis tersebut: 1. Pembatasan eksplorasi batubara yang membabi buta di Kalimantan; toh batubaranya diekspor ke China ???? (isu besar) 2. Pembatasan eksplorasi nikel dan pasir besi; lagi-lagi hasilnya juga diekspor ke China ????
dengan demikian... banyak geolgist yang dapat berkonsentrasi ke tugas utamanya (si pendidik bisa menghasilkan penelitian yang baik, pemikiran yang lebih baik dan dapat diabdikan ke masyarakat juga dengan baik; serta si geologist yang berkecimpung di dunia industri dapat mengambangkan diri pula sesuai dengan pengejawantahannya sebagai eksplorist; bukan hanya sebagai tukang / proyektor saja). tetapi, masalah lain muncul berkaitan dengan pembatasan tersebut... banyak geologist muda yang menganggur, karena perusahaan migas tidak mau mempekerjakan mereka, terutama yang masih fresh graduate. Solusinya adalah perusahaan yang memang lagi butuh geologist tersebut juga harus memberikan keahlian / training khusus dengan basic science yang lebih bersifat terbuka; agar mereka siap bekerja pada perusahaan tersebut. Sehingga mereka siap melakukan eksplorasi dengan mengembangkan konsep geologi yang baru (Geologi bukan ilmu pasti; tergantung pada kondisi daerahnya kan???? jadi harus banyak latihan pada berbagai variasi data geologi). Memberikan keleluasaan kepada para geologist muda (yang sudah ada) untuk berkreasi, tidak hanya digaji untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah berjalan; sebagai contoh adalah: teman saya dulu bekerja di Chevron; pekerjaan kesehariannya adalah mengamati mesin yang sedang bekerja; padahal dia seorang geologist. Akhirnya dia bosan, karena merasa ilmunya tidak akan pernah berkembang, dan dia tidak bisa mendapatkan apa-apa kecuali materi saja, bahkan dia merasa akan semakin bodoh karenanya; akhirnya dia keluar dan sekarang malah menjadi suplier alat berat.... wow.... Hal itu penting karena: akademik (PT) tidak diberikan keleluasaan oleh DIKTI untuk mengembangkan kurikulum dengan pembatasannya yang hanya boleh sampai 144 sks. Jika bapak-bapak / ibu-ibu / kakak-kakak bisa lulus dengan 160 bahkan ada yang sampai 180 sks, maka kini mereka hanya diperbolehkan menerima perkuliahan sebesar 144 sks; yang juga harus melahap banyak sekali konsentrasi dan matakuliah mandiri dengan model pembelajaran SCL (student centered learning). SCL memang bagus bagi mahasiswa yang memang punya kreativitas dan soft skill yang tinggi; tetapi justru sangat menekan bagi mahasiswa yang kemampuannya hanya pas-pasan. Padahal PTS hanya diberi jatah camaba yang kemampuannya hanya pas-pasan ......... ?????? tentang permasalahan krisis geologist di akademisi: ada persyaratan dari DIKTI tentang dosen (pengajar) yang dapat diberikan beasiswa pendidikan oleh DIKTI (melalui BPPS), yaitu ybs harus sudah memiliki jabatan fungsional; sementara itu, untuk dapat memiliki jabatan fungsional mereka harus sudah aktif menjadi dosen (artinya telah melakukan Tri Dharma PT: pendidikan, pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat dan penunjang). untuk bisa aktif menjadi dosen tersebut harus memiliki minimal pendidikan S2; nah.... lha siapa yang bisa diberikan beasiswa BPPS tersebut????? ya hanya yang mau S3 saja kan????? Sedangkan: PTS yang masih kecil sampai menengah tidak bisa memberikan beasiswa bagi calon dosen yang belum mengabdi (karena tidak mampu membiayai). Kini DIKTI telah longgar memberikan solusi, yaitu melalui dana Hibah PHKI, tetapi untuk bisa mendapatkan dana itu tidak mudah (banyak syarat yang harus dipenuhi, al: jumlah mahasiswa aktif >500 orang). Kini... jumlah mahasiswa telah banyak, tetapi jumlah dosennya justru yang krisis. Kesimpulannya adalah: kembalikan alumni kami yang telah diambil oleh perusahaan yang hanya mencari keuntungan sendiri untuk dididik lebih lanjut menjadi eksplorer sejati yang dapat berkiprah untuk kepentingan bangsa dan negara... tidak hanya mengejar sejumlah bijih yang dapat dieksport. Didiklah yang memang belum mampu, jangan hanya dibuang ke perusahaan kecil yang tidak jelas masa depannya. Yang sudah pergi (ke LN) ya sudahlah, karena mereka toh memang sudah punya kontrak dengan yang bersama mereka; tidak masalah alasan apa mereka pergi, biarkanlah untuk sementara sampai kebijakan yang lebih baik lahir kemudian. Yang kini ada... marilah kita berupaya bersama-sama untuk mengembangkan keahlian mereka; kalau memang mereka belum mampu bersaing--> kita tempa mereka agar menjadi geologist yang handal dan mampu bersaing. Salam Sri Mulyaningsih ________________________________ From: Mufti M. Darissalam <mmda...@yahoo.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, August 2, 2012 4:50 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist Jangan bingung Wak, kalau toh bingung duduk dulu, tenangkan diri. Memang kalau dirasa ada benarnya juga komentar orang asing bahwa kita tidak pernah sungguh2 menghadapi suatu masalah, malah cenderung suatu masalah dihadapin dengan cara seenaknya dan sableng2an. Yang akhirnya dibiarkan masalah tidak tuntas dan hilang dengan sendirinya. Cak ADB telah memulai diskusi yg topiknya sangat bagus, krisis geologist, (meskipun ini pernah diidentifikasi/diperkirakan oleh pak GAS N. di th 80an akhir) yg saya kira akan menjadi topik yg paling panjang utk didiskusikan. Apalagi kalau Pendekar2 Sepuh Geologist kita berkenan ikut nimbrung diskusi pasti enak utk diikutin dan dipelajari yg akhirnya bisa dirumuskan oleh geologist2 yg konsen dan ringan tangan suatu langkah2 yg kongkrit dan workable untuk keluar dr krisis geologist (?, kalau memang betul ada). Ttp malah belok jd diskusi peyempuan, memang kadang asyiek juga. Monggo di re-align diskusinya. Md mmd71 ________________________________ From: Andrei Nuryansyah <andrei.nuryans...@pertamina.com> Date: Thu, 2 Aug 2012 08:11:10 +0000 To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: RE: [iagi-net-l] Krisis Geologist Walahhhh ini mbahas krisis geologist apa mbahas istri yang ayu ya..?? atau mbahas geologist yang ayu..?? atau mbahas istrinya geologist yang ayu?? Krisis istri yg ayu?? saya yg jadi bingung……. Heheheheh Salam, ndre From:Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Thursday, August 02, 2012 3:01 PM To: Iagi Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist Saya hanya ingat, ada pepatah: "perempuan itu hanya ingin satu saja, 1 mua (semua)." Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® ________________________________ From: sri mulyaningsih <sri_mulyaning...@yahoo.com> Date: Thu, 2 Aug 2012 00:47:55 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist Istri yang ayu dapat menjaga harkat dan martabat suami dan membuat suami bangga apa pun yang dilakukannya Salam Sri Mulyaningsih ________________________________ From:Anggoro Dradjat <adradjat....@gmail.com> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, August 2, 2012 2:13 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist Itu lho Mbak Sri....maksut Pak Siwo.............ayu njerone itu adalah hatinya yang indah, hati yang bercahaya....kebaikan yang muncul karena kebaikan hatinya....keichlasan hati untuk menerima.......kemampuan hati untuk memberi tanpa perlu dilihat.......kemampuan hati untuk memberi maaf.....hati yang semeleh yaitu hati yang berserah diri..............bukan hati yang iri....bukan pula yang degki.... Salam Anggoro On 8/2/12, Prakosa Rachwibowo <siwo_g...@yahoo.com> wrote: > kasinggihan mbakyu Sri, leres...setuju, wassalaam. > > siwo72 > > > > ________________________________ > From: sri mulyaningsih <sri_mulyaning...@yahoo.com> > To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> > Sent: Thursday, 2 August 2012 10:04 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist > > > diajari agomo ommmm.... ayune istri mung kanggo suami.... > > > Salam > > > Sri Mulyaningsih > > > ________________________________ > From: Prakosa Rachwibowo <siwo_g...@yahoo.com> > To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> > Sent: Thursday, August 2, 2012 7:54 AM > Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist > > > bahkan, krisis tujuan hidup .....urip mung nggo golek upo or golek upo nggo > biso urip? kang Sarwanto...urip ben gak diprenguti bojo...lha opo...: piye > carane bojone gak njaluk mobil, ning tetep ayu njobo njerone....? > > wass, sugeng shaum. > siwo'72 > > > > ________________________________ > From: Sarwanto Sutan Alamsyah <sarwan...@gmail.com> > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Wednesday, 1 August 2012 8:45 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] Krisis Geologist > > > Bung Andang...saluuut sama idealisme anda. Geologist memang asset bangsa > yang bisa mengetahui nilai kekayaan alam non hayati di negeri ini. Sebagian > besar geologist di negeri ini dididik di perguruan tinggi negeri dengan > menggunakan uang negara. Seharusnya merupakan kewajiban bagi geologist kita > mengabdi untuk bangsa. > > Tapi Bung...kalau istri kita minta mobil mewah dan rumah mewah dengan > kehidupan yang wuuuaaahhh....kita bisa apa?? > > Salam, > > sArwanto > > > 2012/7/30 andang bachtiar <andangbacht...@yahoo.com> > > Krisis energi Indonesia ini sebagian juga karena kesalahan > geologist - termasuk saya dan anda2 – yg mendiamkan atau tidak berusaha > keras > mengoreksi kebijakan pemerintah yg mendasarkan program pengelolaan migas, > mineral dan batubara Indonesia: 1) hanya > pada cadangan yg sudah ada bukan pada sumberdaya yang harus diketemukan, 2) > hanya pada rekayasa pengurasan bukan pada pencarian sumber2 baru di daerah2 > baru dg konsep2 baru, 3) hanya pada kecenderungan konsep eksplorasi dunia > (itupun telat mulainya) bukannya merunut sifat dan tahapan eksplorasi di > indonesia sendiri, 4) hanya pada euforia menerapkan konsep2 eksplorasi baru > indonesia yg diciptakan periset2 asing dan bukannya mendorong penemuan > konsep2 > baru oleh periset2 Indonesia shg kita lebih punya bargaining dan tidak > keduluan > meraup informasi ttg daerah kita sendiri, 5) hanya pada spirit kemudahan > perijinan spec2 survei oleh pihak2 asing dan bukannya mengalokasikan dana > untuk > riset gede2an dan spec survey sendiri shg data tidak dikangkangi pihak asing > selama mrk mau dan kita hanya gigit jari, 6) hanya pada kekinian dan bukan > pada > masa depan. >> >> >>Lalu dimana? Kemana? Siapa? Mana itu geologist2 hebat yg > katanya pewaris tradisi eksplorasi Klompe, van Bemmelen, > Lasut, Katili dan senior2 legendaris lainnya lagi? Masih sajakah kita > bersibuk > ria dengan mengerjakan proyek2 menguliti cadangan yg sudah ada atau paling > jauh > mereka-reka dimana ada prospek di blok2 baru di dekat2 blok2 dan sumur2 lama > dengan konsep yg itu2 juga? Mana riset2 kita? Mana doktor2, professor, > spesialis, > eksplorasionis, peneliti dan para penemu kita? Mana teori tektonik Indonesia > baru kita? Mana rekonstruksi sejarah cekungan2 baru kita? Pada kemana para > ahli > mineral kita koq dari dulu cuma berkutat di mandala metalogeni yang sudah > berpuluh tahun diceritakan pendahulu2 kita? >> >> >>Ketika kutengok di ruang-ruang kuliahpun para pendidik > sekaligus peneliti kita juga nggak terlalu sempurna hadir disana; kalau > pengorbanan para mahasiswa yg tdk sempat diajar dosen2nya itu diganjar > dengan > temuan2 riset2 baru kebumian Indonesia yang dapat menghasilkan temuan2 > migas, > mineral dan batubara yang signifikan sih masih Ok-lah alhamdulillah wa > syukurillah. Tapi ternyata temuan2 baru itupun tidak ada, riset2pun tidak > bergema! Yang kita kerjakan adalah sibuk berproyek ria menyelaraskan diri > dengan kebutuhan industry yang ingin mencari gampangnya saja mendidik > sekaligus > memanfaatkan kedekatan dengan akademisi untuk mendapatkan jasa bagi > rutinitas > pekerjaan mereka, hampir tidak ada pekerjaan2 yang sifatnya riset > breakthrough > konsep dan teknologi yang dapat membawa cakrawala baru temuan2 baru migas, > mineral, batubara Indonesia. >> >>Lalu, bagaimana kita nggak mengganggap diri kita > salah kalau itu semua terjadi di sekeliling kita? Ayolah bangkit,..minimal > sadarilah: kita semua punya masalah: negeri ini memerlukan geologist yang > punya > komitmen: seperti anda, saya, kita semua! Serius, kita sedang krisis: bukan > hanya krisis energi, tapi krisis identitas geologist Indonesia!!! >> >>Salam >>ADB - Arema >>IAGI-0800 >> -------------------------------------------------------------------------------- PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com -------------------------------------------------------------------------------- Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012. Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman abstrak 28 Februari 2012. -------------------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi --------------------------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. --------------------------------------------------------------------- ***** This message may contain confidential and/or privileged information. If you are not the addressee or authorized to receive this for the addressee, you must not use, copy, disclose or take any action based on this message or any information herein. If you have received this communication in error, please notify us immediately by responding to this email and then delete it from your system. PT Pertamina (Persero) is neither liable for the proper and complete transmission of the information contained in this communication nor for any delay in its receipt. *****