'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau 'artepak' yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan. Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih 'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan.
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:31 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah. Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : ....Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda)...... Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> menulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya "saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa". Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan segala keterbatasan yang ada. Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34 yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana, apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat akurat dan dijamin keakuratannya. Yang krusial adalah: umur itu merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan? Kunci utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik. Waktu itu option kami sangat terbatas. Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal. Yang kami dating adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya. Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten. Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu. Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu. Bagian atas stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600 tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter). Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu. Yang kedua adalah umur pasir. Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling tinggi. Tapi rasanya masih cukup masuk akal apabila untuk sekarang ini umurnya dianggap dalam kisaran batas min dan maxnya yaitu dari 13.000 sampai 23.000 itu. Penggalian itu salahsatu agendanya adalah dalam rangka mencari sampel yang lebih baik untuk karbon dating. Rencananya akan dilakukan lagi karbon dating dari sampel penggaliannya Pak Ali Akbar. Sekian dulu. Mudah-mudahan keterangan ini membantu. Saya harus boarding sebentar lagi Salam -----Original Message----- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 13:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG "Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun", Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG "Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah". Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerryR -- benyamin sembiring WebRep Overall rating -- benyamin sembiring WebRep Overall rating -- benyamin sembiring WebRep Overall rating