Benar Pak,
kalau microgravity akan membedakan ruang kosong dan dense rock.
hayo Pak Wawan (ITB), Pak Eko W (Trisakti) dan Pak Ari S (UGM)  dan yang 
lainnya.

fbs



________________________________
 From: Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia' 
<fo...@hagi.or.id> 
Sent: Thursday, May 2, 2013 1:33 AM
Subject: RE: [iagi-net] Aplikasi GPR utk Arkeologi
 


Bisa, khususnya kalau diantara rekan-rekan ada yang ahli dalam survey 
microgravity untuk dibandingkan dengan geolistrik.
Dari geolistrik indikasi ruangan adalah dari tubuh dengan resistivity yang 
sangat tinggi (puluhan ribu-100.000 OhmMeter) yang sangat kontras dengan 
sekelilingnya yang hanya ribuan Ohm-meter. Diskusi dengan teman-teman yang 
biasa main geolistrik umumnya sepaham bahwa very high resistivity bodies di 
bawah situs Gunung Padang itu lebih mungkin ruang daripada very dense rocks.  
Bentuk dan lokasinya pun pas untuk dicurigai sebagai ruang bangunan.  Survey 
microgravity kemungkinan bisa memberikan info lebih meyakinkan apakah very high 
resistivity body itu anomali negative (ruang) atau positif (very dense).  
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Franciscus B 
Sinartio
Sent: 02 Mei 2013 13:09
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
Subject: Re: [iagi-net] Aplikasi GPR utk Arkeologi
 
Bagaiamana  kalau ditambahin  gravity dan magnetic  dan juga resistivity.
 
jadi layering nya  pakai GPR  (digabung dengan seismic refraksi), lalu layering 
ini dipakai untuk inversion model gravity, magnetic dan resistivity.
 
fbs
 
 

________________________________

From:Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Wednesday, May 1, 2013 11:53 PM
Subject: Re: [iagi-net] Aplikasi GPR utk Arkeologi
 
Sakjanne fungsi GPR bukan hanya mencari ruang kosong (Void) bawah tanah, itu 
hanya salah satu yg dapat dideteksi. Masih perlu data lain untuk meyakinkannya. 
Mirip seperti seismic juga perlu ilmu interpretasi juga. 

Dalam paper yg saya tuliskan sebelumnya ini terutama bagaimana GPR dipakai 
untuk meneliti atau lebih tepatnya "mencari" "explore" peninggalan-peninggalan 
arkeologi. Bahkan 3D GPR sudah lazim dipergunakan dalam situs-situs purbakala 
dibawah perkotaan yg ramai.

Sependek pengetahuan saya, Arkeologi konvensional saat ini masih memerlukan 
excavasi sebagai pencarian "bukti" atau "evidence" dari fakta peninggalan, 
namun yang namanya excavasi-pun masih juga mengundang kontroversi karena pada 
dasarnya kegiatan excavasi adalah memberi "gangguan" pada situs. Bahkan 
arkeolog masih ada yang tidak setuju dengan restorasi, karena pasti ada satu 
sisi "perubahan" akibat ulah manusia. Makanya aturan yang dipergunakan untuk 
mengexcavasi sebuah situs purbakala itu diatur dengan peraturan yang sangat 
ketat. Dan mungkin saja ada yang "terpeleset" ketka melakukan penggalian situs 
ini.

Kalau saja GPR sudah sedetil dan secanggih USG melihat bayi didalam perut ibu, 
tentunya kita tidak perlu lagi melakukan ekscavasi situs-situs purbakala. Cukup 
melihat gambar 3Dnya dalam hologram :) (mimpi kali yee). Jadi tak perlu lagi 
merusak eh menganggu keaslian situs purbakala. 

Masih penasaran dengan viod dengan GPR ? 
Silahkan download papernya disini : http://virtualacademia.com/pdf/eng84_90.pdf 
(Mas Danny d Pak ADB pasti dah baca :) )
Voids Investigation at Gabbari Tombs, Alexandria, Egypt Using Ground 
Penetrating Radar Technique Adel ElFouly Cairo University, Geology Department, 
Giza, Egypt. 
psst yang menulis dari geologi looh, bukan arkeologi .... 

Mudah-mudahan kita di IAGI tidak terjebak dalam ruang nostalgia .. eh ruang 
euphoria yang sangat licin ini :)

Salam nyaintifik !

RDP

--
"Nasionalisme itu ekspresi perasaan ketika negaramu terpuruk"
 
2013/5/2 <bandon...@gmail.com>
Setau saya, georadar sangat bagus untuk mengetahui logam yang bersifat 
magnetik. Pernah cari bijih besi di sumatra barat pakai georadar. Tanah saja 
tidak terdeteksi. Mungkin alatnya kurAng canggih.
Untuk cari ruang/gua dlm tanah aku belum pernah coba.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

________________________________

From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com> 
Sender: <iagi-net@iagi.or.id> 
Date: Thu, 2 May 2013 09:03:10 +0700
To: <iagi-net@iagi.or.id>
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net] Aplikasi GPR utk Arkeologi
 
He he he, tahu aja Pak Ketum.  
Ya, saya punya textbook si Conyers yang edisi terbarunya.
Tapi kebanyakan contoh untuk yang high frequency – shallow depth – hanya 
beberapa meter.  Contoh aplikasi untuk body yang lebih besar – penetrasi sampai 
30m meter sangat sedikit di literatur.
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky Dwi 
Putrohari
Sent: 02 Mei 2013 7:50
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] Aplikasi GPR utk Arkeologi
 
Untuk diskusi yang lebih tehnis.
Dibawah ini ada paper terbaru masih panas dari oven tentang aplikasi georadar 
GPR utk Arhaelogiy
        * - Ground Penetrating Radar (GPR) Attribute Analysis for 
Archaeological Prospection   
Journal of Applied Geophysics, Available online 29 April 2013, Pages
Wenke Zhao, Emanuele Forte, Michele Pipan, Gang Tian

-->Ini salahsatu contoh aplikasi 3D GPR
Kalau teorinya mestinya team ini sudah khatam baca buku ini :
        * Conyers and Goodman, 1997 L.B. Conyers, D. Goodman 
"Ground-penetrating Radar: An Introduction for Archaeologists", AltaMira Press, 
Walnut Creek, California (1997)
Monggo dibabar sisi tehnisnya.

RDP

--
"Nasionalisme itu ekspresi perasaan ketika negaramu terpuruk"

Kirim email ke