Pak Danny

Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ?

Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

Salam

Kartiko

On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com <danny.hil...@gmail.com> wrote:
> Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
> Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di
> sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg
> dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
> Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada
> dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama
> tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
> magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
> Demikian Pak.
>
>
> Danny Hilman Natawidjaja
> LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
> Geoteknologi - LIPI
>
> -----Original Message-----
> From: kartiko samodro <kartiko.samo...@gmail.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
> Pak Danny
>
> Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
> ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
> lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
> sebagai struktur bawah permukaannya.
>
> Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
> yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
> clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?
>
> Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
> ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?
>
> Salam
>
> Kartiko
>
> On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> wrote:
>> Salam IAGI,
>>
>> Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
>> Padang,
>> dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
>> 'ber-semen'
>> yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
>>
>>
>>
>>
>>
>> P1090031_adj_sm.jpg
>>
>>
>>
>> Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
>> barat-timur
>> yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
>> dinding
>> batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
>> situs
>> Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
>> Dengan
>> kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
>> berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
>> budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
>> Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
>> tapi
>> yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
>> bahwa
>> ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
>>
>>
>>
>> Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
>>
>> Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
>> memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
>> di
>> dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
>> ada
>> lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
>> kolom
>> tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
>> kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
>> SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
>> batu-batu
>> menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
>> sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
>> batu
>> kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
>> POSISI
>> INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
>> Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
>> HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
>> LAPISAN.
>> Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
>> (insitu)
>> jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
>> dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
>> (dari
>> data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
>> Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
>> bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan
>> situs
>> menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
>> terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
>> Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak
>> terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip
>> 'hiatus'
>> dalam geologi).
>>
>>
>>
>>
>>
>> KOtakGali-AbeMAr2013.jpg
>>
>>
>>
>> Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur
>> memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
>> pada
>> Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding
>> teras (Foto 1). Arah batu kolomnya sama, yaitu barat-timur.  Terlihat ada
>> satu batu kolom yang pecah yang disusun dan direkatkan kembali oleh bahan
>> 'semen' tersebut.  Di kabarkan bahwa Tim ARKENAS juga menggali lokasi
>> sama
>> di lereng timur ini dan menemukan fenomena yang juga sama tapi mereka
>> tetap
>> beranggapan bahwa susunan batuan di bawah tanah ini adalah batuan sumber
>> yang insitu (posisi alamiah) sama seperti interpretasi BALAR tahun 2005
>> tersebut.
>>
>>
>>
>> Lapisan budaya sederhana (situs batu menhir) yang berada di atas lapisan
>> budaya tinggi (susunan batu bersemen) mengindikasikan PARADOX
>> perkembangan
>> budaya.    Bagaimana mungkin perkembangan budaya mundur, dari maju ke
>> 'primitif lagi'.  Kami menyebut fenomena ini sebagai KETIDAKSELARASAN
>> lapisan budaya.  Apa penyebabnya?  Kemungkinan besar adalah BENCANA
>> KATASTROFI yang menghancurkan (me-reset) budaya tinggi sebelumnya
>> sehingga
>> kembali ke Zaman Primitif.  Demikianlah hubungan antara bencana
>> katastrofi
>> dan peradaban di sini.
>>
>>
>>
>> Jadi ini adalah masalah mainstream geologi banget, tapi hasilnya yang
>> dianggap Aliran Sesat oleh para mainstream arkeologi Indonesia.
>>
>>
>>
>> Untuk uraian lebih lanjut silahkan baca artikel pada link di bawah:
>>
>> http://us.analisis.news.viva.co.id/news/read/401651-gunung-padang--mahakarya
>> -peradaban-yang-hilang
>>
>>
>>
>> Keterangan lebih lanjut lagi dari DR. Ali Akbar dapat di baca di link di
>> bawah:
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
>> ng-dirancang-arsitek-purba-ulung
>>
>>
>>
>> Semoga bermanfaat.
>>
>>
>>
>> DHN (Koord. Tim Mandiri Terpadu)
>>
>>
>>
>>
>>
>> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
>> a...@geologist.com
>> Sent: 07 Mei 2013 17:37
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> Bapak2,
>>
>> Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun
>> netral...
>> Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah
>> National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada
>> yg
>> bahasanya sedikit berbeda...
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunu
>> ng-padang-dirusak
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
>> ng-dirancang-arsitek-purba-ulung
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padan
>> g-dan-etika-penelitian
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati-
>> gunung-padang
>>
>> http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunu
>> ng-padang-bukan-piramida
>>
>> http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-ta
>> k-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara
>>
>> Selamat membaca...
>>
>> Regards,
>> Adie
>> 3602
>>
>> Powered by Telkomsel BlackBerryR
>>
>>   _____
>>
>> From: "Yanto R. Sumantri" <yrs_...@yahoo.com>
>>
>> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
>>
>> Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 -0700 (PDT)
>>
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> <mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id>
>> <iagi-net@iagi.or.id>
>>
>> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>>
>> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> DR. Danny Hilman ysh
>>
>>
>>
>> Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda
>> dan
>> kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan
>> Negara.an berkorban untuk itu.
>>
>>
>>
>> Saya hanya ingatkan agar  Anda harus dapat  membalas kritik kepada Anda
>> atau
>> hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang
>> ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik.
>>
>> Semoga dapat direnungkan . Terima kasih.
>>
>>
>>
>> yanto r sumantri / si Abah
>>
>> Anggota Dewan Penasehat IAGI
>>
>>
>>
>>   _____
>>
>> From: yustinus yuwono <yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com>
>> To: iagi-net <iagi-net@iagi.or.id>
>> Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM
>> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,
>>
>> Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar
>> sopan
>> santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
>> asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.
>>
>> Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
>> yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
>> arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
>> ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.
>>
>> Salam hormat,
>>
>> Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).
>>
>>
>>
>> 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com>
>>
>> Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
>> paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
>> alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
>> dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.
>>
>>
>>
>> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
>> yustinus
>> yuwono
>> Sent: 05 Mei 2013 0:12
>> To: iagi-net
>>
>>
>> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> Mang Okim yth,
>>
>>
>>
>> Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
>> canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
>> Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).
>>
>>
>>
>> Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
>> geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa
>> mentolerir
>> bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan
>> nyawa
>> manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan
>> mencari
>> endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun
>> saya
>> tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
>> geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
>> tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri
>> (meskipun
>> mungkin berhasil?).
>>
>>
>>
>> Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang
>> geologi,
>> ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah
>> metoda
>> geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah
>> tool.
>> Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final
>> result
>> untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat
>> sintesa-
>> nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist
>> yang
>> paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
>> gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena
>> tidak
>> semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
>> geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi
>> yaitu,
>> pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding
>> geologist
>> yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
>> teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
>> finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka
>> rata2
>> pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
>> proporsional.
>>
>>
>>
>> Sekedar sharing malam Minggu.
>>
>> Salam,
>>
>> Yatno
>>
>>
>>
>> 2013/5/4 <bandon...@gmail.com>
>>
>> Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?
>>
>> Powered by Telkomsel BlackBerryR
>>
>>   _____
>>
>> From: "Sujatmiko" <m...@cbn.net.id>
>>
>> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
>>
>> Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700
>>
>> To: <iagi-net@iagi.or.id>
>>
>> ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
>>
>> Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> Abah Yanto,
>>
>>
>>
>> Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah
>> Yasasan
>> Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
>> Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
>> yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
>> interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
>> asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,
>>
>>
>>
>> Wassalam,
>>
>>
>>
>> Mang Okim
>>
>>
>>
>> From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
>> Sent: 04 Mei 2013 12:11
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>>
>> Mang Okim
>>
>>
>>
>> Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?
>>
>> Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.
>>
>> Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
>> prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
>> Negara.
>>
>>
>>
>> Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
>> persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).
>>
>>
>>
>> Salam manis dari sweet seventy si Abah
>>
>>
>>
>>
>>
>>   _____
>>
>> From: Sujatmiko <m...@cbn.net.id>
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Cc: MGEI <economicgeol...@yahoogroups.com>
>> Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
>> Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
>>
>>
>> Rekan-rekan IAGI yang budiman,
>>
>>
>>
>> Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang
>> luar
>> biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
>> berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
>> dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak
>> terlintas
>> di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
>> berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
>> karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,-
>> .
>> Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang
>> over
>> petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
>> jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
>> tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga
>> di
>> Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta
>> yang
>> Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) .
>>
>>
>>
>> Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
>> maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam
>> terbangnya
>> puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
>> para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
>> geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
>> artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis
>> Oppenheimer
>> yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus
>> Presiden
>> Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
>> manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida
>> di
>> perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
>> artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe
>> puluhan
>> ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
>> beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
>> baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia
>> prasejarah
>> Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.
>>
>>
>>
>> Semen purba berumur 23.000 tahun
>>
>>
>>
>> Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa
>> mereka
>> menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,
>> mang
>> Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
>> mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do
>> with
>> archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
>> dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung
>> ke
>> Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
>> bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung
>> api
>> purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras
>> 1
>> dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
>> terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan
>> tipis
>> karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat
>> di
>> singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
>> purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
>> melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!
>>
>>
>>
>> Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
>> tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri
>> bahwa
>> seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya
>> manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs
>> Gua
>> Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 -
>> 10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita  terbatas pada
>> membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana
>> mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa
>> dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - -
>> -
>> ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis
>> dalam
>> penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim,
>> seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding  batu
>> kapur
>> di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau
>> lebih
>> dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang
>> mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau ratusan ribu tahun.
>>
>>
>>
>> Itulah rekan-rekan  sekedar contoh kecil yang semoga dapat menambah
>> wawasan
>> kita semua.  Contoh-contoh lainnya , ditambah dengan hasil pengamatan dan
>> pertimbangan geologis praktis ,  membuat mang Okim yakin bahwa hipotesis
>> bangunan mahakarya di perut Gunung Padang adalah akibat
>> mis-interpretation
>> dan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semoga Allah SWT selalu membuka
>> hati
>> kita untuk tidak malu belajar dari orang lain dan berani berkata benar
>> walaupun pahit. Selamat berakhir minggu, mohon maaf kalau ada yang salah.
>>
>>
>>
>> Salam cinta geo-arkeologi
>>
>>
>>
>> Mang Okim
>>
>> Note : di Petisi G.Padang ditulis sebagai anggota KRCB.
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>

Kirim email ke