Agak terlalu extreme membandingkan xray tulang patah dgn georadar. Xtray
tulang mengukur sesuatu dgn bentuk yg sudah kita ketahui sebelumnya (dokter
sudah tahu apa yg ingin dia lihat dan bentuk variasi tulang lengan akan
sangat terbatas), sementara georadar terutama gunung padang,  kita belum
tahu apa yg kita cari dan  bentuknya seperti apa. Seperti yg disampaikan
sebelumnya oleh pak noor, konteks membantu kita untuk mengetahui kira kira
bentuk apa yang kita cari sehingga kita juga tidak asal saat
menginterpretasi mouth bar delta atau lobe turbidit. Sama seperti gunung
padang, saat orang berangkat dengan konteks bgn maka dia menginterpretasi
bgn, saat berangkat dengan konteks columnar joint ya dia menginterpretasi
columnar joint.  Kedua interpretasi sah saja sampai kita bongkar gunung
padang dan buktikan apa itu...
On Sep 5, 2012 10:09 PM, "bob yuris" <bopol...@yahoo.com> wrote:

> Pak Danny, terimakasih untuk penjelasannya. ******
> ** **
> Maaf menyimpang dari pertanyaan pertama saya, sekarang saya menangkap
> dengan jelas maksud tujuan tulisan surat pembaca Bapak di Tempo edisi
> Bandar Anggaran (3-9 Sep 2012).****
> ** **
>  Jadi Dugaan adanya bangunan terpendam (Tempo 27 Agu – 2 Sep 2012) adalah
> hasil “Interpretasi”, sehingga Pak Danny menyampaikan keberatan terhadap
> pernyataan Bapak Junus Satrio Atmodjo (Arkeolog Senior)  yang mengatakan
> pernyataan adanya bangunan terpendam sebagai “Hipotesis diatas Hipotesis”.
> Ok, sekarang saya paham Pak.****
> ** **
> Cuma sekarang saya bingung lagi nih, lalu dimana ya batasan Interpretasi
> dengan Hipotesis? Kapan suatu pernyataan itu adalah Hipotesis kapan disebut
> Interpretasi?****
> ** **
> *Lalu mengenai Georadar dan Geolistrik,*
> ** **
> Terimakasih buat Pak Danny dan Pak Noor, serta Bapak2 yg lain untuk
> penjelasannya.****
> ** **
> Kenapa saya menilai foto rontgen bukan interpretasi, karena melihat hasil
> fotonya (dengan keterbatasan pengetahuan saya mengenai foto x-ray), saya
> menyimpulkan bahwa foto rontgen adalah “alat bantu” untuk melihat “ruas
> tulang tangan” saya yang tertutup jaringan tubuh.  ****
> Tetapi kalau memang foto rontgen tersebut tampak jelas (tanpa
> interpretasi) karena konteksnya jelas, yaitu “jelas2 difoto rontgen
> diatas tangan”, maka tentu saja perbandingan antara metode georadar dengan
> USG / X-ray yang dibuat oleh Pak Danny, menjadi relevan.****
> ** **
> Satu lagi pertanyaan saya, apakah produk berupa profil penampang seismic /
> georadar / geolistrik adalah “potret” sebagaimana foto kamera? atau
> merupakan hasil olah data dari suatu instrument elektronik?
>
> Bob Yuris Chandra
> *Palynologist Partikelir*
>
>
>   *From:* kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Wednesday, September 5, 2012 9:33 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
>
>  Interpretasi prospect apapun tetep bener sampai di bor, interpretasi
> kelamin bayi tetep bener sampai bayi lahir....jadi inget cerita nilai..A
> untuk Tuhan, B untuk dosen, mahasiswa cukup C sama D.....
> On Sep 5, 2012 5:18 PM, "noor syarifuddin" <noorsyarifud...@yahoo.com>
> wrote:
> >
> > Kang Dhanny,
> > apa yang dimaksud atau apa kriteria "sangat jelas" itu..?
> > - menghadapi outcrops yang di depan mata saja bisa beda penafsirannya...
> > - dr kandungan juga suka kesulitan menentukan jenis kelamin bayi padahal
> sudah via USG yang Hi-res ...:-)
> >
> >
> >
> > salam,
> >
> > From: "danny.hil...@gmail.com" <danny.hil...@gmail.com>
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, September 5, 2012 4:05 PM
> >
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Apa yang bikin bingung ya ?
> > Interpretasi DATA bisa salah tapi ga sama dengan Hipotesis.
> > Baik dan akuratnya interpretasi sangat tgt dari seberapa baik data,
> processingnya, dan keahlian serta pengalaman si interpreter, juga seberapa
> komplek obyeknya. Konteks tentu saja penting.
> > Apabila tidak mungkin diinterpretasi tunggal (ada dua atau lebih
> kemungkinannya), ya itulah hasilnya. Tentu si interpreter bisa mengemukakan
> yg mana yang dianggap paling mungkin.
> > Tapi kalo image-nya sudah sangat jelas (karena hi-res dan obyeknya
> 'simpel') ya interpretasinya juga straight forward, seperti interpretasi
> tulang patah dari xray atau struktur besi yang bengkok di dalam beton
> dilihar dari hi-res GPR.
> >
> > DHN
> > Danny Hilman Natawidjaja
> > LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> > Geoteknologi - LIPI
> > From: bsap...@geodin.net
> > Date: Wed, 5 Sep 2012 07:53:20 +0000
> > To: <iagi-net@iagi.or.id>
> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Your point exactly...
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> > From: noor syarifuddin <noorsyarifud...@yahoo.com>
> > Date: Wed, 5 Sep 2012 00:49:56 -0700 (PDT)
> > To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id>
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > uppsss...
> > saya malah jadi bingung.... saya rasa pembacaan citra geofisika
> (georadar, geolistrik maupun seismik) itu memang sifatnya
> interpretatif/tafsiran... makanya sangat tergantung kontek dan hipotesis
> yang dipakai dalam prosesnya....
> > interpretasi seismik di daerah delta dan turbidit laut dalam, tentu
> sangat dipengaruhi konteknya... kalau sama sekali nggak tahu settingya, ya
> bisa ketukar-tukar..
> >
> >
> > salam,
> >
> > From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Sent: Wednesday, September 5, 2012 12:26 PM
> > Subject: RE: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Rekan Bob,
> > “Kalimat” itu khusus ditujukan untuk meluruskan bahwa ‘INTERPRETASI’
> bukan ‘HIPOTESIS’. Itu poinnya.
> > Menurut hemat saya pemindaian geofisik (georadar, geolistrik, seisik
> dll) bisa dianalogikan dengan pemindaian/imaging dalam dunia kedokteran
> seperti ultrasonografi dan x-ray.  Tentu kejelasan hasil image terantung
> dari resolusi, obyek dll.  Georadar dengan frekuensi tinggi (misalnya lebih
> dari 1GHz) biasa dipakai untuk mendeteksi/melihat adanya ‘tulang’ beton
> yang patah atau bengkok atau retakan pada struktur di dalam suatu bangunan
> sehingga ahli sipil dapat memperbaikinya dengan tepat sasaran tanpa harus
> bongkar-bongkar dulu, sama seperti dokter yang mendiagnosa tangan anda
> dengan x-ray untuk mengobatinya bukan?
> > Georadar dengan frekuensi yang lebih rendah dapat dipakai untuk melihat
> struktur dan stratigrafi detil dari lapisan tanah/batuan sama halnya
> seperti survey seismik refeksi dengan frekuensi tinggi.  Limitasi nya makin
> tinggi frekuensi yang dipakai (untuk menajamkan resolusinya) akan makin
> dangkal penetrasinya atau “skin-depth”nya.   Jadi harus menentukan optimum
> desain-nya sesuai target. Banyak cara untuk membuat hasil pemindaian
> menjadi lebih jelas, seperti membuat 3-D survey atau mengaplikasikan
> prinsip tomografi.  Singkatnya detil-teknis dari berbagai teknik pemindaian
> tentu beda tapi fungsi dan tujuannya bisa dianalogikan.
> >
> > Salam
> > DHN
> >
> > From: bob yuris [mailto:bopol...@yahoo.com]
> > Sent: 04 September 2012 20:02
> > To: iagi-net@iagi.or.id
> > Subject: [iagi-net-l] Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu Georadar dan
> Geolistrik
> >
> > Mohon Pencerahan Mengenai Ilmu “Georadar & Geolistrik”
> > Yth Bapak / Ibu Geologist,
> > Saya belum pernah sekalipun membaca hasil penelitian ilmiah mengenai
> Piramida atau Punden Berundak di Gunung Padang dari sumber manapun. Saya
> hanya membaca laporan utama Tempo Edisi 27 Agu – 2 Sep 2012 dengan judul
> sampul: Mimpi Emas di Gunung Padang. Tempo memaparkannya secara menarik dan
> berimbang, baik dari sisi tim peneliti terpadu maupun dari pihak yang tidak
> sepaham.
> > Tempo edisi 3-9 September 2012, memuat surat pembaca dari Bapak DR.
> Danny Hilman Natawidjaja. Isinya kurang lebih tanggapan Bapak Danny atas
> tulisan Prof Mundardjito dan Junus S. Atmodjo pada Tempo edisi G Padang.
> Ada bagian kalimat tanggapan dari Pak Danny yang saya kutipkan disini:
> > “ Interpretasi georadar dan geolistrik oleh geolog sama dengan imaji
> ultrasonografi atau sinar-X oleh dokter”.
> > Saya sepenuhnya tidak paham apa itu interpretasi georadar dan
> geolistrik, hanya kalau sinar-X, saya bingung juga kalau dikatakan hasilnya
> “Interpretasi”. Saya punya pengalaman disinar-X karena patah tulang ruas
> telapak tangan, hasil rontgennya diperlihatkan oleh dokter kepada saya.
> Saya lihat betul bahwa ruas tangan saya patah dan tidak perlu lagi
> pembuktian dengan pembedahan untuk meyakinkan bahwa ruas tulang tangan saya
> benar-benar patah.
> > Pertanyaan saya, apa yang dimaksud dengan “interpretasi Georadar dan
> Geolistrik” ?. Apakah produknya seperti gambaran patah tulang ruas tangan
> yang tidak perlu lagi pembuktian dengan pembedahan ?
> > Mohon pencerahan Bapak Danny dan atau juga Bapak/Ibu Geolog yang paham
> dengan Georadar / Geolistrik.
> > Salam Pencerahan,
> > Bob Yuris Chandra
> > Palynologist Partikelir
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>
>
>

Kirim email ke